Advertorial

Produk UKM Tulungagung Diminati Pasar Global, Teten Masduki Berharap Tulungagung Bisa Jadi Sentra Kerajinan

Kompas.com - 23/10/2021, 17:18 WIB

KOMPAS.com - Indonesia memiliki banyak sekali produk kerajinan premium bernilai tinggi. Salah satunya adalah produk batu dan kayu fosil buatan UKM asal Tulungagung, Jawa Timur (Jatim).

Salah satu usaha kecil dan menengah (UKM) yang menghasilkan produk tersebut adalah Usaha Dagang (UD) Karya Indonesia. UKM ini menghasilkan kerajinan meja, wastafel, dan bathtub (bak mandi) dari batu dan kayu fosil. Bahkan UD ini telah memiliki pembeli tingkat global.

Pada Jumat (22/10/2021), UD Karya Indonesia melepas ekspor produknya ke Hamburg, Jerman senilai Rp 400 juta. Ekspor ini menjadi pembuktian bahwa UKM Indonesia memiliki pasarnya sendiri di luar negeri.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, hasil produk buatan UD Karya Indonesia memang bernilai tinggi alias premium. Oleh karenanya, wajar saja bila produknya dilirik banyak pembeli luar negeri.

Dia mengaku produk UD Karya Indonesia sangat berbeda dan berkualitas internasional. Menurutnya, produk custom seperti ini bukan mass product, sehingga sangat otentik.

“Saya harap Tulungagung bisa jadi sentra produksi kerajinan batu dan kayu fosil,” katanya saat mengunjungi workshop sekaligus ramah tamah dengan pemilik UD Karya Indonesia Nanang Setiawan di Tulungagung, Jatim, Jumat (22/10/2021). 

Sementara itu, pemilik UD Karya Indonesia Nanang Setiawan menuturkan, pembeli produk-produknya datang dari AS, Jerman, Inggris, Kanada, Belanda, dan Arab Saudi.

Sebelum pandemi Covid-19, bathtub buatannya dihargai 2 juta dollar AS atau setara Rp 28,2 miliar. Salah satu pembelinya adalah Raja Arab Saudi. 

Nanang bahkan dipanggil langsung ke Arab Saudi untuk menceritakan proses pembuatannya, sehingga bathtub buatannya meraih Guiness Book of Record sebagai produk termahal.

Ia menceritakan, produk custom buatan UD Karya Indonesia yang paling banyak diminati adalah wastafel dan coffee table dari kayu fosil.

Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, UD Karya Indonesia hanya melakukan ekspor satu kontainer ke AS. Tahun ini, UD Karya Indonesia baru mengirim satu kontainer lagi ke Hamburg, Jerman. Adapun, satu kontainer produk ini senilai Rp 400 juta. 

“Karena kendala pandemi hanya bisa kirim satu kontainer saja. Saya berharap, ke depan pemerintah bisa menstabilkan harga logistik dan kelangkaan kontainer,” harap mantan pegawai Telkom itu. 

Minat pasar luar negeri tinggi, meski pandemi

Pada kesempatan tersebut, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, keberhasilan ekspor ke Hamburg ini membuktikan, meskipun pandemi membuat logistik terganggu dan biaya pengiriman kontainer mahal, tetapi minat pasar luar negeri, terutama terhadap produk home decor tetap tinggi.

Untuk itu, sambungnya, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar sistem logistik usaha ritel semacam ini bisa dibantu.

“Konsolidasi bisa lebih mudah menembus pasar luar negeri,” ucap Teten dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Teten menyebut, nilai ekspor Indonesia pada September 2021 mencapai 20,60 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 291,7 triliun. Nilai ini naik sebesar 47,64 persen.

Kemudian, ekspor nonmigas pada September 2021 mencapai 19,67 miliar dollar AS (Rp 278,5 triliun) atau tumbuh 48,03 persen dibanding ekspor nonmigas September 2020.

Dilihat dari sektornya, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari hingga September 2021 naik 35,40 persen dibanding periode yang sama pada 2020.

Demikian pula pada ekspor hasil pertanian yang naik 6,37 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 76,29 persen.

Berdasarkan provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada periode tersebut berasal dari Jawa Barat dengan nilai 24,67 miliar atau setara Rp 348,9 triliun (15,02 persen).

Diikuti Jatim dengan 16,93 miliar dollar AS atau setara Rp 239,4 triliun (10,31 persen) dan Kalimantan Timur 16,11 miliar dolar AS atau setara Rp227,8 triliun (9,80 persen).

“Jatim termasuk terbaik kedua ekspor setelah Jabar. Potensi ekspor Jatim ini bisa kita lihat sangat besar,” ujar Teten.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com