Advertorial

Kemenkominfo: Cara Belajar di Masa Pandemi Berubah, Seluruh Pihak Harus Siap Beradaptasi

Kompas.com - 25/10/2021, 14:59 WIB

KOMPAS.com – Pada era digital dan modern seperti sekarang ini, internet sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam sektor pendidikan.

Kehadiran internet pun seyogianya mendorong dunia pendidikan agar terintegrasi dengan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyampaian seluruh mata pelajaran. Dengan begitu, siswa bisa mendapatkan pengetahuan secara lebih luas, cepat, dan mudah.

Untuk mengimbangi hal itu, siswa membutuhkan kemampuan digital safety. Dengan kemampuan ini, siswa dapat mengenali dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikain, teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan positif yang tidak merugikan diri sendiri atau orang lain.

Dengan digital safety, siswa juga akan semakin bijak memanfaatkan teknologi informasi sehingga tidak terjerumus untuk melakukan hal-hal arah negatif di dunia maya.

Guna memberi wawasan mengenai hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) kembali menggelar seri webinar literasi #MakinCakapDigital di Kota Jakarta Barat (Jakbar), Kamis (7/10/2021).

Bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital, webinar itu mengangkat tema “Tetap Berprestasi di Masa Pandemi, Kiat Belajar Online”. Adapun webinar ini berhasil menjaring sejumlah peserta.

Sejumlah narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi hadir dalam webinar tersebut, yakni Direktur Gedhe Nusantara Yossy Suparyo dan Peneliti Institut Humor Indonesia Kini Mikhail Gorbachev Dom.

Kemudian, Praktisi Budaya Mekar Abadi Oetari Noor Permadi, perwakilan Kaizen Room Adetya Ilham, serta jurnalis dan content creator Ade Wahyu.

Dalam pemaparannya, Yossy Suparyo menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 membuat siswa yang tinggal di zona merah, oranye, dan kuning harus melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

“Model belajar yang memanfaatkan teknologi informasi itu mengharuskan anak, orangtua, dan guru menguasai skill baru secara cepat,” kata Yossy dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (13/10/2021).

Agar PJJ berjalan dengan efektif, Yossy membagikan sejumlah tip. Di antaranya adalah membuat daftar tugas yang harus dikerjakan serta menemukan tempat belajar yang nyaman dan tenang untuk belajar.

Kemudian, menyiapkan semua hal dan peralatan yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas.

“Hal lain yang tak kalah penting adalah siswa harus tetap semangat serta berkonsentrasi dalam saat belajar dan mengerjakan tugas,” jelas Yossy.

Pada kesempatan tersebut, Yossy juga memaparkan bahwa tenaga pendidik dapat menggunakan metode project-based on e-learning saat melakukan PJJ. Metode ini dapat menguatkan interaksi antarsiswa ketika membuat proyek secara berkelompok.

“Saat menggunakan metode itu, guru juga dapat menerapkan gamification, yakni belajar dengan prinsip dan elemen permainan pada berbagai aktivitas,” kata Yossy.

Cara tersebut, lanjut dia, dapat membantu para siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran dengan cara menyenangkan karena dilakukan sambil bermain dan bersenang-senang.

Sementara itu, selaku narasumber key opinion leader (KOL), Ade Wahyu turut membagikan pengalaman dalam memanfaatkan teknologi informasi di bidang jurnalis yang ditekuninya.

“Sebelum era digital, para jurnalis masih menggunakan kaset rekaman saat melakukan peliputan sehingga berita yang dihasilkan tidak bisa ditayangkan dengan segera,” kata Ade.

Dia menjelaskan, berkat kemajuan teknologi, para jurnalis kini bisa menayangkan berita dengan cepat secara real time. Bahkan, hanya bermodalkan kuota internet, materi berita bisa segera ditransfer untuk diproses tayang.

Selain dalam penayangan materi berita, teknologi informasi juga membantu para jurnalis untuk memastikan keabsahan informasi mengenai berita yang akan diliput.

“Tanpa teknologi semaju ini, kita tidak bisa melakukan banyak hal secara mudah seperti sekarang,” ucap Ade.

Meski teknologi informasi dan digital telah berkembang pesat, Ade menyadari bahwa terdapat berbagai dampak negatif yang mengintai.

“Kalau tidak berhati-hati, siapa pun bisa menjadi pelaku dan korban kejahatan siber,” kata Ade.

Oleh karena itu, Ade berpesan agar para partisipan webinar memanfaatkan kemajuan teknologi untuk hal yang bermanfaat dan memberikan dampak positif.

Pembahasan menarik dari para narasumber membuat seluruh peserta tampak antusias. Hal ini terlihat dari pertanyaan yang diajukan oleh salah satu peserta, yakni Yul Nurul Siti Musthofa.

Menurut Yul, masih banyak permasalahan dalam pembelajaran online. Misalnya, kecakapan digital guru dan murid, sinyal internet, serta akses sarana dan prasarana pembelajaran.

Dari ketiga poin tersebut, dia menyoroti kecakapan digital guru dan siswa. Oleh sebab itu, dia menanyakan mengenai cara peningkatan kecakapan tersebut sehingga guru dan siswa dapat memahami sistem pembelajaran saat ini.

Selain itu, dia juga menanyakan mengenai ketersediaan pelatihan yang dapat membantu guru dan siswa untuk mendapatkan kecakapan tersebut.

Pertanyaan itu kemudian dijawab dengan lugas oleh Yossy Suparyo. Menurut Yossy, saat ini, terdapat banyak lembaga yang memberikan pelatihan kecakapan digital secara gratis.

“Sejumlah perpustakaan juga telah membuka akses kepada publik sehingga mereka bisa memanfaatkan buku yang tersedia untuk menunjang aktivitas PJJ,” ujar Yossy.

Demi memperlancar PJJ, lanjut Yossy, salah satu skill dasar yang harus dimiliki serta ditingkatkan oleh guru dan murid adalah multimedia.

Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan memahami dunia literasi digital.

Penyelenggara pun membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar tersebut juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik. Sebab, program literasi digital ini diharapkan mencapai target 12,5 juta partisipan. Target tersebut dapat tercapai jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau