Advertorial

Meskipun Menawarkan Kemudahan, Manfaatkan Aplikasi Online dengan Bijak dan Sesuai Kebutuhan

Kompas.com - 28/10/2021, 16:04 WIB

KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai membuat kehadiran internet bak sebuah pertolongan sekaligus bumerang. Saat ini, berbagai hal yang biasa dikerjakan secara offline pun berubah menjadi serba-online. Begitu juga dengan aktivitas bisnis. Para pebisnis pun mau tak mau harus beradaptasi.

Key opinion leader (KOL) Kneysa Sastrawijaya mengatakan, kemajuan teknologi membuat banyak pebisnis terjun ke dunia bisnis online, khususnya saat pandemi Covid-19. Meskipun awalnya sulit, berbagai kemudahan dan perkembangan berkat pemanfaatan platform online pun dirasakan oleh pebisnis.

Sayangnya, masih banyak pengguna internet yang syokdengan perubahan tersebut. Pasalnya, belum semua masyarakat mengenal aktivitas yang dilakukan secara daring. Rutinitas belanja online, misalnya, belum menjadi kebiasaan yang jamak di masyarakat.

“Internet sudah melebar, tetapi belum terlalu merata. Kalau tidak berjuang mengikuti perubahan, masyarakat Indonesia akan kalah dengan kemajuan ini,” kata Kneysa saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk “Tren Aplikasi Dunia Digital”, Rabu (13/10/2021).

Ditunjang beragam aplikasi

Sementara itu, berbagai aplikasi online untuk menunjang kemudahan komunikasi juga semakin beragam dan bersaing. Kneysa menjelaskan, hal ini pada dasarnya membantu perekonomian Indonesia dan menumbuhkan beragam peluang.

“Namun, perlu diingat, banyak hal-hal negatif yang masih sulit untuk diredam, seperti hoaks dan pornografi. Untuk itu, pengguna media digital harus lebih berhati-hati dan aware saat berkomunikasi di media sosial,” paparnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (25/10/2021).

Kneysa juga berpesan kepada masyarakat agar lebih cermat dan tidak terjebak saat memilih aplikasi saat berselancar di dunia maya.

“Apabila bermanfaat, lanjutkan. Jika tidak, tinggalkan,” tuturnya.

Senada dengan Kneysa, dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) sekaligus anggota Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Ayuning Budiati melanjutkan bahwa aplikasi TikTok menjadi tren pada kuartal I 2020. Aplikasi ini meraih pengguna tertinggi di Indonesia.

Sementara, aplikasi Facebook, WhatsApp, dan Facebook Messenger menjadi aplikasi dengan pengguna aktif terbanyak.

Tidak hanya memahami pengoperasian aplikasi, ia juga menjelaskan bahwa pengguna perlu memahami beberapa hal saat menggunakan media sosial.

“Pertama, memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, mengabdi kepada negara dan rakyat, serta profesional dan tidak berpihak,” papar Ayuning.

Kedua, lanjutnya, memelihara serta menjunjung tinggi standar etika, nilai dasar, reputasi, dan integritas. Terakhir, menjaga kerahasiaan negara serta memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan, khususnya terkait kepentingan kedinasan.

“Tidak boleh menyalahgunakan informasi internal negara untuk keuntungan sendiri atau orang lain. Jangan lupa untuk bijak gunakan media sosial, serta menyebarkan informasi yang jelas sumbernya agar terhindar dari hoaks, fitnah, dan provokasi,” jelas Ayuning.

Walau demikian, Ayuning mengungkapkan bahwa dirinya kerap menemukan pengguna internet yang provokatif dan suka menimbulkan perdebatan. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh gap antara yang mampu mengakses internet dan sebaliknya di Indonesia.

Selain itu, perilaku negatif pengguna internet bisa juga disebabkan oleh perbedaan pandangan politik, budaya, dan ekonomi.

“Misalnya saja, budaya suku Baduy sangat menghargai alam sehingga tidak bisa menggunakan internet. Hal ini harus kita hargai. Internet hanya media, kita sebagai pengguna yang harus bijak, meningkatkan kecakapan, empati, dan toleransi di dunia digital,” tutur Ayuning.

Sebagai informasi, webinar “Memahami Multikulturalisme Dalam Ruang Digital” merupakan rangkaian kegiatan dalam seri literasi digital #MakinCakapDigital di Kota Jakarta Pusat.

Kegiatan tersebut merupakan kerja sama Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital.

Webinar itu terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital. Peserta yang mengikutinya juga akan mendapatkan e-certificate.

Melalui program tersebut, masyarakat Indonesia diharapkan bisa memanfaatkan teknologi digital dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.

Program literasi digital juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak yang terlibat sehingga dapat mencapai target 12,5 juta partisipan.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa mengikuti akun Instagram @siberkreasi dan @siberkreasi.dkibanten.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com