KOMPAS.com – Banyak hal yang perlu dikuasai oleh para pengguna media digital saat berseluncur di dunia maya. Salah satunya, literasi digital.
Literasi digital merupakan kecakapan yang diperlukan pengguna agar pemanfaatan media digital dapat berbuah positif dan mendukung produktivitas.
Literasi digital mencakup pemahaman individu dalam menggunakan perangkat keras dan piranti lunak serta sistem operasi digital, seperti situs web dan aplikasi mobile. Selain itu, literasi digital juga termasuk pemahaman pengguna akan perilaku di dunia maya, khususnya yang terkait dengan isu multikultural.
Hal tersebut menjadi pembahasan dalam webinar bertajuk “Multikulturalisme dalam Ruang Digital” yang digelar Kamis (14/10/2021). Webinar tersebut merupakan rangkaian kegiatan dalam seri literasi digital #MakinCakapDigital di Kota Jakarta Barat.
Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital.
Key opinion leader (KOL) Riska Yuvista, yang menjadi salah satu narasumber dalam webinar tersebut mengatakan bahwa literasi digital dapat membuat pengguna paham bahwa dunia maya dapat memberi dampak positif dan negatif.
Menurut riska, dampak positif dunia maya adalah memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi serta memudahkan untuk mendapatkan informasi dan transaksi bisnis melalui belanja online.
“Pengguna juga bisa membangun personal branding dengan membuat konten-konten positif yang bermanfaat. Walaupun ruang digital bebas untuk diakses, tetap harus membatasi diri dengan mengakses informasi yang membangun agar kita lebih produktif dan bermanfaat,” papar Riska menurut keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (25/10/2021).
Ruang digital juga dapat menjadi tempat masyarakat untuk berkarya. Misalnya saja, dengan menjadi kreator konten.
Namun, terkait pembuatan konten, Riska berpesan, pengguna media digital harus bijak memilih dan membuatnya. Konten yang dibuat dan diunggah ke ruang digital bisa menjadi portofolio karya, tetapi bisa juga menjadi bumerang.
Terlebih, ketika pembuat konten tidak sensitif dan memahami bahwa pengguna ruang digital berasal dari latar belakang yang berbeda atau multikultural. Konten yang tidak menghargai keberagaman tersebut akan berdampak negatif.
Menambah penjelasan Riska, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Budi Luhur Jakarta Bambang Pujiyono memaparkan bahwa multikultural mencakup keberagaman latar belakang, keterampilan, pengalaman, dan cara berpikir yang berbeda berlandaskan keragaman budaya.
“Manfaat dari memahami multikultural adalah membangun kepercayaan, rasa hormat, dan pemahaman di semua budaya,” papar Bambang.
Sementara, multikulturalisme merupakan pemahaman tentang realitas multikultural. Hal ini berorientasi pada sebuah penegasan bahwa segala perbedaan yang terjadi memiliki kesamaan kedudukan di ruang publik.
Adapun nilai-nilai inti yang dikembangkan dalam multikulturalisme adalah kesadaran akan keragaman, kesetaraan, kemanusiaan, keadilan, dan nilai-nilai demokrasi.
“Melalui nilai-nilai yang dikembangkan tersebut, pengguna media digital harus sadar bahwa kita semua adalah manusia saat berada di dunia digital. Walau memiliki latar belakang yang berbeda, semua pengguna memiliki hak dan kedudukan yang sama juga. Jadi, ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata,” jelas Bambang.
Riska melanjutkan, dampak negatif yang dapat diberikan dunia maya juga beragam, seperti penipuan, akses konten dewasa, serta hoaks.
“Hal yang paling sulit dihindari pengguna adalah hoaks,” kata Riska.
Sejalan dengan Riska, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Budi Luhur Jakarta Bambang Pujiyono menjelaskan mengenai beberapa cara untuk menghindari paparan dan penyebaran hoaks.
“Pertama, jangan mudah terprovokasi dengan judul berita. Kedua, bersikap kritis terhadap apa pun yang didapat, mengutamakan logika, dan selalu melakukan konfirmasi atas kabar yang diterima,” kata Bambang.
Sebagai informasi,rangkaian webinar #MakinCakapDigital akan diselenggarakan hingga akhir tahun. Setiap webinar dalam rangkaiantersebut terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital. Peserta yang mengikutinya juga akan mendapatkan e-certificate.
Melalui program itu, masyarakat Indonesia diharapkan bisa memanfaatkan teknologi digital dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.
Program literasi digital juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak yang terlibat sehingga dapat mencapai target 12,5 juta partisipan.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa mengikuti akun Instagram @siberkreasi dan @siberkreasi.dkibanten.