KOMPAS.com - Berita bohong atau hoaks semakin marak dalam beberapa waktu terakhir. Penyebarannya pun dapat berlangsung secara cepat melalui berbagai platform media sosial (medsos), seperti Instagram, Facebook, dan Twitter.
Selain via medsos, hoaks juga kerap beredar di grup aplikasi chatting, seperti WhatsApp, Messenger, dan Telegram.
Fenomena tersebut tak bisa dianggap sepele. Pasalnya, hoaks berpotensi menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Bahkan, bisa memicu perselisihan dan permusuhan antarteman akibat perbedaan persepsi.
Untuk mencegah persebaran hoaks, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar seri webinar bertajuk “Membangun Karakter dan Kecerdasan Anak di Era Digital”, Jumat (15/10/2021).
Pada webinar tersebut, Kemenkominfo menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang, yakni dosen Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Surabaya Zainuddin Muda Z Monggilo dan dosen Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dwiyanto Indiahono.
Kemudian, perwakilan Digital Marketer Expert G Coach Eko Sugioni dan musisi band J-Rocks Sony Ismail.
Webinar tersebut menyoroti isu minat baca masyarakat Indonesia yang rendah sebagai salah satu penyebab berita hoaks bisa menyebar dengan cepat.
Merespons hal itu, Dwiyanto mengimbau masyarakat untuk meningkatkan budaya membaca, khususnya di era digital.
“Perbanyak mencari ilmu pengetahuan baru yang bermanfaat dengan cara membaca. Jangan hanya menjadi generasi yang menerima informasi tanpa melakukan verifikasi terhadap suatu hal yang diperoleh,” ujar Dwiyanto dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (25/10/2021).
Selain budaya membaca, Zainuddin mengatakan bahwa literasi digital juga perlu dimiliki oleh masyarakat. Literasi digital didefinisikan sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital.
Oleh karena itu, pengguna internet tidak hanya dituntut mampu mengoperasikan perangkat digital, tetapi juga harus bisa menggunakannya secara bertanggung jawab.
“Tidak cukup hanya mampu mengoperasikan berbagai perangkat teknologi, tetapi juga harus bisa mengoptimalkan penggunaannya bagi diri sendiri ataupun orang lain,” kata Zainudin.
Cross check informasi
Demi menyetop persebaran hoaks, Sony meminta masyarakat untuk mengecek ulang kebenaran informasi sebelum membagikan.
“Lakukan cross check fakta atas setiap informasi yang diperoleh dari berbagai platform medsos ataupun chatting. Pasalnya, media digital berpotensi menimbulkan dampak negatif,” tutur Sony.
Dampak negatif penggunaan internet juga dapat dirasakan pada industri musik. Saat ini, kata Sony, pembajakan musik marak terjadi.
“Padahal, masyarakat dapat menghargai karya orang lain dengan cara menggunakan platform yang legal dalam menikmati musik,” jelasnya.
Oleh karena itu, Sony mendorong masyarakat untuk mengoptimalkan platform yang tersedia di media sosial untuk produktif dengan cara-cara yang bertanggung jawab.
Terkait dampak negatif internet, Zainudin turut menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental. Karena itu, ia mendorong orangtua untuk memantau perkembangan psikologi anak saat sekolah secara virtual.
“Orangtua harus dapat memahami serta membantu anak dalam mengelola emosi. Jangan lelah menemani anak. Upayakan untuk melakukan aktivitas menarik selama di rumah agar kesehatan mental anak tetap terjaga,” jelasnya.
Sebagai informasi, webinar “Membangun Karakter dan Kecerdasan Anak di Era Digital” merupakan salah satu rangkaian kegiatan Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan Kemenkominfo di Jakarta Barat. Webinar ini terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar tentang dunia literasi digital.
Kemenkominfo mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi dengan mengikuti webinar tersebut melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Gerakan Nasional Literasi Digital, Anda dapat mengikuti akun Instagram @siberkreasi.