JAKARTA, KOMPAS.com – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi tantangan tersendiri bagi klub motor untuk tetap menjaga eksistensinya. Terlebih, bila klub motor tersebut memiliki puluhan ribu anggota.
Adaptasi kebiasaan baru menjadi syarat mutlak bagi klub motor supaya tetap bisa eksis pada masa pandemi.
Hal tersebut turut dilakukan oleh klub motor Indonesia Max Owners (IMO).
Untuk diketahui, IMO merupakan salah satu komunitas motor Maxi Yamaha. Komunitas ini menaungi ratusan klub motor dan puluhan ribu anggota yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pendiri sekaligus Presiden IMO periode 2015-2017 Acho Bule mengatakan, anggota IMO bukan perorangan, melainkan klub-klub motor Maxi Yamaha dari berbagai kota di Indonesia.
Saat ini, IMO terdiri dari 197 klub motor. Jika dihitung secara perorangan, IMO memiliki sekitar 17.000 anggota.
Acho melanjutkan, pandemi Covid-19 menjadi masa yang berat bagi klub motor, termasuk IMO. Terlebih, tiga anggota IMO berpulang ke hadapan Yang Maha Kuasa akibat Covid-19.
Selain itu, pandemi juga menghantam kondisi finansial anggota IMO. Sebab, tak sedikit dari mereka yang kehilangan pekerjaan dan mengalami penurunan omzet.
“Karena itu, kami membantu mempromosikan usaha dan membeli barang dagangan rekan-rekan IMO yang terdampak pandemi. Ini merupakan bentuk keprihatinan kami atas rekan-rekan yang terdampak Covid-19 secara ekonomi,“ kata Acho dalam wawancara melalui sambungan telepon dengan Kompas.com, Senin (26/10/2021).
Pada awal pandemi, lanjut Acho, IMO mengurangi kegiatan secara tatap muka guna mendukung program pemerintah dalam penanggulangan Covid-19 sekaligus mencegah penyebaran virus corona di antara anggota.
Sebagai gantinya, IMO menggelar sejumlah program secara daring. Program tersebut menghadirkan berbagai pakar sebagai narasumber untuk memberikan pengetahuan baru kepada anggota IMO.
Adapun salah satu narasumber yang dihadirkan IMO adalah tim Yamaha Riding Academy (YRA). Melalui sesi daring tersebut, tim YRA memberikan pengetahuan tentang teknik dan keamanan berkendara.
Kemudian, IMO juga menghadirkan dokter untuk memberikan pengetahuan tentang pentingnya beristirahat selama melakukan touring.
“Para pemotor kerap mengabaikan keselamatan dan keamanan berkendara. Padahal, banyak kecelakaan terjadi karena kelelahan dan kurang istirahat. Salah satu bahaya yang kerap dialami pengendara adalah microsleep,” ujarnya
Upayakan touring ke zona hijau
Meski pandemi masih berlangsung, Acho mengaku tetap melakukan touring, baik bersama tim maupun secara mandiri.
Belum lama ini, ia baru menyelesaikan touring secara mandiri dari Bandung menuju Yogyakarta, Makassar, Bitung, Surabaya, lalu kembali ke Bandung.
Selepas itu, ia kembali melanjutkan perjalanan menuju Medan dengan jarak tempuh sekitar 10.000 kilometer (km).
Acho melanjutkan bahwa touring selama pandemi dimungkinkan selama pengendara mengunjungi kota yang sudah masuk zona hijau.
Tak kalah penting, pengendara juga harus tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) sembari membekali diri dengan informasi terkini mengenai kota yang hendak dituju.
“Biasanya, kami melakukan touring ke zona yang betul-betul aman,” katanya.
Sebagai orang yang telah berpengalaman dengan aktivitas touring, Acho mengungkapkan bahwa peran motor yang ditunggangi penting saat melakukan kegiatan tersebut.
Ia mengatakan, hampir semua produk Yamaha memiliki daya tahan kuat dan bisa diandalkan untuk touring, termasuk Yamaha Xmax.
Yamaha Xmax, kata Acho, dapat diandalkan, baik untuk pemakaian harian sehari-hari di dalam kota maupun aktivitas touring hingga pelosok daerah.
Selain itu, Yamaha memiliki pelayanan purnajual yang baik. Ia pun tak pernah kesulitan dalam mencari spare part kendaraanya.
“Karena diproduksi di Indonesia, spare part Yamaha Xmax mudah dicari dan harganya terjangkau. Selain itu, kelebihan motor ini adalah mudah dimodifikasi sehingga bisa digunakan untuk berbagai keperluan konsumen," ujarnya.
Lebih dari sekadar klub motor
Setiap hari, lanjut Acho, selalu ada anggota IMO yang melakukan touring atau perjalanan keluar kota. Karenanya, IMO memiliki grup khusus di Telegram yang memantau aktivitas touring dan perjalanan anggota klub saat keluar kota.
Menurutnya, keberadaan grup tersebut amat membantu anggota IMO saat mengalami masalah atau kendala di perjalanan. Ia pun merasakan langsung manfaat grup tersebut.
Ia bercerita, beberapa bulan lalu saat melakukan touring ke Bali bersama dua rekannya, bearing Xmax salah satu rekannya pecah di daerah terpencil di kawasan Situbondo, Jawa Timur. Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan jauh dari bengkel.
Acho mengontak satu orang koordinator regional IMO di Jawa Timur. Sang koordinator pun sigap menyebarkan info tersebut kepada anggota IMO yang berdomisili di Situbondo dan sekitarnya. Sepuluh menit berselang, sudah banyak orang yang membantu Acho.
“Buat saya, itu luar biasa karena rekan-rekan memberikan bantuan secara cuma-cuma tanpa tedeng aling-aling. Jika tidak dibantu, mungkin saya harus menunggu sampai pagi untuk menunggu bengkel buka,” ujarnya.
Acho juga mengungkapkan rasa bangganya bisa bergabung dengan keluarga besar komunitas Maxi Yamaha Series. Sebab, ia bisa mendapatkan puluhan ribu teman dari Sabang sampai Merauke dengan berkomunitas.
Menurutnya, persaudaraan yang erat di dalam komunitas membuat para anggota siap membantu satu sama lain, kapan pun dan di mana pun.
“Ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang,” ungkap Acho.
Untuk diketahui, saat diwawancara tim Kompas.com, Acho sedang berada di Lhokseumawe, Aceh, dalam agenda touring. Ia pun mendapat bantuan tempat tinggal dari anggota IMO selama melakukan touring di Aceh.
“Saya tidak pernah bermimpi memiliki pertemanan yang begitu banyak dan besar. Perkawanan dan persaudaraan seperti ini merupakan anugerah yang tidak bisa dibeli,” ujarnya.
Tak hanya itu, IMO juga rutin melakukan kegiatan sosial sebagai salah satu bentuk kontribusinya terhadap masyarakat, terlebih selama masa pandemi.
Acho menuturkan bahwa pada awal pandemi, IMO menggalakkan gerakan donor darah bagi seluruh anggota di seluruh Indonesia.
Saat itu, lanjutnya, stok darah di Palang Merah Indonesia (PMI) menipis karena pembatasan sosial. Peserta yang mendonorkan darah pun akan mendapatkan bingkisan dari IMO.
Selain itu, IMO juga memiliki kegiatan sosial yang dilakukan secara rutin, seperti bantuan sosial (bansos) dan pemberian nasi bungkus setiap Jumat untuk orang yang membutuhkan.
“Itu merupakan langkah kecil dari kami untuk bisa membantu sesama,” tutur Acho.