Advertorial

Manfaatkan Listrik dari Energi Terbarukan, Inilah Cerita dari Papagarang dan Distrik Windesi

Kompas.com - 31/10/2021, 11:38 WIB

KOMPAS.com – Lebih dari 1.500 penduduk di Pulau Papagarang, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini dapat bernapas lega. Aliran listrik yang dulu serbaterbatas, kini bisa dirasakan selama 24 jam. Masyarakat pun dapat meningkatkan produktivitas dari pagi hingga malam.

Kepala Desa Papagarang Basyir mengatakan, sebelum listrik masuk, aktivitas masyarakat setempat sangat terbatas. Kalau malam tiba, masyarakat beraktivitas di dalam rumah dengan penerangan seadanya.

“Keadaan desa waktu itu sangat gelap. Semua jalan umum gelap sekali. Hampir semua masyarakat aktivitasnya di rumah saja (kalau malam tiba),” ujar Basyir, dikutip dari Kompas.id, Senin (25/10/2021).

Pemanfaatan listrik di Papagarang sebetulnya bukan kali pertama. Awalnya, masyarakat mulai memakai listrik pada 2005 sejak salah satu pengusaha lokal menyediakan mesin diesel untuk pembangkit listrik.

Meski demikian, waktu penggunaan listrik tidak bisa 24 jam nonstop. Masyarakat Pulau Papagarang hanya bisa menikmati listrik selama 6 jam, mulai dari pukul 6 sore sampai 12 malam dengan biaya iuran perbulan Rp 10.000 per rumah.

Seiring berjalannya waktu, mesin diesel milik pengusaha lokal itu rusak. Untuk membetulkannya, pemilik harus menempuh perjalanan jauh ke Labuan Bajo.

Pada 2006, pemilik usaha memutuskan untuk menghentikan bisnisnya. Dari situ, malam-malam di Papagarang pun Kembali gelap.

Kisah mengenai sulitnya akses listrik juga dirasakan oleh warga Distrik Windesi, Papua Barat. Selama puluhan tahun, warga di sana tak dapat menikmati terangnya malam karena aliran listrik belum masuk.

Untuk mendapatkan sumber cahaya, warga distrik harus memanfaatkan kayu bakar dan lampu minyak.

Kini, kondisinya berbeda. Malam-malam yang gelap hanya tinggal cerita warga di Papagarang dan Distrik Windesi. Sebab, Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah masuk ke dua daerah tersebut.

Adapun aliran listrik di dua wilayah itu menggunakan energi terbarukan dari Pembangkit Listrik Tenaga urya (PLTS). Sejak itu, produktivitas masyarakat pun meningkat.

Bnayak pula kegiatan yang terbantu dengan adanya listrik. Misalnya, suplai air yang tadinya harus diambil dari Kawasan yang jauh dna membutuhkan ongkos, kini sudah bisa dinikmati dari rumah dengan memanfaatkan listrik.

Di Papagarang, Ada Wirnawati (31) yang memanfaatkan kulkasnya untuk berjualan es. Ada pula warga lain yang punya usaha membuat kapal. Dengan peralatan listrik, roda perekonomian di wilayah ini jadi berputar.

Wirnawati (31) mempersiapkan es batu dagangannya di Dusun Tanjung Keramat, Desa Papagarang, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (2/10/2021). Keberadaan listrik PLN melalui PLTS Papagarang membantu kegiatan ekonomi warga setempat.KOMPAS/PRIYOMBODO Wirnawati (31) mempersiapkan es batu dagangannya di Dusun Tanjung Keramat, Desa Papagarang, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (2/10/2021). Keberadaan listrik PLN melalui PLTS Papagarang membantu kegiatan ekonomi warga setempat.

Author/credit: KOMPAS/PRIYOMBODO

Berbeda lagi dengan warga Distrik Windesi. Di sini, PLN menyediakan tabung listrik (talis) sebagai sumber energi.

Talis mampu menyimpan energi hingga 500Wh untuk digunakan masyarakat. Lewat satu tabung, mereka dapat menyalakan 3 lampu dan bertahan hingga 5 hari.

Manager PT PLN UP3 Biak Y Soedarmono menjelaskan, talis merupakan solusi jangka pendek yang diberikan oleh PLN di wilayah pedalaman seperti Distrik Windesi. 

Pemilihan solusi jangka pendek ini bukan tanpa sebab. Akses antar daerah yang belum terhubung satu sama lain jadi kendala tersendiri. Belum lagi, pembangunan infrastruktur listrik seperti jaringan dan pembangkit memakan waktu lebih lama.

“Inilah yang bisa kami lakukan untuk jangka pendek,” jelasnya.

Meskipun begitu, ia memastikan pihaknya tetap memiliki rencana untuk menyediakan listrik jangka panjang saat infrastruktur pendukung telah terpenuhi.

“Ke depan, kami akan membangun pula jaringan untuk menghubungkan distrik yang ada di Kepulauan Yapen,” jelas Soedarmono.

Sebagai informasi, PLN juga memberikan fasilitas stasiun pengisian energi listrik (SPEL) sebanyak 565 titik yang tersebar di kabupaten Kepulauan Yapen.

Stasiun pengisian energi tersebut menggunakan panel surya sebagai sumber energinya. Energi yang terserap dari panel surya dapat dimanfaatkan untuk mengisi talis.

Jelajahi pembangkit listrik di penjuru negeri

PLN berkomitmen untuk menyediakan akses listrik di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun kondisi geografis Tanah Air yang berupa kepulauan kerap jadi tantangan untuk mewujudkan hal itu, bukan berarti manfaat listrik tak dapat dirasakan penduduk yang berada di wilayah pedalaman.

Pemanfaatan potensi energi terbarukan seperti yang telah dirasakan oleh warga Papagarang dan Distrik Windesi pun jadi angin segar bagi wilayah lainnya. Pelan tapi pasti, PLN akan mewujudkan rasio elektrifikasi nasional 100 persen.

Cerita mengenai upaya itu terekam dalam bacaan yang ditayangkan oleh Harian Kompas dalam program Jelajah Energi Nusantara.

Program ini hadir dalam rangka menyemarakkan Hari Listrik Nasional 2021. Lewat Jelajah Energi Nusantara, Harian Kompas menyajikan seluk-beluk cerita pemanfaatan energi terbarukan untuk listrik di penjuru Indonesia.

Jelajah Energi Nusantara terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni diskusi panel secara virtual (webinar), peliputan di lapangan, serta penulisan laporan dalam bentuk feature dan hard news yang tayang di Harian Kompas serta platform Kompas.id tiap Senin mulai Oktober-November 2021. Klik di sini untuk membaca.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com