Advertorial

Kemampuan Deteksi Diri Jadi Kunci Adaptasi di Masa Pandemi

Kompas.com - 03/11/2021, 12:46 WIB

KOMPAS.com – Meski angka kasus positif Covid-19 telah melandai, pemerintah terus mengingatkan masyarakat agar tidak abai karena wabah ini belum sepenuhnya usai.

Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) M Adib Khumaidi mengatakan bahwa saat ini, pandemi Covid-19 di Indonesia tengah berada dalam fase relaksasi.

Hal itu ia sampaikan dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) pada Selasa (2/11/2021).

Adib menjelaskan bahwa sejumlah upaya pengendalian pandemi tetap harus dilakukan pada fase tersebut.

Upaya itu di antaranya adalah menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara disiplin guna mencegah penularan, mempercepat program vaksinasi, serta beradaptasi dengan perilaku baru guna menjaga kesehatan sosial, fisik, dan mental di masa pandemi.

Menurut Adib, sebagai salah satu perilaku adaptasi kebiasaan baru, masyarakat perlu memahami beberapa hal.

“Hal terpenting yang juga harus dipahami masyarakat adalah kesadaran (awareness) dan deteksi diri (self assessment),” ujar Adib dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (3/11/2021).

Menurut Adib, dengan kesadaran dan deteksi diri sendiri, seseorang telah berperan besar dalam menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.

Kemudian, keluarga yang sehat akan mampu beradaptasi dengan kondisi pandemi saat ini sekaligus berkontribusi dalam upaya melindungi masyarakat dari paparan Covid-19.

“Adaptasi kebiasaan baru termasuk (upaya) menghindari hal-hal yang memungkinkan (risiko) paparan Covid-19,” tambah Adib.

Untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid, masyarakat juga perlu mendisiplinkan prokes 5M, yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas.

Selanjutnya, memperhatikan ventilasi-durasi-jarak saat beraktivitas guna mengurangi risiko paparan, menerapkan 3T (tracing, testing, treatment), serta mengikuti program vaksinasi.

Adib menyatakan bahwa kunci penanganan pandemi berada di tangan rakyat. Seluruh upaya pengendalian pandemi yang dilakukan pemerintah tidak akan berhasil tanpa partisipasi masyarakat.

Adib menilai, masyarakat harus menjadi garda terdepan dengan kemampuan dalam menjalankan fungsi skrining dan triase komunitas.

“Masyarakat jangan lengah dan tetap jaga prokes. Jaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Sampaikan ke semua pihak bahwa pandemi belum selesai. Bila ada gejala Covid-19, segera lapor ke fasilitas kesehatan terdekat,” pesan Adib.

Pada kesempatan yang sama, Anggota Satgas Penanganan Covid-19 Sub Bidang Mitigasi Falla Adinda juga menyoroti pentingnya kemampuan setiap individu untuk melakukan self assessment sebagai upaya melindungi diri di masa pandemi.

“Semakin tinggi jam terbang dalam menghadapi pandemi, semakin baik pula kemampuan masyarakat untuk menilai situasi sekitar,” kata Falla yang juga berprofesi sebagai dokter itu.

Dengan kemampuan tersebut, masyarakat dapat menilai waktu yang aman untuk membuka masker atau menjauhi tempat yang berpotensi meningkatkan penularan Covid-19.

Selain itu, Falla juga mengimbau setiap orang untuk membatasi mobilitas. Seperti diketahui, peningkatan mobilitas merupakan salah satu pemicu pertambahan kasus Covid-19 di Indonesia.

Demi mencegah peningkatan mobilitas, lanjut Falla, pemerintah telah meniadakan cuti bersama pada momen Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru).

“Euforia akhir tahun bisa dialihkan kepada hal-hal yang lebih aman. Kita harus waspada dan sadar bahwa pandemi masih ada sehingga potensi kenaikan kasus masih mengintai. Dibutuhkan kerja sama semua pihak, terutama diri sendiri, untuk mencegah penularan,” ujar Falla.

Selain menjaga kesehatan fisik, upaya mempertahankan kesehatan mental juga menjadi hal penting dalam situasi sulit, seperti pandemi.

Co-Founder dan Director Pijar Psikologi Regis Machdy menjelaskan, gangguan kesehatan mental umum dan depresi meningkat hampir 6 persen selama pandemi Covid-19.

Gangguan kesehatan mental itu terjadi akibat beragam alasan, seperti kehilangan pekerjaan atau kerabat, dan perubahan total pada kehidupan.

“Oleh sebab itu, kami berupaya memberikan edukasi serta ruang aman bagi masyarakat untuk berkonsultasi dan bercerita terkait kesehatan mental,” kata Regis.

Pada kesempatan tersebut, Regis juga menekankan pentingnya memiliki pola pikir optimistis. Masyarakat harus menyadari, sebagai spesies yang telah menghadapi bermacam cobaan, manusia dapat mempertahankan diri agar selamat.

Selain itu, dia juga mendorong seluruh masyarakat agar bekerja sama untuk saling mengingatkan dalam menjaga kesehatan fisik dan mental.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com