KOMPAS.com - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk atau Bank BJB berhasil mempertahankan kinerja positif pada triwulan III 2021 meski berada di tengah situasi pandemi Covid-19.
Salah satu faktor pendorong kinerja tersebut adalah catatan non-performing loan (NPL) atau kredit macet yang senantiasa terjaga di tingkat rendah.
Pada triwulan III 2021, NPL gross Bank BJB mengalami penurunan secara tahunan atau year on year (yoy) dari 1,5 persen pada tahun sebelumnya menjadi 1,3 persen. Sementara, coverage ratio berada di level 161,6 persen.
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan, penurunan tersebut merupakan pencapaian baik. Ini mengingat NPL industri perbankan nasional masih berada pada level 3,35 persen per Oktober 2021. Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 4,35 persen secara yoy.
“Bank BJB memiliki tingkat NPL yang terjaga dengan baik di triwulan ini. Angkanya berada cukup jauh di bawah NPL rata-rata industri perbankan nasional pada triwulan III 2021," ujar Yuddy dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (10/11/2021).
Yuddy menambahkan, NPL pada triwulan III berhasil ditekan hingga mencapai rasio yang rendah, bahkan ketika total kredit Bank BJB tumbuh 6,9 persen secara yoy menjadi Rp 94,73 triliun.
Tak hanya itu, masing-masing segmen kredit Bank BJB juga mampu menyumbang angka NPL yang terjaga dengan baik pada triwulan II 2021.
Yuddy menjelaskan, segmen kredit pemilikan rumah (KPR) menyumbang 22 persen dari total nilai NPL Bank BJB pada triwulan III. NPL pada segmen ini menurun 1,6 persen secara yoy menjadi 3,4 persen.
“Sementara, segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menyumbang 11 persen. NPL kredit UMKM mengalami penurunan menjadi 0,1 persen secara yoy menjadi sebesar 2,2 persen,” papar Yuddy.
Selain itu, lanjut Yuddy, segmen komersial dan konsumer masing-masing berkontribusi sebanyak 58 persen dan 10 persen dari total nilai NPL Bank BJB pada triwulan III 2021.
Tingkat NPL kredit komersial turun sebesar 1,1 persen secara yoy menjadi 3,4 persen. Sementara, NPL segmen konsumer turun sebesar 0,01 persen secara yoy menjadi 0,19 persen.
"Kami senantiasa berupaya menjaga rasio NPL yang rendah di periode-periode berikutnya,” jelas Yuddy.