Advertorial

Antisipasi Lonjakan Pengunjung, Kota Yogyakarta Sambut Libur Nataru dengan One Gate System dan Aplikasi Sugeng Rawuh

Kompas.com - 19/11/2021, 18:04 WIB

KOMPAS.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta akan segera menerapkan one gate system atau sistem satu pintu dan mewajibkan pemakaian aplikasi Sugeng Rawuh. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengatakan, kebijakan itu bertujuan agar pelaksanaan protokol kesehatan (prokes) tetap berjalan dengan baik. Meskipun target capaian vaksinasi di Kota Yogyakarta sudah terpenuhi, langkah tersebut tetap dinilai perlu agar penyebaran Covid-19 dapat diantisipasi.

One gate system merupakan manajemen transportasi bus wisata yang diluncurkan sejak 23 Oktober 2021. Ketetapan ini mengharuskan semua angkutan wisata melewati Terminal Giwangan,” kata Aman dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (19/11/2021).

Ia melanjutkan, one gate system bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat. Selain itu, sistem tersebut dapat sekaligus menghindari kemacetan.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta Agus Arif Nugroho mengatakan, one gate system mengharuskan bus-bus yang datang untuk transit di Terminal Giwangan. Di sini, petugas akan melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen kesehatan penumpang, termasuk bukti vaksin.

“Penumpang harus memiliki dokumen bukti vaksin minimal dosis pertama. Selain itu, bus juga akan diperiksa bukti kelayakan kendaraannya,” kata Agus.

Selanjutnya, bus yang lolos skrining akan mendapat stiker dan kartu parkir di wilayah yang sudah ditetapkan. Bus tanpa stiker dan kartu parkir dipastikan tidak bisa mengakses tempat wisata di Kota Yogyakarta.

Pengetatan protokol kesehatan juga dilakukan di kawasan Malioboro. Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta Ekwanto mengakui bahwa pembatasan jumlah wisatawan yang datang ke Malioboro tidak mudah.

Untuk itu, UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta bersama dengan Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Yogyakarta mengembangkan aplikasi Sugeng Rawung. Aplikasi ini berfungsi untuk mengontrol jumlah wisatawan yang masuk ke kawasan Malioboro.

“Kawasan Malioboro berbeda dengan tempat wisata lainnya yang memiliki sistem tiket. Malioboro memiliki 17 pintu masuk sehingga sangat sulit untuk mengatur arus masuk wisatawan. Dibutuhkan suatu sistem yang terkoneksi dan mudah digunakan,” papar Ekwanto.

Pihaknya pun mewajibkan penggunaan aplikasi Sugeng Rawuh saat wisatawan berkunjung ke Malioboro. Pengunjung harus memindai barcode di sejumlah pintu masuk kawasan Malioboro menggunakan aplikasi tersebut.

Barcode yang wajib wisatawan pindai sebelum memasuki kawasan Malioboro.Dok. Pemprov Yogyakarta Barcode yang wajib wisatawan pindai sebelum memasuki kawasan Malioboro.

“Saat ini, di 17 pintu masuk Malioboro terdapat 2 petugas yang bertugas memperingatkan dan membantu para pengunjung untuk melakukan pemindaian barcode sebelum masuk ke kawasan Malioboro,” tutur Ekwanto.

Melalui aplikasi tersebut, UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta bisa mengetahui jumlah wisatawan yang berada di kawasan Malioboro. Dengan begitu, pengaturan arus masuk wisatawan bisa dilakukan dengan baik.

Ekwanto juga mengatakan bahwa durasi berkunjung di Malioboro akan dibatasi. Nantinya, pengunjung akan diberikan peringatan melalui aplikasi WhatsApp di nomor telepon yang sudah dicantumkan di aplikasi Sugeng Rawuh.

“Waktu kunjung wisatawan di Malioboro maksimal 2 jam. Untuk pengunjung yang menggunakan bus wisata, waktu kunjung maksimal 3 jam,” jelasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, penggunaan aplikasi Sugeng Rawuh dapat melengkapi kebijakan one gate system yang ditetapkan untuk arus bus pariwisata di Kota Yogyakarta.

Untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung, Ekwanto menuturkan, UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait serta terus berupaya membuat Malioboro aman dan nyaman untuk wisatawan.

Pihak UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta juga memastikan ketersediaan wastafel, melakukan penyemprotan air bersih, dan membersihkan sampah 3 sampai 6 kali sehari.

Selain itu, pihaknya memantau harga di warung-warung kaki lima yang ada di kawasan Malioboro dan melakukan vaksinasi gratis kepada wisatawan yang belum divaksin.

“Kami juga menyediakan tes antigen dan vaksinasi gratis setiap Sabtu dan Minggu. Namun, sampai saat ini, kami kesulitan untuk mendapatkan orang yang mau divaksin. Sebab, rata-rata wisatawan yang masuk ke kawasan Malioboro sudah divaksin,” tutur Ekwanto.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com