KOMPAS.com – Sebagai negara agraris, Indonesia mengandalkan sektor pertanian sebagai salah satu mata pencaharian utama penduduk.
Tak heran, subsektor tanaman pangan memiliki andil yang besar dalam perekonomian. Adapun salah satu komoditas yang memiliki peran strategis dalam industri pangan Indonesia adalah jagung.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2020), terdapat beberapa jenis jagung yang dibudidayakan di Indonesia.
Pertama, jagung hibrida. Jenis ini merupakan keturunan pertama dari persilangan dua tetua yang memiliki karakter atau sifat unggul. Keunggulan jagung hibrida adalah kapasitas produksi yang tinggi hingga mencapai 8–12 ton per hektare (ha).
Kedua, jagung komposit atau jagung lokal. Jagung jenis ini berumur pendek, tahan hama penyakit, dan dapat ditanam secara berulang. Sayangnya, jenis ini memiliki kapasitas produksi yang rendah, yakni sekitar 3–5 ton per ha.
Ketiga, jagung transgenik. Jenis ini merupakan hasil dari penyisipan gen sehingga memiliki beberapa sifat yang superior. Jenis transgenik memiliki keunggulan hasil produksi yang relatif tinggi, yaitu 8–10 ton per ha.
Produksi dan konsumsi jagung nasional
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), beberapa sentra produksi jagung saat ini sudah mencapai target produktivitas, yakni 8-9 ton per ha dengan luasan panen nasional sepanjang 2020 mencapai 5,16 juta ha.
Sementara, tingkat konsumsi jagung mencapai 1,8 kilogram per kapita per tahun dan ditargetkan meningkat menjadi 4,1 kilogram per kapita per tahun pada 2024.
Peningkatan konsumsi jagung sebagai bahan makanan pokok diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap nasi atau beras.
Walau demikian, tak mudah untuk mengubah perilaku masyarakat dalam konsumsi pangan serta menyadarkan masyarakat mengenai konsumsi pangan yang beragam.
Karenanya, sosialisasi terkait diversifikasi pangan perlu dilakukan secara masif. Terlebih, jagung memiliki potensi besar untuk menjadi bahan makanan pokok masyarakat Indonesia.
Membangun pengairan dan menghasilkan produk unggulan
Adapun salah satu desa penghasil jagung adalah Desa Pucangrejo, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Sebagian besar penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai petani jagung.
Meski begitu, petani jagung di Desa Pucangrejo memiliki sejumlah tantangan dalam pengolahan lahan untuk ditanami tanaman pertanian, khususnya jagung.
Salah satu tantangannya adalah lahan tidak dapat diolah secara optimal. Pasalnya, lahan seluas 90 ha di desa tersebut sulit mendapatkan akses air untuk pengairan tanaman pertanian yang dibudidayakan oleh petani.
Untuk mengatasinya, pihak Desa Pucangrejo pun membangun saluran pengairan agar lahan pertanian setempat memiliki pengairan yang stabil. Sayangnya, pembangunan tersebut terhambat karena dana pembangunan saluran pengairan digunakan untuk kegiatan sosial warga desa yang terdampak pandemi Covid-19.
Menjawab kebutuhan tersebut, Bank Rakyat Indonesia (BRI) hadir untuk mendukung pembangunan saluran pengairan pada lahan pertanian jagung di Desa Pucangrejo yang selama ini tidak dapat teraliri air.
Dalam upaya meningkatkan produksi tanam jagung dan angkutan hasil panen, BRI juga menyalurkan bantuan cultivator dan 2 unit alat transportasi roda tiga kepada kelompok petani jagung.
Untuk diketahui, kegiatan tersebut merupakan bagian dari program pemberdayaan BRI yang berfokus pada penguatan kelompok tani binaannya.
Pemberdayaan tersebut diberikan sesuai kebutuhan kelompok tani, mulai dari pengadaan sarana produksi pertanian, pengetahuan, hingga meningkatkan kecakapan kelompok tani dalam memanfaatkan media digital atau literasi digital sebagai upaya meluaskan jaringan pemasaran hasil pertaniannya.
Hingga saat ini, BRI telah membina sebanyak lebih dari 19.000 kelompok tani jagung di Indonesia.
Peningkatan produksi melalui penguatan modal
Wujud kontribusi BRI dalam peningkatan produksi komoditas jagung nasional juga tecermin pada capaian penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI ke komoditas pertanian yang mencapai lebih dari Rp 2,3 triliun pada Oktober 2021.
Jumlah tersebut mengalami kenaikan lebih dari 177 persen secara year to date dibandingkan penyaluran pada akhir 2020 sebesar Rp 831 miliar.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, upaya tersebut sejalan dengan visi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk terus mendukung peningkatan produksi 8 komoditas prioritas.
“Salah satunya adalah jagung melalui percepatan penyerapan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada ekosistem rantai bisnis jagung,” tuturnya dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (24/11/2021).