KOMPAS.com – Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan kontribusi sektor tersebut terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) pada 2020, sebanyak 65 juta pelaku UMKM telah berkontribusi sebesar 61,07 persen pada PDB Indonesia. Total kontribusi ini mencapai lebih dari Rp 8.500 triliun. Keberadaan UMKM juga mampu menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia.
Meski demikian, pandemi Covid-19 turut memberi pukulan terhadap sektor UMKM di Indonesia.
Pada sambutan acara "Virtual Media Session: Kontribusi BukuWarung Terhadap Akselerasi UMKM dan Perekonomian Indonesia", Kamis (18/11/2021), Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) memengaruhi pendanaan usaha dan pembayaran cicilan pelaku UMKM.
Pelaku usaha mikro dan kecil, kata Teten, bahkan sulit mendapatkan pembiayaan formal. Pasalnya, mereka tidak memiliki aset untuk dijaminkan dan pencatatan laporan keuangan yang memadai.
Permasalahan tersebut sebenarnya bisa diselesaikan dengan digitalisasi. Misalnya saja, melalui aplikasi pencatatan laporan keuangan seperti BukuWarung.
“Pembiayaan akan lebih cepat dan efektif bila diikuti dengan digitalisasi. Selain itu, digitalisasi juga menjadi enabler percepatan pemulihan ekonomi nasional. Saat ini, terdapat 16,4 juta atau 25,6 persen pelaku UMKM yang telah terhubung dengan ekosistem digital,” tutur Teten.
Ia pun berharap bahwa kehadiran aplikasi BukuWarung bisa mewujudkan target pemerintah untuk mencapai target 30 juta pelaku UMKM terhubung dengan ekosistem digital pada 2024.
“Semoga webinar yang diadakan BukuWarung ini dapat memberikan masukan terhadap perencanaan pemerintah dan stakeholder guna mendukung kemajuan UMKM,” imbuh Teten.
Solusi pencatatan keuangan untuk pelaku UMKM
Head of Marketing BukuWarung Ika Paramita Prasetyo mengamini pernyataan Menteri Koperasi dan UKM. Menurutnya, permasalahan pelaku UMKM saat ini adalah ketiadaan laporan keuangan yang rapi dan ajek.
“Akibatnya, pelaku UMKM kerap kesulitan untuk mendapatkan pinjaman modal ke bank,” ujar Ika secara virtual.
Setidaknya, terdapat dua risiko yang dialami pelaku UMKM bila tidak memiliki pencatatan keuangan yang rapi. Pertama, mereka berisiko tidak mendapat akses layanan finansial sama sekali atau unbanked. Kedua, mereka mendapat akses layanan finansial, tetapi terbatas atau underbank.
Karena permasalahan tersebut, BukuWarung hadir sebagai solusi pencatatan keuangan terstruktur, ajek, dan rapi.
“Sudah dua tahun sejak BukuWarung berdiri, kami telah membantu para pelaku UMKM dalam pengelolaan dan pengembangan bisnis secara efisien. Selain itu, sektor UMKM juga bisa membantu mendorong perekonomian Indonesia,” tutur Ika.
Ika mengatakan bahwa sejak berdiri pada 2019 sebagai perusahaan teknologi, BukuWarung memang memiliki fokus pada pengembangan dan digitalisasi sektor UMKM di Indonesia.
Hal tersebut dilakukan untuk menyokong keinginan pemerintah untuk menjadi pemain utama ekonomi digital di Asia Tenggara pada 2030.
Hingga saat ini, perusahaan teknologi penyedia ekosistem finansial digital, mulai dari pencatatan keuangan digital, penjualan, pembayaran, hingga pembiayaan online, tersebut telah memiliki mitra pelaku UMKM sebanyak 6,5 juta.
Dengan ikut tergabung dalam ekosistem BukuWarung, kata Ika, pelaku UMKM dapat meningkatkan kapabilitas dan memajukan bisnis.
Fitur pencatatan keuangan digital pada aplikasi BukuWarung pun akan memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM untuk membuat laporan. Hal ini dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman modal ke bank.
Aplikasi BukuWarung juga dibuat dengan user experience yang simpel dan mudah. Aplikasi ini juga aman digunakan serta gratis.
Kontribusi BukuWarung terhadap sektor UMKM
Dampak positif layanan BukuWarung dirasakan oleh pelaku UMKM. Hal ini terlihat dari laporan penelitian Institute for Development of Economics and Finance (Indef).
Peneliti Indef Nailul Huda memaparkan, terdapat lima manfaat yang dirasakan pelaku UMKM saat menggunakan aplikasi keuangan digital, yakni kemudahan penggunaan dan efektivitas, memiliki pencatatan keuangan lebih baik, bisa digunakan kapan pun dan di mana saja, akuntabel, serta keamanan data terjamin.
“Kelima faktor tersebut menjadi alasan pelaku UMKM menggunakan layanan aplikasi keuangan digital, termasuk BukuWarung,” ujar Huda pada acara yang sama.
Dari hasil penelitian Indef, BukuWarung telah memberikan dampak total output ekonomi nasional sebesar Rp 32,9 triliun atau setara dengan 0,27 persen terhadap PDB Indonesia.
Huda menjelaskan, dampak positif BukuWarung terbesar dirasakan oleh sektor jasa lainnya yang mencapai Rp 8,8 triliun, lalu diikuti sektor pertanian Rp 6,9 triliun.
“Selanjutnya, sektor jasa konsultasi komputer dan teknologi informasi Rp 6,8 triliun, sektor ketenagalistrikan Rp 1,6 triliun, serta sektor perdagangan besar dan ritel Rp 1,6 triliun,” papar Huda.
BukuWarung juga memberikan dampak pada investasi nasional. Keberadaan BukuWarung meningkatkan jumlah investasi nasional sebesar Rp 2,3 triliun atau memberi kontribusi sebesar 47,07 persen atas peningkatan investasi nasional.
“BukuWarung juga berdampak terhadap peningkatan pendapatan tenaga kerja, yakni Rp 10,97 triliun. Jumlah pendapatan ini meningkat sebesar 25,6 persen ketimbang sebelum menggunakan BukuWarung,” paparnya.
Tak hanya berdampak positif pada pendapatan, layanan BukuWarung juga berkontribusi terhadap penyerapan lapangan pekerjaan di berbagai sektor.
Huda menjelaskan, mitra pelaku UMKM BukuWarung dapat menyerap tenaga kerja mencapai 368.000 jiwa atau berkontribusi sebesar 0,31 persen terhadap angka tenaga kerja nasional. Jumlah ini naik sebesar 31,43 persen.
Atas kontribusi tersebut, pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Faisal Basri pun mengapresiasi BukuWarung, khususnya sumbangan terhadap sektor pertanian.
“Memajukan sektor pertanian lebih kompleks karena proses digitalisasinya cenderung minim dan akses terhadap teknologi masih rendah. Saya mengapresiasi BukuWarung yang turut merambah sektor pertanian,” katanya Faisal di acara yang sama.
Faisal pun berharap, BukuWarung turut berkontribusi memajukan industri manufaktur. Pasalnya, industri manufaktur bersifat dinamis dalam mengangkat perekonomian Indonesia.
“Saat ini, terdapat 4,4 juta pelaku industri manufaktur mikro dan kecil. Sebanyak 40 persen di antaranya berasal dari industri makanan. Semoga ke depan industri ini dapat dikembangkan,” tuturnya.