Advertorial

Hari Guru Nasional, Apresiasi Peranan Guru sebagai Agen Pemulihan Pendidikan

Kompas.com - 26/11/2021, 17:02 WIB

KOMPAS.com – Guru merupakan salah satu profesi yang membutuhkan dedikasi dan ketulusan sepenuh hati. Atas perjuangan dan jasa-jasanya, guru layak mendapatkan apresiasi tertinggi. Salah satunya, melalui Hari Guru Nasional.

Adapun peringatan Hari Guru Nasional 2021 bertajuk “Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan”, Kamis (25/11/2021), menjadi bentuk ucapan terima kasih masyarakat kepada guru atas jasa mereka dalam memajukan pendidikan.

Sebagai seorang pengajar, guru mengemban tugas tertinggi untuk menjadi penggerak, pembelajar, sekaligus agen perubahan untuk masa depan seluruh anak didik yang diajar.

Hal tersebut diungkapkan oleh guru sekaligus influencer Mardimpu Sihombing dalam dialog bertajuk “Peran Aktif Guru dalam Pemulihan Pendidikan” di Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kamis.

Ia mengatakan, seorang guru berkewajiban untuk selalu menuangkan ide agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang bermutu.

“Guru harus menghamba pada anak didik. Harus diciptakan sistem pendidikan yang terfokus pada peserta didik dan dapat mengidentifikasi minat bakat peserta didik,” kata Mardimpu dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (26/11/2021).

Ia juga menekankan pentingnya pendampingan murid dengan konsep merdeka atau dibebaskan dalam hal pembelajaran. Sebab, setiap anak memiliki karakter yang berbeda.

“Dalam hal tersebut, baik guru, orangtua, maupun peserta didik harus berkolaborasi serta menjalin komunikasi dengan baik agar dapat dilakukan pendekatan sesuai kebutuhan tiap murid,” tuturnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Ketua Umum (Ketum) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi. Ia mengungkapkan, kolaborasi dan komunikasi dapat menggairahkan guru untuk menemukan cara-cara baru dalam mengajar.

“Sesuatu yang paling dibutuhkan guru saat ini adalah sesuatu yang relate atau sesuai dan berhubungan dengan kebutuhan anak. Dengan demikian, transformasi kurikulum juga diperlukan agar dapat bersifat dinamis dan sesuai kebutuhan yang ada,” kata Unifah.

Selain kompetensi ilmu pengetahuan, keterampilan serta karakter peserta didik saat ini juga harus diperhatikan dan diutamakan. Menurutnya, seorang guru harus dapat merumuskan pembelajaran bersama siswa sesuai kompetensi dan kebutuhan, serta mendorong pembelajaran yang bersifat personalize learning.

“Saat ini, sumber belajar bisa didapatkan dari mana saja. Sementara, saat di kelas, murid dan guru dapat mengakrabkan diri dengan melakukan sejumlah hal, seperti komunikasi, kolaborasi, atau memecahkan masalah. Saya yakin bahwa para guru di Indonesia dapat memulihkan pendidikan,” papar Unifah.

Walau demikian, ada sejumlah kesulitan yang dihadapi para guru dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran, terutama sejak pandemi Covid-19 melanda.

Pasalnya, menurut Unifah, pandemi Covid-19 menghadirkan tantangan besar dalam dunia pendidikan. Salah satunya, adaptasi sistem pembelajaran jarak jauh yang secara kualitas tidak seoptimal pembelajaran tatap muka (PTM).

Tidak jarang, anak didik mengalami learning loss, kehilangan pengalaman belajar, interaksi, serta elaborasi dengan sesama siswa dan guru pada masa pandemi.

Menurut anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Putra Nababan, sektor pendidikan Indonesia masih menganut kurikulum tatap muka.

“Jadi, yang terpenting adalah tatap muka dulu. Sebagian besar anak-anak usia PAUD, SD, hingga SMK bidang vokasi sangat memerlukan pembelajaran tatap muka,” paparnya.

Oleh karena itu, mengembalikan anak didik ke sekolah secara fisik dapat mengoptimalkan peran penting guru dalam pertumbuhan dan pendidikan anak bangsa.

Meski demikian, guru juga diharapkan dapat bekerja sama dengan para orangtua dalam memberikan pendidikan protokol kesehatan (prokes) kepada anak didik, seperti menjaga jarak, cuci tangan, dan vaksinasi.

Memunculkan inovasi dan kreativitas baru

Putra Nababan menjelaskan, walau dunia pendidikan Indonesia sempat mengalami culture shock saat PTM ditiadakan, pandemi Covid-19 justru menciptakan percepatan kepandaian guru dalam memunculkan inovasi dan kreativitas baru.

“(Pemanfaatan platform) daring di masa pandemi Covid-19 membuat seluruh lapisan pendidikan memahami mengenai hal-hal yang harus disederhanakan dari kurikulum yang sudah ada,” katanya.

Terkait hal tersebut, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Diktis Kemenag) Muhammad Zain mengisahkan kreativitas para guru di wilayah terpencil yang terkendala jaringan internet saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Untuk memastikan proses pembelajaran tetap berjalan tanpa beban berat pada kuota internet, para guru memberikan pendidikan melalui voice note atau rekaman suara yang dikirim melalui salah satu aplikasi chatting.

“Kunci pendidikan adalah para guru. Selain perlindungan kesehatan, kompetensi guru juga harus terus ditingkatkan. Hal ini diperlukan karena tugas utama guru tidak hanya melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan karakter baik,” papar Zain.

Adapun salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi guru adalah mendorong para guru agar dapat akrab dengan budaya digital.

“Dalam hal tersebut, kami bekerja sama dengan Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kemenkominfo) untuk menggelar program Madrasah Makin Cakap Digital,” ungkapnya.

Program tersebut bertujuan untuk melatih setiap insan pendidikan agar lebih nyaman berinteraksi dengan digital culture. Selain itu, guru juga diberikan kesempatan untuk mengakses isi Perpustakaan Nasional (Perpusnas).

Melalui upaya tersebut, ia berharap para guru dapat beradaptasi dan meneruskan perjuangannya menjadi pahlawan perubahan bagi seluruh anak didiknya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com