KOMPAS.com – Perkembangan teknologi informasi telah mengalihkan berbagai aktivitas manusia di berbagai bidang, seperti politik, sosial, ekonomi, kultural, dan spiritual, ke ruang digital.
Migrasi tersebut membuat komunikasi, interaksi, dan kolaborasi masyarakat banyak terjadi di media sosial.
Meski dilakukan di ruang digital, aktivitas tersebut tetap harus mengedepankan prinsip demokrasi.
Dalam seri webinar #MakinCakapDigital yang mengangkat tema “Bangun Demokrasi di Media Digital” di Kota Jakarta Timur (Jaktim), Senin (8/11/2021), dosen Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Mustaghfiroh Rahayu mengatakan, secara historis, demokrasi merupakan puncak dari ide untuk membatasi kekuasaan sekaligus menegakkan kedaulatan rakyat.
Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital.
Menurut Mustaghfiroh, dalam prinsip demokrasi, kedaulatan rakyat dapat ditegakkan melalui kehadiran konsep trias politika, konstitusi dan konstitusionalisme, civil society dan kewarganegaraan, serta tata kelola pemerintahan yang demokratis.
“Ada lima syarat untuk mewujudkan negara demokratis, yaitu partisipasi efektif, agenda kontrol, kesetaraan pemungutan suara, pemahaman yang tercerahkan, serta inklusivitas,” ujar Mustaghfiroh dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (26/11/2021).
Dia melanjutkan, Indonesia mengalami dekadensi demokrasi pada masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan Indeks Demokrasi yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit pada 2020, Indonesia menempati peringkat ke-64 dengan skor 6,3. Angka ini merupakan skor terendah selama 14 tahun terakhir.
Demokrasi, kata Mustaghfiroh, menemukan tantangan di masa pandemi karena penurunan partisipasi publik.
“Padahal, media digital seharusnya dapat dimanfaatkan untuk memperluas ruang publik secara efektif sehingga meningkatkan kesetaraan dalam hak politik,” jelas Mustaghfiroh.
Tak hanya Razi, narasumber lain dari berbagai bidang keahlian dan profesi juga hadir dalam webinar tersebut, yakni Sekretaris Nur Iman Foundation Mlangi Yogyakarta Muhammad Mustafied, perwakilan dari Kaizen Room Rhesa Radyan Pranastiko, dosen Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur Jakarta Anggun Puspitasari, dan Putri Tenun Songket Indonesia Julia RGDS.
Dalam pemaparannya, narasumber key opinion leader Julia menyampaikan bahwa demokrasi di ruang digital harus diiringi dengan kecakapan digital.
“Kalau tidak memiliki literasi dan kecakapan digital, masyarakat akan lebih mudah percaya hoaks dan menjadi tim yang provokatif. Hal ini dapat menjadi bumerang yang memecah belah bangsa,” kata Julia.
Menurut Julia, dalam prinsip demokrasi, semua orang mempunyai hak yang sama untuk berpendapat. Namun, hal ini tetap harus diikuti dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Oleh sebab itu, dia mengajak generasi muda untuk menjadi agen perubahan dengan literasi digital yang baik.
“Generasi muda harus pandai memilih informasi yang valid. Jangan pernah merasa puas untuk mempelajari literasi digital,” imbuh Julia.
Seluruh peserta tampak antusias dengan penjabaran para narasumber. Hal ini terlihat dari pertanyaan yang diajukan oleh salah satu peserta Aliza Maryam Hanifa. Dia menanyakan cara menyampaikan kritik secara beretika di media sosial.
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Mustaghfiroh. Menurut dia, saat menyampaikan kritik, hendaknya masyarakat tidak terbawa emosi sehingga menggunakan pilihan kata yang tidak baik.
“Sampaikan (kritik) dengan sopan dan bahasa yang baik. Lontarkan kritik sekaligus saran. Tambahkan pula dengan fakta yang mendukung,” ujar Mustaghfiroh.
Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan memahami dunia literasi digital.
Penyelenggara pun membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar tersebut juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik. Sebab, program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.