KOMPAS.com – Sebagai bagian terpenting dari indeks informasi dan literasi data di ranah digital, masyarakat dituntut untuk mampu mengakses, menyaring, dan memanfaatkan setiap informasi dengan bijak.
Oleh karena itu, setiap orang diharuskan untuk memiliki literasi digital yang baik agar bisa bertanggung jawab dalam pemanfaatan teknologi digital.
Selain itu, seseorang yang memiliki kecakapan literasi digital cenderung lebih mudah dalam memproteksi diri dari berbagai hal negatif yang ada di dunia maya, seperti terpapar berita bohong atau hoaks, penipuan online, dan phishing.
Dosen Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) dan anggota Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Wulan Tri Astuti SS MA mengatakan, terdapat beberapa manfaat yang dapat diraih jika seseorang memiliki literasi digital yang baik. Utamanya, literasi dalam bermedia massa.
Hal tersebut ia sampaikan dalam web seminar (webinar) #MakinCakapDigital dengan tema “Menjadi Masyarakat Digital yang Pintar”, Senin (8/11/2021).
Menurut Wulan, salah satu manfaat tersebut adalah dapat melindungi diri sendiri dan orang lain dari dampak negatif media massa.
“Manfaat selanjutnya, menurut kelompok preparasionis, literasi media merupakan upaya mempersiapkan masyarakat untuk hidup di dunia yang sesak (informasi) agar mampu menjadi konsumen media yang kritis. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan dunia digital yang nyaman dan damai agar pengguna internet dapat berinteraksi dengan positif,” ujar Wulan dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (26/11/2021).
Agar hal tersebut dapat terbentuk, lanjut Wulan, setiap orang harus bisa memperhatikan etika dalam berkomunikasi dan berinteraksi di ranah digital atau netiket.
Adapun cara menumbuhkan netiket adalah dengan mengenali audiens, menempatkan diri di posisi orang lain, dan memperlakukan semua orang secara sederajat.
“Selanjutnya, kita juga harus memiliki kepentingan yang sama dalam menggunakan media digital, berkomunikasi menggunakan bahasa, struktur kalimat, dan norma lain yang sesuai dengan interaksi di dunia nyata,” kata Wulan.
Terkait kendala yang dihadapi pemerintah dalam membendung hoaks yang semakin menjamur, dosen Universitas Diponegoro Amni Zarkasyi Rahman SAP Msi mengatakan, dibutuhkan peran semua pihak untuk mengatasi masalah tersebut.
“Negara butuh bantuan kita semua. Ini memberi kita kesempatan untuk berpartisipasi dalam rangka memberantas konten-konten negatif. Hoaks ini bisa merajalela karena ada penikmatnya. Jadi, ini seperti rantai dan sudah saling terkait. Kita harus bisa kenali hoaks, mulai dari sumber hingga judulnya yang provokatif,” kata Amni.
Maka dari itu, Amni meminta kepada setiap pengguna media sosial untuk mau meningkatkan pemahaman terhadap kecakapan dan etika digital.
Dalam sesi key opinion leader (KOL), runner-up The New L-Men of The Year Fadhil Achyari mengatakan, keberadaan teknologi digital, terutama internet, mampu mempermudah segala aktivitas banyak orang.
“Kemudahan tersebut termasuk dalam mendapatkan informasi. Namun, perlu diketahui, tak semua (informasi) yang kita dapat itu bernilai positif. Oleh karena itu, kita harus mampu memilah informasi yang positif dan kredibel. Kita juga harus meningkatkan kapasitas dan aktualisasi diri untuk bisa memanfaatkan kemudahan ini dan belajar hal-hal baru,” jelas Fadhil.
Selain itu, Fadhil juga berharap agar masyarakat bisa membentuk interaksi yang positif di ruang digital. Dengan begitu, masyarakat dapat memberikan pembelajaran dan manfaat kepada lingkungan sekaligus menciptakan berbagai peluang.
“Ketika bisa berinteraksi dan bekerja sama, maka kita juga mudah untuk meningkatkan hard skill dan soft skill. Kalau tidak mampu atau tidak dapat menerima perubahan, kita akan ketinggalan dan tidak siap menghadapi perubahan-perubahan yang ada saat ini,” ucapnya.
Sebagai informasi, webinar “Menjadi Masyarakat Digital yang Pintar” merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) di Kabupaten Serang, Banten.
Kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama Kemenkominfo dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital untuk memperkuat literasi digital di masyarakat.
Masyarakat yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital dapat mengikuti kegiatan webinar tersebut.
Kegiatan webinar itu diharapkan dapat mengundang partisipasi dan dukungan banyak pihak agar dapat terselenggara dengan baik. Pasalnya, program literasi yang digagas Kemenkominfo tersebut ditargetkan dapat menjaring 12,5 juta partisipan.