Advertorial

Sebelum Menyebarkan, Pastikan Informasi yang Diterima Valid agar Tidak Menyesatkan Masyarakat

Kompas.com - 26/11/2021, 22:18 WIB

KOMPAS.com – Rekayasa sosial atau social engineering belakangan marak terjadi tengah masyarakat. Tindak kejahatan ini dilakukan dengan memanipulasi psikologis korban sehingga tanpa sadar memberikan informasi penting dan sensitif.

Selain di dunia nyata, tindak kejahatan tersebut juga dapat terjadi di media digital, terutama media sosial.

Maka dari itu, penting memberikan edukasi bagi masyarakat agar terhindar dari tindakan kejahatan, seperti social engineering.

Merespons hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar bertajuk “Paham Digital, Jebakan Batman Hilang”, Selasa (9/11/2021).

Webinar tersebut menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain penulis dan jurnalis Didin Sutandi, anggota Japelidi dan dosen Universitas Udayana Dr Ni Made Ras Amanda, serta program director Swaragama Group sekaligus Sekjen Forum Diskusi Radio Indonesia Bonny Prasetia Ajisakti.

Selain itu, hadir pula Deputy Head of Communication Department Bina Nusantara University Jakarta Mia Angeline, serta aktor, penyiar televisi dan komedian Fajar Gomez.

Bonny mengatakan bahwa untuk menghindari social engineering, masyarakat harus melakukan verifikasi informasi pada sumber secara valid. Ia menyarankan untuk mengakses laman resmi dari media arus utama yang sudah melakukan proses pemeriksaan fakta terkait informasi yang didapatkan.

“Agar aman, masyarakat harus memahami maksud informasi dengan melakukan seleksi dan identifikasi dari informasi yang diterima. Jangan menyebarkan pesan tanpa memastikan kebenarannya terlebih dulu,” ujar Bonny dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Jumat (26/11/2021).

Ia meminta masyarakat untuk waspada terhadap informasi yang belum tentu kebenarannya. Informasi yang tersebar, lanjutnya, belum tentu semuanya yang benar. Bisa saja informasi itu adalah konten yang menyesatkan dengan menggiring pembaca untuk memiliki persepsi tertentu terhadap sebuah isu.

Pada sesi key opinion leader (KOL), Fajar Gomez juga menyarankan masyarakat untuk memahami terlebih dahulu mengenai literasi digital agar tidak terkena “jebakan Batman”.

“Kalau sudah mengerti dan memahami literasi digital, kita pasti akan lebih aware dengan berbagai konten yang mengandung hal-hal negatif dan lebih mengacuhkan saja,” katanya.

Fajar juga mengingatkan untuk lebih fokus ke hal-hal penting dan positif yang akan disebarkan kepada masyarakat.

Pada kesempatan tersebut, salah satu peserta webinar bernama Fitria Angelica Irawati bertanya cara mencegah masyarakat untuk tidak menyalahgunakan transaksi elektronik dan tidak ketagihan dengan pinjaman online (pinjol).

Menurut Didin Sutandi, semua perubahan yang ingin dilakukan harus dimulai dari diri sendiri. Maka dari itu, mengedukasi orang terdekat agar tidak kecanduan dapat dilakukan.

“Dalam hal edukasi, pastikan menjelaskan mengenai cara menentukan informasi yang berguna dan bagaimana menggunakannya. Sampaikan pesan utama bahwa ruang digital harus digunakan untuk hal yang positif,” ujarnya.

Sebagai informasi, webinar tersebut merupakan rangkaian dari Gerakan Nasional Literasi Digital. Bagi masyarakat yang ingin bergabung dan mengikuti webinar berikutnya dapat mencari informasi melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau