Advertorial

Tak Sekadar Sensasi, Kreator Konten Wajib Suguhkan Konten Positif di Era Digital

Kompas.com - 27/11/2021, 09:06 WIB

KOMPAS.com - Konten positif dan berkualitas semakin dibutuhkan di era digital yang semakin berkembang pesat. Hal ini dinilai penting untuk mengimbangi berbagai informasi yang beredar di masyarakat, terutama di media sosial (medsos).

Pasalnya, informasi yang beredar kerap kali didominasi berita palsu atau hoaks yang berpotensi menimbulkan kesalahpahaman atau disinformasi di tengah masyarakat.

Apalagi, seiring dengan keberadaan perangkat teknologi yang semakin canggih, siapapun bisa menjadi kreator untuk membuat konten yang menarik dan positif.

Untuk menumbuh kembangkan kreator konten kreatif, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar seri webinar bertajuk “Konten Positif yang Siap Viral” di Jakarta Timur (Jaktim), Selasa (9/11/2021).

Pada webinar tersebut, Kemenkominfo menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang, yakni media planner Ceritasantri.id Aina Masrurin dan dosen Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Surabaya Bambang Kusbandrijo.

Kemudian, art enthusiast Zahid Asmara, pendiri Rempah Karsa Puji F Susanti, serta Putra Dirgantara Indonesia 2018 Kevin Benedict.

Dalam pemaparannya, Zahid mengatakan bahwa ruang digital tak lagi hanya sebagai ruang berekspresi, tetapi juga eksplorasi diri, terutama bagi kalangan woke generation.

Ia menjelaskan, woke generation adalah generasi yang memiliki pandangan berbeda akibat terpengaruh teknologi internet.

"Internet secara budaya sedikit banyak telah mengubah mindset masyarakat, termasuk dalam hal menilai sebuah konten," ujar Zahid dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (26/11/2021).

Zahid menjelaskan, konten digital mengandung nilai untuk membangun kesadaran (awareness) sekaligus insightDua hal ini dapat membentuk pola interaksi masyarakat di dunia maya.

Selain itu, dalam membuat konten digital, terdapat beberapa skill penting yang perlu diperhatikan. Pertama, consideration, yakni kemampuan untuk membedakan antara konten mana yang bersifat persuasif dan provokatif.

"Perhatikan juga faktor decision, yakni kemampuan untuk membedakan mana konten yang mewakili bentuk ekspresi diri atau sekadar mencari sensasi,” terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Kevin memaparkan dampak positif yang dimiliki uang digital.

Menurutnya, di era digital saat ini, informasi lebih cepat beredar sehingga lebih mudah diakses masyarakat.

Dalam kesempatan tersebut, Kevin mengingatkan para kreator konten untuk berfokus pada passion atau gairah yang dimiliki.

"Kalau passion-nya travelling, fokuslah untuk membuat konten yang berkaitan dengan travelling. Tunjukkan prestasi dan karya, bukan sekadar mengejar sensasi," jelasnya.

Setelah itu, lanjut Kevin, eksplorasi konten yang mencerminkan kepribadian sebagai bagian dari upaya menjaga orisinalitas diri.

Berikutnya, pertimbangkan pula apakah calon audiens tertarik pada konten yang akan dibuat atau tidak.

"Lalu, lihat pasar atau market-nya. Dengan begitu, kreator konten dapat tetap produktif dengan menyuguhkan konten yang positif,” paparnya.

Kevin menambahkan, memahami etika bermedia sosial juga tak dapat diabaikan. Salah satunya, dengan tidak memproduksi atau menyebarkan informasi yang tidak kredibel.

"Terakhir, pikirkan (kembali dampaknya) terlebih dahulu sebelum share dan post konten," ujarnya.

Untuk diketahui, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan Kemenkominfo di Jaktim. Webinar ini terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar tentang dunia literasi digital.

Kemenkominfo mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi dengan mengikuti webinar tersebut melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Gerakan Nasional Literasi Digital, Anda dapat mengikuti akun Instagram @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau