Advertorial

Mengintip Peluang Pekerjaan dan Usaha di Dunia Digital

Kompas.com - 27/11/2021, 09:10 WIB

KOMPAS.com - Perkembangan dunia digital membuka peluang bagi masyarakat untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan keuntungan materi.

Meski demikian, banyak pengguna media digital masih belum memanfaatkan media digital dengan baik. Tak sedikit pula pengguna media digital terpapar pengaruh negatif dari internet.

Menyikapi hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital bertema "Tren Pekerjaan dan Usaha di Dunia Digital" pada Senin (1/11/2021). Webinar ini dilaksanakan di Jakarta Utara dan diikuti puluhan peserta secara daring.

Narasumber yang mengisi webinar tersebut adalah dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Bevaola Kusumasari, praktisi Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Pradhikna Yunik Nurhayati, account executive Mediate Indonesia Ali Elanshory, penggiat advokasi sosial Ari Ujianto, serta key opinion leader (KOL) Steve Angkasa

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skillsdigital ethicsdigital culture, dan digital safety.

Bevaola mengatakan bahwa di era digital, terdapat beragam pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa harus mensyaratkan ijazah sarjana.

“Oleh karena itu, kita harus pandai dan jeli dalam memanfaatkan teknologi digital untuk menangkap peluang usaha baru," tutur Bevaola dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (16/11/2021).

Menurutnya, era digital menghadirkan banyak inovasi baru. Agar bisa sukses dan memenangkan persaingan, tiap orang harus bisa menghasilkan ide kreatif dan menguasai teknologi.

Selain itu, jeli memanfaatkan lokalitas, baik dalam membuat produk maupun konten, juga dapat menjadi salah satu kiat sukses.

Bevaola menambahkan bahwa para pelaku industri, khususnya generasi muda, perlu memperluas wawasan dan mengasah keterampilan. Dengan demikian, mereka dapat menghasilkan produk dan konten yang bagus, menarik dan memiliki nilai jual.

“Membangun bisnis di era digital bisa (dilakukan) dengan menjadi influencer di Instagram, podcaster, menulis konten digital, serta membuat aplikasi mobile,” tuturnya.

Hal senada juga diutarakan Pradhikna. Ia mengatakan bahwa saat ini, pengguna media digital dapat melakukan banyak hal. Sebab, perkembangan teknologi membuat dunia semakin tanpa batas.

Interaksi pengguna media digital, kata Pradhikna, tidak hanya bisa dilakukan oleh orang dari negara yang sama. Orang dari lintas benua, usia, dan budaya pun dapat berkomunikasi. Dengan demikian, era digital menghilangkan batasan-batasan yang sebelumnya ada. 

“Oleh karena itu, penting untuk mempelajari literasi digital, khususnya pilar etika digital. Etika digital yang disebut juga etiket merupakan tata krama dalam menggunakan internet,” kata Pradhikna.

Pradhikna menambahkan, hal paling dasar saat berinteraksi dengan media digital adalah niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama.

Wujud etika tersebut, antara lain, adalah sadar diri, berintegritas, bertanggung jawab, dan melaksanakan kebajikan. Menurutnya, hal tersebut juga berlaku saat membuat usaha di dunia digital.

“Saat ini, banyak peluang pekerjaan di era digital. Meski dikerjakan dari rumah, beberapa pekerjaan di media digital dapat memberikan pemasukan yang besar,” ujarnya.

Keterampilan penting era industri 4.0

Terkait era industri 4.0, Ali Elanshory menjelaskan berbagai pilar dunia digital di Indonesia.

Pertama, digital citizen yang merupakan pengembangan konsep masyarakat di dunia nyata. Digital citizen harus berdaya dan mencapai potensi terbaiknya untuk bersaing di industri 4.0.

Kedua, digital economy, yakni proses memfasilitasi dan optimasi aktivitas ekonomi dan bisnis yang berbasis teknologi digital.

"Selanjutnya, digital government yang merupakan standardisasi dan integrasi pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat," tuturnya.

Ali menambahkan, saat ini, kebutuhan talenta digital semakin banyak. Menurutnya, berbagai sektor industri membutuhkan sekitar 9 juta talenta digital. Selama 15 tahun ke depan, dibutuhkan 600.000 talenta digital per tahun.

Agar bisa bersaing di era industri 4.0, kemampuan critical thinking atau berpikir kritis perlu dimiliki. Menurutnya, kemampuan ini dapat membedakan informasi yang benar atau bohong, fiksi dan nonfiksi, serta fakta atau opini.

Selain itu, Ali berpesan agar pengguna media digital meningkatkan keterampilan komunikasi. Hal ini bertujuan supaya mereka dapat lebih mudah mengutarakan pemikiran, pengetahuan, dan informasi kepada orang lain.

Tak kalah penting, kreativitas juga dibutuhkan agar ide dan inovasi yang dibutuhkan banyak orang bisa diciptakan.

“Ditambah keterampilan berkolaborasi, kita dapat menjadi pribadi yang mudah bekerja sama dengan berbagai organisasi, baik tim sendiri maupun tim divisi lain,” ujar Ali.

Ali menambahkan, industri 4.0 akan membutuhkan banyak tenaga terampil di bidang software housestartupcontent creatorgame developerdigital marketinge-commerce, serta internet service provider.

Menurut Ali, supaya pengguna media digital dapat bersaing secara aman di bidang-bidang tersebut, mereka harus memahami literasi digital. Salah satunya, memahami berbagai aturan yang membuat posisi mereka aman dalam usaha atau pekerjaan di ranah digital.

“Meski banyak pekerjaan dan profesi yang hilang akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, banyak pula pekerjaan dan usaha baru muncul dari perkembangan itu,” tuturnya.

Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Utara. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan memahami dunia literasi digital.

Penyelenggara membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar tersebut juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik. Sebab, program literasi digital ini hanya akan sukses bila mencapai target 12,5 juta partisipan. Oleh karena itu, kesuksesan program ini membutuhkan dukungan semua pihak yang terlibat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau