KOMPAS.com – Seiring kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), literasi digital pengguna juga perlu ditingkatkan.
Dengan demikian, pengguna tidak hanya mampu mengoperasikan perangkat elektronik, tetapi juga memahami seluk-beluk dan mengasah kemampuan kognitif terkait teknologi.
Adapun literasi digital merupakan kecakapan kognitif dan teknikal dalam menggunakan TIK. Lewat kemampuan ini, pengguna dapat menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengomunikasikan informasi secara bijak.
Selain itu, literasi digital juga membuat masyarakat memahami dan bertanggung jawab atas informasi yang diperoleh.
Aktor sekaligus pegiat seni tradisi Danu Anggada Bimantara mengatakan, ada sejumlah elemen esensial yang dapat digunakan untuk mengembangkan literasi digital masyarakat. Hal ini ia ungkapkan dalam webinar bertajuk “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet”, Jumat (5/11/2021).
Salah satu elemen tersebut, kata Danu, adalah kultural. Elemen ini dapat membuat pengguna memahami beragam konteks dari konten yang ada pada dunia digital.
Kedua, kognitif. Elemen ini dapat mendorong pengguna untuk memanfaatkan daya pikir dalam menilai konten.
“Selanjutnya, kreatif dengan melakukan hal baru dan dengan cara baru. Terakhir, kritis dalam menyikapi konten,” kata Danu dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (16/11/2021).
Ia melanjutkan, kemampuan literasi digital juga dapat meningkatkan kesadaranmasyarakat terhadap pembuatan, tujuan, dan medium informasi dibagikan. Pengguna juga akan tergerak untuk mencari, berbagi, dan menyimpan informasi.
Senada dengan Danu, salah satu pengelola platform Klipaa.com A A Subandoyono mengatakan, literasi digital juga mendorong masyarakat untuk lebih tertarik mengakses konten-konten positif di dunia maya.
Konten positif, lanjutnya, dapat meningkatkan kehangatan dan kebahagiaan, menurunkan stres, serta membuat persatuan sosial antara sesama pengguna.
“Bila target pengaksesan konten positif di Indonesia terlalu besar, mari kita turunkan ke provinsi. (Bila) provinsi terlalu luas, turunkan ke setiap kabupaten. Bayangkan, setiap warga desa dan sekolah dapat fokus mengakses konten positif,” papar Yono.
Ia juga menjelaskan bahwa sekolah dan kampus di masa depan hanya menjadi fasilitator pembelajaran. Pasalnya, pengguna bisa mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan melalui internet.
“Nantinya, internet akan disebut sebagai sekolah tanpa dinding dengan guru dari seluruh dunia. Dengan demikian, internet memberikan sekolah kehidupan yang harus dipilih dengan lebih teliti. Jangan sampai mati-matian memilih sekolah keren, tetapi saat di dunia digital (justru) terjerumus memilih sekolah terburuk,” papar Yono.
Key opinion leader (KOL) Rafli Albera pun mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, literasi digital dapat membuat pengguna lebih selektif dan cakap saat menggunakan teknologi digital.
“Selain itu, masyarakat harus tetap produktif agar dapat menambah ilmu pengetahuan, seperti bisa menggali potensi serta memanfaatkan platform yang tersedia di media digital saat ini,” tuturnya.
Budaya digital
Pada kesempatan yang sama, anggota asistenprofesi.id A A M Abdul Nasir mengatakan, literasi digital juga mengajarkan pengguna untuk lebih memahami mengenai makna dari budaya digital.
“Dalam dunia digital, terdapat budaya digital dan sistem digital. Budaya digital merupakan cara berinteraksi, berperilaku, berpikir, dan berkomunikasi sebagai manusia di dunia maya,” papar Nasir.
Ia menjelaskan, setiap pengguna internet dapat memilih budaya digital saat berselancar di dunia maya. Misalnya, membangun kebiasaan untuk berbagi hal positif dan kreatif di internet, mengikuti komunitas positif dan produktif, selalu solutif, bijak dalam berkomentar di media sosial dan ranah digital, serta ikut memberikan kontribusi.
Sementara, sistem digital merupakan pekerjaan komputer sebagai alat elektronik yang menjadi basis data. Dalam sistem digital, pengguna dapat memberikan proteksi pada perangkat digital dari berbagai ancaman malware.
“Malware merupakan singkatan dari malicious software. Malware adalah perangkat lunak yang dirancang untuk mengontrol perangkat lain secara diam-diam, bisa mencuri informasi pribadi hingga uang dari pemilik perangkat,” ujar translator sekaligus content writer Zulfan Arif.
Sebagai informasi, webinar “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet” merupakan bagian dari rangkaian kegiatan #MakinCakapDigital yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital di Kabupaten Lebak.
Kegiatan tersebut diselenggarakan hingga akhir 2021. Setiap webinar terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital. Peserta yang mengikutinya juga akan mendapatkan e-certificate.
Melalui program itu, masyarakat Indonesia diharapkan bisa memanfaatkan teknologi digital dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.
Program literasi digital juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak yang terlibat sehingga dapat mencapai target 12,5 juta partisipan.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa mengikuti akun Instagram @siberkreasi dan @siberkreasi.dkibanten.