Advertorial

Mencari Cuan di Ranah Digital Harus Memperhatikan Etika

Kompas.com - 27/11/2021, 09:33 WIB

KOMPAS.com – Perkembangan teknologi memberikan beragam manfaat bagi masyarakat, mulai dari memudahkan berkomunikasi, mendapatkan informasi, hingga memperoleh hiburan.

Bahkan, teknologi juga membantu masyarakat untuk mendapatkan penghasilan atau cuan melalui platform digital, seperti media sosial dan e-commerce.

Dalam seri webinar literasi #MakinCakapDigital yang mengangkat tema “Tips Hujan Cuan di Ruang Digital” di Kota Jakarta Utara (Jakut), Kamis (4/11/2021), pengamat kebijakan publik digital Razi Sabardi mengatakan, transformasi digital dan pandemi Covid-19 menjadikan proses transaksi masyarakat secara konvensional berkurang drastis.

Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital.

Menurut Razi, transaksi daring merupakan jawaban untuk memenuhi kebutuhan apa pun, di mana pun, dan kapan pun.

E-commerce selalu bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai bidang,” jelas Razi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (15/11/2021).

Selain lewat e-commerce, lanjut dia, masyarakat juga bisa mendapatkan penghasilan melalui media sosial, misalnya dengan menjadi content creator, influencer di Instagram atau TikTok, dan Youtuber.

Di sisi lain, pemanfaatan teknologi untuk mencari cuan tetap harus memperhatikan etika yang berlaku.

“Ketika menjadi content creator, misalnya, seseorang harus memperhatikan dampak konten yang dibuatnya. Jangan sampai membagikan konten yang mengandung hal negatif, seperti ujaran kebencian, hoaks, dan cyberbullying,” papar Razi.

Tak hanya Razi, narasumber lain dari berbagai bidang keahlian dan profesi juga hadir dalam webinar tersebut, yakni perwakilan dari Kaizen Room Denisa N Salsabila, peneliti dan antropolog M Nur Arifin, pegiat advokasi sosial Ari Ujianto, serta aktor dan presenter Komo Ricky.

Dalam pemaparannya, narasumber key opinion leader Komo Ricky membagikan tip memanfaatkan ruang digital untuk menghasilkan cuan.

“Pertama, harus diketahui hal yang ingin dilakukan, misalnya menjadi content creator. Setelah itu, pikirkan konten yang ingin dibuat,” kata Komo.

Menurut Komo, content creator bisa mulai membuat konten mengenai hal yang disukai. Dengan begitu, content creator akan nyaman membuat konten tersebut karena sesuai dengan image dirinya.

Komo juga berpesan agar masyarakat tidak menghalalkan segala cara dalam membuat konten dengan dalih ingin cepat viral.

“Ketika membuat konten yang tidak baik dan beretika, image kita akan ikut rusak,” kata dia.

Seluruh peserta tampak antusias dengan penjabaran para narasumber. Hal ini terlihat dari pertanyaan yang diajukan oleh salah satu peserta, yakni Nurma Wulandari.

“Sebagai penjual, bagaimana etika dalam menyikapi pembeli yang mengajukan komplain padahal kesalahan tersebut terjadi karena ketidaktahuan pembeli dalam belanja online?” tanya Nurma.

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Denisa N Salsabila. Menurutnya, penjual bisa membagikan pengetahuan dan tata cara belanja online melalui video tutorial, seperti halnya edukasi yang umum dibagikan oleh e-commerce.

“Penjual juga harus mendetailkan tata cara pembelian. Penting untuk berulang kali menjelaskan mengenai ketentuan belanja online kepada pelanggan sebelum mereka melakukan pembayaran,” jelas Denisa.

Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan memahami dunia literasi digital.

Penyelenggara pun membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar tersebut juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik. Sebab, program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau