KOMPAS.com – Transaksi digital, misalnya melalui e-commerce, telah menjadi kebiasaan masyarakat. Bahkan, aktivitas ini dinilai menjadi salah satu penggerak perekonomian Indonesia.
Meski demikian, kebiasaan bertransaksi digital perlu diwaspadai. Sebab, berbagai modus penipuan mengintai aktivitas ini.
Pasalnya, pelaku penipuan kerap memanfaatkan ketidaktahuan dan ketidaktelitian pengguna teknologi. Bahkan, mereka juga sering kali mengaku sebagai teman dan memanfaatkan kebaikan untuk menipu korban melalui platform komunikasi.
Merespons hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar seri webinar literasi #MakinCakapDigital di Kota Jakarta Timur (Jaktim), Selasa (2/11/2021).
Bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital, webinar itu mengangkat tema “Jangan Iya-Iya Saja, Pahami Agar Tidak Terjebak Penipuan Online”.
Sejumlah narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi hadir dalam webinar tersebut, antara lain content writer Jaring Pasar Nusantara Murniandhany Ayusari dan Princeton Bridge Year On-site Director Indonesia Sani Widowati.
Kemudian, peneliti dan penulis Rusman Nurjaman, sosiolog dan penulis Antonius Galih Prasetyo, serta analis politik dan Abang Jakarta 2018 Mujab MS.
Dalam pemaparannya, Murniandhany mengatakan, penipuan digital biasanya terjadi dengan memanfaatkan berbagai platform, seperti media sosial, email, telepon, dan aplikasi bodong.
“Aksi penipuan tersebut juga sering dilakukan oleh merchant bodong di platform e-commerce,” ujar Murniandhany dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (15/11/2021).
Oleh sebab itu, dia meminta masyarakat untuk waspada dengan mengecek keabsahan merchant tersebut dan kebenaran informasi yang disampaikan.
“Jangan membagikan informasi (pribadi) kepada siapa pun secara sembarangan. Waspada jika dihubungi nomor tidak dikenal serta selalu perhatikan syarat dan ketentuan dari aplikasi yang dipakai,” pesan Murniandhany.
Sementara itu, narasumber key opinion leader Mujab MS menceritakan bahwa dirinya kerap menjadi sasaran penipuan digital.
“Saya belum pernah menjadi korban, tapi saya sering menemukan komentar atau menerima pesan yang meminta sumbangan bodong melalui pesan berantai di aplikasi percakapan,” jelas Mujab.
Untuk mengecek keaslian pesan tersebut, Mujab menggunakan aplikasi khusus yang dapat dipakai untuk mengecek identitas pemilik nomor dan nomor rekening yang tercantum.
Mujab menyadari bahwa kemajuan teknologi yang pesat turut membuka celah keamanan. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, untuk memproteksi diri dari kejahatan digital, masyarakat harus memiliki literasi digital yang baik.
“Kita harus memahami bahwa kita akan berinteraksi dengan berbagai macam orang di ruang digital. Oleh sebab itu, kita tidak boleh emosional dan harus dapat mengolah informasi dengan benar,” papar Mujab.
Seluruh peserta tampak antusias dengan penjabaran para narasumber. Hal ini terlihat dari pertanyaan yang diajukan oleh salah satu peserta, yakni Nadira.
Dia menanyakan dampak positif dan negatif dari perubahan budaya transaksi dari offline ke online, terutama bagi penjual tradisional yang belum mampu melakukan transaksi digital guna menunjang mata pencaharian mereka.
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Rusman Nurjaman. Menurutnya, salah satu dampak positif transaksi digital adalah pembeli dapat membandingkan harga dari berbagai toko sehingga bisa mendapatkan harga terbaik.
“Di sisi lain, transaksi digital membuka celah kejahatan online. Oleh sebab itu, masyarakat harus memiliki literasi digital yang baik,” kata Rusman.
Menurut Rusman, untuk dapat bersaing secara digital, penjual tradisional harus memanfaatkan berbagai pelatihan yang disediakan, termasuk oleh pemerintah, secara optimal.
Dengan demikian, penjual dapat meng-upgrade bisnisnya dan menjangkau pembeli dengan lebih luas.
Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan memahami dunia literasi digital.
Penyelenggara pun membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar tersebut juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik. Sebab, program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.