Advertorial

Dorong Pemaksimalan Pelajar Saat Menggunakan Media Sosial dengan Literasi Digital

Kompas.com - 30/11/2021, 09:42 WIB

KOMPAS.com – Platform media sosial dapat berdampak negatif, khususnya bagi pelajar, jika tidak digunakan dengan cermat.

Tidak hanya menyebabkan kecanduan, pengguna juga dapat bisa terpapar cyber bullying, pornografi, serta gangguan perkembangan fisik dan motorik. Akibat buruk lainnya, pengguna dapat mengalami kesulitan interaksi, khususnya dengan orang di sekitarnya.

Pada webinar bertajuk “Pentingnya Literasi Digital untuk Pelajar”, Senin (22/11/2021), dosen sekaligus konsultan sumber daya manusia (SDM) Dr Arfian mengatakan, pengguna bisa menghindari bahaya media sosial dengan memiliki kecakapan dan kompetensi digital.

“Misalnya, mengetahui dan memahami jenis-jenis perangkat keras dan lunak, mesin pencarian informasi, cara penggunaan dan memilah informasi atau data, serta cara mengakses dan ragam fitur dalam aplikasi percakapan dan media sosial,” kata Arfian siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (29/11/2021).

Selain itu, pelajar juga harus mengetahui dan memahami cara mengakses aplikasi dompet digital, marketplace, serta fitur-fitur di dalamnya.

“Terdapat berbagai macam jenis informasi di ruang digital, seperti misinformasi, disinformasi, dan malainformasi. Ciri-ciri dari misinformasi hingga disinformasi adalah kalimat dimulai dengan judul yang heboh, berlebih-lebihan, provokatif, serta diakhiri dengan tanda seru,” kata Arfian.

Misinformasi dan disinformasi, lanjutnya, biasa menggunakan huruf kapital secara berantakan dengan warna yang mencolok.

“Kualitas foto dan grafisnya buruk, mencatut lembaga atau figur publik, isinya tidak masuk akal, serta dukungan buktinya palsu, tidak dapat dilacak, dan tidak muncul di media berita arus utama,” ungkap Arfian.

Oleh sebab itu, pelajar harus bisa memaksimalkan platform media sosial agar dapat berfungsi secara optimal, yaitu sarana networking, kolaborasi, personal branding, dan berniaga secara online untuk menghasilkan pundi-pundi pemasukan.

Ciptakan generasi cakap digital

Arfian kembali menjelaskan, di era industri 4.0, kompetensi teknologi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap individu. Untuk itu, sekolah perlu menanamkan literasi digital agar dapat menciptakan generasi yang cakap digital.

“Literasi digital merupakan kemampuan memproses informasi, memahami pesan, dan berkomunikasi efektif. Dengan memahaminya, setiap orang atau kelompok masyarakat akan menemukan, mengevaluasi, mengelola, dan membuat informasi secara bijak dan kreatif,” tutur Arfian.

Adapun manfaat literasi digital adalah meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir dan memahami informasi.

Literasi digital juga merupakan hal penting yang wajib diketahui pelajar di sekolah. Sebab, sebagian besar pembelajaran, seperti materi pelajaran, bahan bacaan, informasi tugas, dan pengumpulan tugas, dilakukan melalui internet.

“Perlu penekanan pada keterampilan berpikir kritis sejak usia dini. Literasi digital perlu diasah sejak dari pendidikan dasar. Tidak sekadar mengoperasikan alat atau perangkat digital, tetapi juga mengetahui cara memanfaatkan sumber data digital untuk memenuhi kebutuhan pendidikan,” papar Arfian.

Ia melanjutkan, kompetensi digital dalam dunia pendidikan juga tidak hanya terfokus pada kompetensi profesional pendidik. Kompetensi ini mencakup pedagogis pendidik dan para peserta didik.

Senada dengan Arfian, dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Budi Luhur Dr Rusdiyanta mengatakan, latar belakang literasi digital adalah wawasan kebangsaan dan nasionalisme, etika dan etiket, infiltrasi budaya asing, kebebasan berekspresi, toleransi, batas privasi, serta hak atas kekayaan intelektual.

“Literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam aspek pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, membuat dan mengevaluasi informasi dengan sehat dan cermat, serta patuh kepada hukum dalam kehidupan dalam dunia digital,” papar Rusdiyanta.

Ia melanjutkan, prinsip dasar literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami informasi yang diberikan media, baik eksplisit maupun implisit. Pasalnya, berbagai media saling berhubungan dan memiliki ketergantungan satu sama lain.

“Media juga saling berbagi pesan dan informasi kepada masyarakat. Kemudian, masyarakat memiliki kemampuan untuk mengakses, memahami, serta menyimpan informasi untuk dibaca di lain hari. Termasuk, kemampuan bekerja sama untuk mencari, mengumpulkan, serta mengorganisasi informasi yang dinilai berguna,” tutur Rusdiyanta.

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Kaizen Room Ismita Saputri menjelaskan bahwa masyarakat digital umumnya tidak menyukai aturan yang mengikat. Hal ini disebabkan oleh beragam opsi yang ditujukan pada pengguna.

Masyarakat digital pun tidak ragu untuk mengunduh dan mengunggah. Pasalnya, mereka seringkali merasa tidak eksis bila tidak mengunggah.

“Kita juga harus sadar bahwa berinteraksi secara offline ataupun online itu sama saja, sama-sama berinteraksi dengan manusia juga, baik secara langsung maupun di dunia digital. Akan tetapi, kita harus selalu ingat untuk menjaga keamanan pribadi di mana pun itu berada,” papar Ismita.

Pelajar yang terliterasi juga harus mampu memanfaatkan platform media sosial yang dimiliki sebagai tempat atau wadah dalam mencari motivasi, seperti belajar hal-hal baru.

Aman bersosial media

Selain mewadahi anak mengenai literasi digital, Ismita menjelaskan, orangtua memiliki peranan penting untuk memberikan perhatian lebih agar anak-anak dapat tetap aman dalam bersosial media.

“Jangan terlalu memanjakan anak dengan selalu memberikan kebebasan untuk menggunakan perangkat elektronik. Berikan batasan waktu untuk bermain internet atau ajak anak untuk melakukan aktivitas di luar rumah yang dapat meningkatkan minat dan bakat,” tuturnya.

Sebagai informasi, webinar “Pentingnya Literasi Digital untuk Pelajar” merupakan bagian dari rangkaian kegiatan #MakinCakapDigital yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital di Kota Jakarta Utara.

Kegiatan tersebut diselenggarakan hingga akhir 2021. Setiap webinar terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital. Peserta yang mengikutinya juga akan mendapatkan e-certificate.

Melalui program itu, masyarakat Indonesia diharapkan bisa memanfaatkan teknologi digital dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.

Penyelenggara juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak yang terlibat sehingga dapat mencapai target 12,5 juta partisipan.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa mengikuti akun Instagram @siberkreasi dan @siberkreasi.dkibanten.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com