KOMPAS.com – Sebagai pengguna media sosial dalam era society 5.0, warganet atau netizen harus menjadi pemegang kendali.
Oleh sebab itu, masyarakat membutuhkan keterampilan teknis serta berpikir kritis dalam berkomunikasi, mengolah informasi, dan berinteraksi di ruang digital. Hal ini dilakukan demi menjaga keharmonisan dengan sesama pengguna media sosial di ruang digital.
Merespons kebutuhan tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar seri webinar literasi #MakinCakapDigital di Jakarta Timur (Jaktim), Senin (22/11/2021).
Bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital, webinar itu mengangkat tema “Pahami Aturan Bersosialisasi di Media Sosial”.
Sejumlah narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi dihadirkan dalam webinar tersebut, yakni Development Partnerships Lead Indonesia Accenture dan dosen senior Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya Nia Sarinastiti, serta dosen senior Unika Atma Jaya Dorien Kartikawangi.
Kemudian, Vice President Head of Public Affairs Gojek dan dosen Unika Atma Jaya Michael Say, dosen Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya Stefanus Andriano, serta mahasiswa Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya dan penari balet Aurel Larasati.
Dalam pemaparannya, Dorien menyampaikan bahwa dalam berinteraksi dengan sesama manusia melalui ruang digital, tiap pengguna sebaiknya dapat menempatkan diri pada posisi orang lain.
“Untuk mengerti serta menempatkan diri pada posisi orang lain, diperlukan empati dan etika berinternet atau netiket,” ujar Dorien dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (29/11/2021).
Perilaku netiket, lanjut Dorien, termasuk mengingat keberadaan orang lain, taat pada standar perilaku seperti halnya kehidupan nyata, berpikir sebelum berkomentar, menghormati waktu orang lain, serta menggunakan bahasa yang sopan dan santun.
Kemudian, membagikan ilmu dan keahlian yang bermanfaat, menjadi pembawa damai dalam diskusi, menghormati privasi orang lain, tidak menyalahgunakan kekuasaan, serta mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Sementara itu, menurut narasumber key opinion leader Aurel Larasati, masyarakat harus menomorsatukan literasi digital dengan memahami penggunaan teknologi serta media sosial secara bijak dan kritis.
“Teknologi dan media sosial hendaknya digunakan untuk mengembangkan diri dan memperoleh informasi penting,” kata Aurel.
Agar media sosial dapat digunakan secara aman, nyaman, serta bermanfaat, masyarakat bisa mengontrol konten dan informasi yang diterima.
“Konten yang tidak disukai atau tidak bermanfaat dapat disaring. Selain itu, masyarakat juga harus jeli dalam mengecek informasi yang diterima sebelum membagikannya,” jelas Aurel.
Menurut dia, kecakapan digital tersebut harus dimulai dari diri sendiri secara sadar dan tanpa emosi.
Seluruh peserta tampak antusias dengan penjabaran para narasumber. Hal ini terlihat dari pertanyaan yang diajukan oleh salah satu peserta, yakni Arri Dhana.
“Bagaimana agar literasi digital, seperti cara bersikap, beretika, serta menjaga keamanan data pribadi, diterapkan secara merata, khususnya pada generasi muda?” tanya Arri.
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Michael Say. Menurut dia, literasi digital merupakan hal yang baru.
“Literasi digital bisa dimulai dari diri sendiri. Masyarakat tidak perlu terprovokasi oleh tindakan orang yang tak bertanggung jawab,” kata Michael.
Dia melanjutkan, pemerintah juga sudah membuat panduan dalam berinternet yang baik, misalnya melalui webinar #MakinCakapDigital yang digelar Kemenkominfo.
Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan memahami dunia literasi digital.
Penyelenggara pun membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Penyelenggara webinar juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik. Sebab, program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.