KOMPAS.com – Jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 202 juta orang atau 73 persen dari total penduduk pada 2020 menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pengguna internet terbesar keempat di dunia.
Sayangnya, jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah transaksi digital yang dilakukan masyarakat. Safdar Khan, Division President, Southeast Asia Emerging Markets, Mastercard mengatakan, sekitar 62 persen masyarakat Indonesia masih menggunakan transaksi tunai.
“Padahal, sudah banyak masyarakat yang memiliki akses digital. Ini menjadi persoalan besar sekaligus peluang untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia,” ujar Safdar dalam sesi wawancara eksklusif secara virtual bersama Kompas.com, Selasa (26/10/2021).
Menurut Safdar, literasi digital merupakan kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengomunikasikan, mengevaluasi, serta menciptakan informasi secara aman dan benar melalui teknologi digital.
“Ketika semakin banyak orang melek digital, peluang terkait keterampilan digital secara tak langsung akan lebih banyak tercipta. Banyak orang akan mudah dipekerjakan karena kemampuan ini. Perspektif kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat pun meningkat,” jelas Safdar.
Jika ditelusuri lebih lanjut, literasi digital sebenarnya berkaitan erat dengan perekonomian. Saat ini, banyak masyarakat mulai beralih dari transaksi tunai ke nontunai.
Beberapa platform keuangan digital pun bermunculan dalam bentuk aplikasi manajemen keuangan, e-commerce, dan e-money.
Platform digital tersebut memungkinkan masyarakat bertransaksi secara online dan mengelola keuangan dengan lebih terkontrol. Bahkan, pelaku usaha dapat mengembangkan bisnis ke pasar yang lebih luas.
“Namun, beberapa orang masih tertinggal karena belum mengakses keuangan digital. Padahal, ekonomi digital yang inklusif memberikan ragam manfaat. Ini yang menjadi alasan Mastercard ingin meningkatkan literasi digital bagi masyarakat Indonesia,” ujar Safdar.
Mastercard juga berkomitmen untuk mewujudkan inklusi keuangan digital di seluruh dunia. Mastercard menargetkan bisa membantu 1 miliar orang dan 50 juta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam mendapatkan akses ekonomi digital pada 2025.
“Mencapai tujuan tersebut tidak akan mudah. Kami memerlukan kerja sama dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, sektor swasta, kemitraan dengan operator jaringan seluler, dan bank untuk memberikan solusi komprehensif,” kata Safdar.
Langkah strategis Mastercard
Salah satu langkah Mastercard untuk mewujudkan target tersebut adalah membangun kemitraan dengan Grab. Kerja sama ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan masyarakat dengan memberikan akses terhadap keterampilan, keuangan, dan bisnis dalam ekonomi digital.
Adapun kerja sama tersebut mencakup program pelatihan khusus untuk pekerja informal dan pelaku UMKM, peningkatan ekonomi digital melalui penelitian dan dialog, serta pembukaan akses talenta digital di Indonesia.
Sebelumnya, Mastercard bekerja sama dengan International Finance Corporation (IFC) sebagai bagian dari Bank Dunia. Kerja sama ini berhasil mendorong 5.000 UMKM Indonesia mendapatkan akses lebih besar terhadap ekonomi digital melalui pengembangan platform e-commercebusiness-to-business (B2B).
Mastercard juga telah memberikan pendanaan seri B kepada start-up asal Indonesia, Digiasia. Pendanaan ini bertujuan untuk memperluas peluang ekonomi bagi semua lapisan masyarakat agar dapat menikmati manfaat dari modernisasi ekonomi digital.
“Pada 2019, Mastercard juga bekerja sama dengan Global Cyber Alliance (GCA) mengadakan program Mastercard Academy 2.0. Program ini akan mendukung pengembangan keterampilan masyarakat dalam menyambut ekonomi digital,” ujar Safdar.
Harapannya, lanjut Safdar, program tersebut dapat membekali 100.000 anak sekolah, dewasa muda, wirausahawan, dan profesional dengan keterampilan digital yang mereka butuhkan pada 2023. Keterampilan ini dapat dimanfaatkan masyarakat untuk berkembang dan berpartisipasi aktif dalam perjalanan transformasi digital Indonesia.
Bersama dengan GCA, Mastercard juga menghadirkan toolkit dan pelatihan bagi UMKM untuk melawan ancaman siber serta melindungi aset bisnis mereka.
Seperti diketahui, kejahatan siber menjadi salah satu kendala terbesar dalam dunia digital. Oleh karena itu, Mastercard terus meningkatkan sistem keamanan dengan berbagai inovasi.
Salah satu inovasi terbaru yang dihadirkan adalah Mastercard Identity Check Program atau Program Pengecekan Identitas Mastercard. Program ini dapat meningkatkan keamanan dalam transaksi online dan mendukung penggunaan teknologi-teknologi autentikasi tingkat lanjut, seperti biometrik.
Terdapat banyak tantangan dalam memasuki era ekonomi digital. Namun, menemukan solusi bukan perkara sulit. Hal terpenting, kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat Indonesia dalam mendukung literasi digital harus diutamakan.