Advertorial

HSBC Siap Dukung Potensi dan Peluang Indonesia Jadi Destinasi Investasi Asing

Kompas.com - 03/12/2021, 16:03 WIB

KOMPAS.com – Dengan sumber daya alam dan jumlah tenaga kerja yang melimpah, Indonesia kerap jadi salah satu negara tujuan foreign direct investment (FDI) atau investasi asing langsung dari negara-negara di dunia.

FDI sendiri merupakan penanaman modal asing pada sektor bisnis suatu negara. Investor bisa berasal dari perorangan ataupun perusahaan. Karena bersifat langsung, dana investasi tidak masuk dalam bursa saham.

Ada sejumlah manfaat yang ditawarkan dari FDI. Salah satunya, mendorong pertumbuhan ekonomi negara yang menjadi penerima modal. Selain itu, investasi asing juga akan membangun harmonisasi hubungan bilateral negara-negara yang terlibat.

Hubungan yang baik dengan negara investor otomatis bakal menciptakan berbagai peluang turunan bagi negara penerima modal, seperti transfer teknologi dan kesempatan mengenalkan produk ke pasar internasional.

Iklim FDI di Tanah Air

Iklim FDI di Indonesia terbilang kondusif. Selain itu, pemerintah juga merilis Undang-Undang (UU) No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Beleid ini digadang-gadang akan memudahkan prosedur investasi, terutama terkait perizinan dan tenaga kerja di Tanah Air.

Perilisan omnibus law tersebut menjadi keputusan tepat bagi Indonesia untuk memanfaatkan bonus demografi yang didominasi generasi milenial dan Z. Dengan begitu, perekonomian jangka menengah diharapkan bisa tumbuh.

Diberitakan Kontan, Senin (25/7/2021), penanaman modal asing di Indonesia masih didominasi negara-negara Asia, seperti Singapura dengan nilai investasi 9,8 miliar dollar Amerika Serikat (AS), China 4,8 miliar dollar AS, Hong Kong 3,5 miliar dollar AS, Jepang 2,6 miliar dollar AS, dan Korea Selatan 1,8 miliar dollar AS.

Meski begitu, modal dari AS dan Eropa juga dapat mendorong dan memainkan peran penting dalam memantapkan kepercayaan investor global terhadap Indonesia.

Untuk menarik minat investor global, Indonesia harus tetap relevan dan kompetitif. Apalagi, menurut riset global HSBC bertajuk “The Stars Aligned” yang dirilis pada Oktober 2021, neraca perdagangan di seluruh kawasan regional membaik karena ekspor bertumbuh, sekalipun dalam situasi pandemi Covid-19.

Di Indonesia sendiri, neraca perdagangan 2021 diprediksi surplus hingga 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Hal ini melanjutkan tren yang terjadi pada periode sebelumnya. Untuk diketahui, surplus pada 2020 mencapai 2 persen dan rata-rata 0,4 persen selama periode 2015-2019.

Melihat hal tersebut, neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan akan tetap surplus hingga 2023. Bahkan, peluang Tanah Air menjadi destinasi terbaik untuk FDI semakin besar dengan penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah G20 dan B20 pada 2022.

Momen tersebut merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan berbagai upaya pemulihan perekonomian nasional melalui sejumlah sektor prioritas.

Salah satunya, sektor energi bersih. Saat ini, Indonesia tengah gencar mengembangkan energi terbarukan untuk mewujudkan ambisi nol emisi pada 2060.

Selain itu, Indonesia juga sedang dalam perjalanan memainkan peran sebagai pemasok rantai global electronic vehicle (EV) atau kendaraan listrik.

Hal tersebut terlihat dari pembangunan dua pabrik baterai EV oleh China dan perusahaan otomotif asal Korea, yakni GEM, LG, dan Hyundai. Jika berhasil, Indonesia diproyeksikan akan menjadi pusat manufaktur baterai EV utama di Asia Tenggara.

Sektor prioritas selanjutnya yang dapat menarik asing untuk menanamkan modal di Indonesia adalah ekonomi digital. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate dalam pemberitaan Kompas.com, Kamis (23/9/2021), mengatakan bahwa potensi nilai ekonomi digital nasional mencapai sekitar 124 miliar dollar AS pada 2025.

Prediksi itu berdasarkan transaksi gross merchandise value (GMV) yang terjadi di e-commerce, transportasi daring, layanan pesan-antar makanan, media digital, travel daring, dan finansial.

Dukungan lembaga keuangan

Potensi dan peluang investasi yang dimiliki Indonesia dapat terwujud dengan melibatkan sejumlah mitra strategis, seperti Bank HSBC. Bank yang berpengalaman memfasilitasi FDI itu berkomitmen mendukung peningkatan investasi ke Indonesia dengan menjadi mitra keuangan bagi para calon investor.

Direktur Commercial Banking PT Bank HSBC Indonesia Eri Budiono mengatakan, pihaknya telah memfasilitasi FDI ke Indonesia selama lebih dari 135 tahun. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan kawasan ekonomi terbesar di Asia Tenggara sehingga menjadi salah satu pasar prioritas yang penting bagi HSBC.

“Sebagai ekonomi terbesar di ASEAN dengan 35 persen dari produk domestik bruto (PDB) kawasan dan 40 persen dari populasi kawasan, Indonesia adalah tujuan FDI yang menarik karena pasar domestiknya yang besar. Populasi berusia muda yang besar, pertumbuhan ekonomi digital yang cepat, serta pertumbuhan pasar kelas menengah semakin meningkat (menjadi faktor penyokong potensi pasar Indonesia)," jelas Eri dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (26/11/2021).

Di sisi lain, Head of International Subsidiary Banking (ISB) PT Bank HSBC Indonesia Charles Kho menuturkan, Indonesia perlu berjalan lebih cepat dengan meningkatkan intensitas promosi investasi. Ini mengingat banyak negara bersaing untuk FDI.

Sebagai ISB yang memfasilitasi FDI, Charles melanjutkan, HSBC dapat memberikan layanan terbaiknya bagi perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia. Pasalnya, lembaga keuangan ini memiliki rekam jejak dalam mengakomodasi investor baru maupun lama yang ingin memperluas bisnis di Tanah Air.

"Perusahaan multinasional membutuhkan mitra perbankan global yang dapat dipercaya dan sudah dikenal oleh perusahaan induk. Kami mampu memberikan layanan menarik dan konsisten bagi anak perusahaan mereka di Indonesia. Kami membantu para klien dalam mewujudkan ambisi pertumbuhan mereka," terangnya

Untuk diketahui, ISB HSBC berpengalaman dalam memberikan layanan perbankan global yang konsisten kepada lebih dari 8.000 grup perusahaan dan anak perusahaan internasional.

Bank tersebut juga beroperasi di lebih dari 50 pasar. Karena itu, HSBC dapat memberikan solusi yang sesuai kebutuhan bisnis global.

Eri kembali mengatakan, saat ini merupakan periode yang menarik bagi Indonesia selagi pemerintah menitikberatkan pembangunan di sektor ekonomi digital.

Terlebih, Indonesia tengah mengoptimalkan rantai pasok baterai EV sebagai wujud dukungan terhadap transisi ke nol emisi yang telah dicanangkan dalam forum COP26.

“Ambisi tersebut selaras dengan tujuan strategis HSBC dalam hal memberikan solusi digital dan inovatif kepada klien kami, mendukung investasi masuk ke Indonesia, dan membantu klien kami bertransisi ke jejak karbon yang lebih rendah,” terang Eri.

Untuk informasi selengkapnya mengenai HSBC, silakan kunjungi tautan ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com