Advertorial

Gelar Konferensi Internasional Mandalika, Kemenparekraf Ajak Semua Pihak Kembangkan Potensi Mandalika

Kompas.com - 06/12/2021, 08:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Mandalika di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyimpan segudang potensi wisata. Di sektor wisata alam, misalnya, Mandalika yang merupakan Destinasi Super Prioritas (DSP) memiliki berbagai spot unggulan, mulai dari Kepulauan Gili hingga Gunung Rinjani.

Tak hanya itu, Mandalika juga memiliki potensi wisata olahraga (sport tourism) yang besar dan masih dapat dikembangkan. Hal ini dibuktikan dengan kesuksesan penyelenggaraan ajang World Superbike (WSBK) 2021 beberapa waktu lalu.

Bahkan, destinasi wisata yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sejak 2014 itu juga akan menjadi tuan rumah penyelenggara ajang balap MotoGP pada Maret 2022. 

Wartawan senior Harian Kompas Adi Prinantyo memaparkan bahwa Pertamina Mandalika International Street Circuit memiliki kelebihan yang jarang dimiliki sirkuit lintasan balap lainnya, yakni menyatu dengan pantai yang indah.

“Kelebihan lainnya adalah kualitas lintasan yang baik dan (berpotensi mendapat) antusiasme penonton domestik dan mancanegara yang menjanjikan,” ujar Adi dalam konferensi internasional bertajuk “Mandalika: Infinity Experiences of Nature and Sport Tourism”, Rabu (1/12/2021).

Untuk diketahui, konferensi internasional tersebut merupakan kerja sama antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Harian Kompas yang digelar secara hibrida.

Meski punya banyak kelebihan, Adi tak menampik kalau sirkuit Mandalika masih punya kekurangan, khususnya setelah penyelenggaraan World Superbike 2021.

Menurutnya, infrastruktur penunjang sirkuit masih belum optimal. Hal ini ditandai dengan kurangnya fungsi drainase di run-off sehingga timbul genangan dan tanah becek di sekitar tribun saat hujan.

Selain itu, ia menilai bahwa kesiapan sumber daya manusia (SDM), baik di sirkuit maupun non-sirkuit masih perlu ditingkatkan lagi.

“Potensi pariwisata olahraga yang diselenggarakan di destinasi lain di Indonesia bisa diadopsi untuk Mandalika (sebagai alternatif penyelenggaraan event). Misalnya, menyelenggarakan lomba lari maraton seperti pada ajang Borobudur Marathon. Selain itu, bisa juga mengadopsi kesuksesan ajang lain di luar negeri, seperti Tokyo Marathon dan ajang MotoGP di Motegi, Jepang,” ujarnya.

Tiga fase pengembangan

Merespons hal tersebut, Sekretaris Daerah (Sekda) NTB Lalu Gita Ariadi yang hadir mewakili Gubernur NTB, mengatakan bahwa saat ini sektor pariwisata NTB telah memasuki fase pengembangan.

Gita menjelaskan, NTB telah melalui tiga fase evolusi dalam pengembangan industri pariwisatanya, yakni fase tradisional, pertumbuhan, dan pengembangan.

Sekda NTB Lalu Gita Ariadi dalam konferensi ?Mandalika: Infinity Experiences of Nature and Sport Tourism?.KOMPAS.com/YOGARTA AWAWA PRABANING ARKA Sekda NTB Lalu Gita Ariadi dalam konferensi ?Mandalika: Infinity Experiences of Nature and Sport Tourism?.

Pada fase tradisional, branding dan strategi pariwisata di NTB adalah sebagai tempat berlibur dan berbulan madu. Pembangunan infrastruktur pada awal fase ini berupa bangunan, seperti pondok dan villa. Selain itu, kunjungan turis juga belum maksimal karena hanya datang pada periode liburan, yakni pada Mei, Juni, Juli, Agustus, November, serta Desember.

Pada fase kedua, branding dan strategi pariwisata di NTB tampil dengan ikon baru, yakni destinasi wisata meetingincentiveconvention, dan exhibition (MICE). NTB tidak hanya menjadi tempat untuk berlibur dan berbulan madu, tapi juga menjadi tempat penyelenggaraan berbagai event, baik berskala nasional maupun internasional.

“Fase ketiga ditandai dengan transformasi NTB sebagai KEK. Dalam kondisi pandemi (Covid-19) seperti sekarang, penyelenggaraan acara di luar ruangan sangat menguntungkan. Oleh karena itu, sekarang menjadi momentum untuk mengembangkan daya tarik baru (NTB), yakni sport tourism dan ekonomi kreatif,” kata Gita.

Pariwisata berkualitas

Sementara itu, Event Director Rinjani Geopark Sports Tourism Festival Mohamad Farid Zaini menjelaskan bahwa pada era pandemi Covid-19, tren pariwisata yang dicari wisatawan adalah pariwisata berkualitas (quality tourism). 

Menurut Farid, pariwisata berkualitas menjadikan wisata alam sebagai primadona. Wisatawan lebih memilih aktivitas outdoor atau yang menunjang kesehatan, baik dilaksanakan secara mandiri maupun bersama keluarga.

Farid menambahkan, berbagai gelaran event olahraga dapat memancing munculnya produk dan tempat wisata baru. Hal ini juga dapat mendorong partisipasi komunitas dan masyarakat secara luas untuk terlibat dalam pengembangan pariwisata di kawasan Mandalika dan sekitarnya.

Tak kalah penting, Farid menjelaskan pentingnya keberlanjutan penyelenggaraan event olahraga supaya dapat menyambung antusiasme kunjungan ke Mandalika. Pasalnya, masyarakat atau pelaku ekonomi kreatif tidak bisa hanya mengandalkan satu gelaran event untuk menyambung hidup mereka.

“Oleh karena itu, kita perlu saling bekerja sama untuk membuat rangkaian program (pariwisata) di Mandalika dan NTB sepanjang tahun,” tutur Farid.

Upaya dan peran serta berbagai pihak

Upaya pengembangan pariwisata, khususnya sport tourism dan ekonomi kreatif, di kawasan Mandalika tersebut juga sejalan dengan rencana yang disusun pemerintah.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Barekraf) Rizki Handayani mengatakan bahwa saat ini pihaknya akan melakukan diversifikasi pariwisata di NTB, khususnya Mandalika, melalui sport event.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rizki Handayani.KOMPAS.com/YOGARTA AWAWA PRABANING ARKA Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rizki Handayani.

Apalagi, menurutnya, gelaran acara olahraga berskala internasional tidak hanya digemari masyarakat Indonesia, tapi juga dunia.

Rizki menekankan, penyelenggaraan event olahraga berskala internasional di Mandalika juga harus berdampak positif bagi pembangunan ekonomi dan masyarakat di sekitarnya.

Oleh karena itu, ia mengimbau berbagai pihak untuk saling bekerja sama guna mengembangkan kesiapan Lombok dalam menghelat berbagai event internasional serta pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk menunjang ekonomi kreatif di Lombok, NTB.

“Kabarnya, ajang MotoGP pada 2022 nanti jumlah pengunjungnya sepuluh kali lipat lebih banyak dibandingkan World Superbike 2021. Kami beserta masyarakat harus bekerja sama untuk menyukseskan acara ini,” ujar Rizki.

Penyelenggaraan event olahraga di Mandalika, lanjut Rizki, perlu dijadikan momentum sebagai model baru pariwisata berkualitas di Indonesia.

Hal tersebut berguna untuk memacu Mandalika agar produk dan layanan pariwisatanya semakin baik dan kreatif. Dengan demikian, dapat memberikan pengalaman yang otentik, unik, dan berkesan bagi wisatawan yang berkunjung.

“Untuk mencapai hal itu, dibutuhkan kolaborasi, inovasi, dan adaptasi dari semua pihak dalam rencana pengembangan Mandalika,” tuturnya.

Melihat upaya berbagai pihak dalam pengembangan pariwisata Mandalika, akademisi Universitas Mataram M Firmansyah yang juga menjadi narasumber pada konferensi tersebut mengingatkan, peran Mandalika bukan sebagai pengganti kawasan wisata lain yang sebelumnya sudah ada di Lombok, melainkan melengkapinya.

Ia mencontohkan, jangan sampai di tengah perkembangan pesat kawasan Mandalika, kawasan wisata lain, seperti Pantai Senggigi atau Kawasan Gili malah tidak tumbuh dan tertinggal.

Untuk mencegah hal itu, lanjut Firman, pemerintah daerah, para asosiasi, serta tokoh adat, dapat menjadi aktor untuk meningkatkan standar penyelenggaraan pariwisata di NTB, khususnya Mandalika, agar sesuai dengan standar internasional. Sebut saja, standar produk yang ditawarkan, penerimaan tamu, hingga pelayanan.

“Oleh karena itu, dibutuhkan standar dan aturan main yang berlaku secara menyeluruh di Lombok. Hal ini bertujuan supaya masyarakat serta para pelaku UMKM dan ekonomi kreatif dapat memiliki semangat untuk memajukan Mandalika, meski mereka berada di luar kawasan itu,” ujar Firman.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com