KOMPAS.com – PT Pertamina (Persero) mendorong seluruh lini bisnis anak perusahaannya atau subholding untuk berkontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca.
Kinerja dan kontribusi tiga subholding Pertamina dalam penurunan emisi disampaikan dalam acara Pertamina Energy Webinar yang digelar secara virtual di Jakarta, Selasa (7/12/2021).
Dalam gelaran bertajuk “Energizing Your Future” itu, Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara PGN Tbk (PGN) M Haryo Yunianto mengatakan bahwa sebagai Subholding Gas, PGN berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam proses transisi energi dan program dekarbonisasi.
“Komitmen tersebut diwujudkan melalui pemanfaatan energi bersih berupa gas bumi untuk pembangkit listrik sebesar 1.100 billion british thermal unit per day (BBTUD) atau setara 5.600 megawatt (MW) bagi masyarakat Indonesia,” jelas Haryo dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (8/12/2021).
Selain itu, lanjut Haryo, Subholding Gas Pertamina juga akan mulai mengonversi 52 pembangkit listrik berbahan bakar minyak dengan gas alam cair (LNG) di wilayah Indonesia tengah dan timur pada 2022.
PGN juga berencana untuk menambah ketersediaan infrastruktur guna meningkatkan pemanfaatan energi bersih gas.
Upaya tersebut mencakup pembangunan pipa distribusi sepanjang 32.509 kilometer (km), pipa transmisi 83 km, dan penambahan satu juta sambungan rumah tangga untuk pelanggan city gas.
Menurut Haryo, pihaknya akan bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk memanfaatkan stasiun kereta sebagai tempat regasifikasi LNG. Gas ini selanjutnya akan disalurkan ke rumah-rumah warga melalui pipa.
Guna mendukung program tersebut, PGN akan membangun regasifikasi LNG berskala besar di Cilacap, Jawa Tengah dan Teluk Lamong, Jawa Timur.
Upaya serupa juga dilakukan oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sebagai Subholding Kilang dan Petromikimia.
Menurut Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis PT KPI Joko Widi Wijayanto, pihaknya mempunyai tiga skema transisi energi, yakni co-processing, conversion, serta alternatives.
Adapun skema co-processing dilakukan dengan mencampur refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) dengan bahan baku fosil untuk diproses bersama.
Untuk diketahui, RBDPO adalah minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang telah diproses lebih lanjut.
Sementara itu, skema conversion dilakukan dengan memproses 100 persen bahan baku CPO di kilang revamped atau modifikasi yang ada.
Kemudian, skema alternatives dilakukan dengan memanfaatkan sumber alternatif terbarukan, seperti minyak goreng bekas, mikroalga, dan green methanol.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Jaffee Arizon Suardin menilai bahwa dalam proses transisi energi, sumber minyak bumi masih mempunyai peran penting. Oleh sebab itu, pihaknya akan terus meningkatkan produksi.
Menurut Jaffee, produksi Blok Rokan mengalami peningkatan sejak alih kelola ke Pertamina pada Agustus 2021.
Adapun rata-rata produksi minyak bumi di blok itu mencapai 158.000-159.000 barrel per hari. Angka ini meningkat hingga 162.000 barrel per hari pada November 2021.
“Hal tersebut menunjukkan bahwa PHR tidak hanya mampu menahan penurunan natural decline, tetapi juga mampu meningkatkan produksi," kata Jaffee.
Menurut Jaffee, kegiatan pengeboran minyak bumi pada 2021 berhasil melebihi target yang ditetapkan.
Sebagai informasi, PHR menargetkan 44 pengeboran tajak sumur, 9 pengeboran rig, dan 25 pengeboran rigworkover and well services (WOWS).
Hingga kini, PHR berhasil merealisasikan 114 pengeboran tajak sumur, 17 pengeboran rig, dan 29 pengeboran rig WOWS.
“Pada 2021, kami berhasil mengebor satu sumur setiap hari dengan efisiensi biaya hingga 10 persen,” kata Jaffee.
Dia menjelaskan, pihaknya akan semakin agresif melakukan pengeboran pada 2022. PHR berencana melakukan tajak pengeboran pada 500 unit sumur, 20 rig, dan 40 rig WOWS untuk mencapai rata-rata produksi 180.000 barrel per hari.
Guna meningkatkan produksi di Blok Rokan, lanjut Jaffee, pihaknya juga terus melakukan steam flood dan chemical enhanced oil recovery (CEOR).
Di sisi lain, PHR pun berencana memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Blok Rokan dalam upaya mendukung transisi energi.
"Kami berkomitmen terus meningkatkan produksi dan investasi sehingga dapat memberikan dampak positif bagi Provinsi Riau dan masyarakatnya,” ujar Jaffee.
Sebagai informasi, Pertamina Energy Webinar juga dihadiri oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial, serta Direksi Pertamina Group.
Acara tersebut juga menghadirkan sejumlah narasumber eksternal, yakni perwakilan Sustainalytics Jonathon Smith dan Development Planner ExxonMobil Stephen Jones.