Advertorial

Literasi Digital Jadi Kunci Hindari Kejahatan Siber

Kompas.com - 09/12/2021, 12:50 WIB

KOMPAS.com – Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi digital turut mendorong kemunculan kejahatan siber. Salah satu kejahatan siber yang kerap menimpa pengguna media digital adalah phishing.

Untuk diketahui, phishing merupakan tindak kejahatan siber yang menargetkan informasi atau data pribadi korban melalui sambungan telepon, email, atau pesan teks.

Guna mendapatkan data-data penting tersebut, pelaku biasanya menyamar sebagai lembaga yang sah, seperti perbankan, agar calon korban percaya.

Data pribadi calon korban kemudian digunakan untuk membobol rekening bank atau akun dompet digital.

Kejahatan siber seperti itu sebenarnya bisa dicegah bila masyarakat punya literasi digital. Sayangnya, hingga saat ini, jumlah masyarakat yang memiliki kecakapan tersebut baru sedikit. Bahkan, hanya sekitar 6 persen pengguna internet yang mendapatkan penyuluhan mengenai phishing.

Menyikapi hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar bertajuk “Waspada Phishing dengan Iming-Iming”, Selasa (16/11/2021).

Kemenkominfo mengundang sejumlah ahli sebagai narasumber, yakni founder dan Chief Executive Officer (CEO) PT Malline Teknologi Internasional Samuel Berrit Olam, dosen Universitas Sebelas Maret Reza Sukma Nugraha, konsultan sumber daya manusia (SDM) dan praktisi keuangan Eva Yayu Rahayu, dosen Universitas Lancang Kuning Khuriyatul Husna, serta key opinion leader (KOL) sekaligus kreator konten dan entrepreneur Renaldi.

Khuriyatul yang menjadi pemateri pertama menyampaikan bahwa media digital berpotensi dimanfaatkan untuk memanipulasi pengguna lain.

Lewat phishing, misalnya, korban dapat termanipulasi dan bersedia memberikan data penting berupa informasi pribadi secara sukarela tanpa disadari.

Selanjutnya, data tersebut bisa dimanfaatkan untuk kepentingan politik, iklan penjualan produk, mengajukan pinjaman online mengatasnamakan korban, menjual data ke pihak ketiga, serta membobol akun perbankan korban.

Khuriyatul pun memberi tips supaya pengguna media digital dapat mengamankan data dan terhindari kejahatan phishing.

Ia mengimbau pengguna media digital agar memperbarui informasi terkait kejahatan phishing dan selalu mengecek identitas pengirim pesan ketika mendapatkan email mencurigakan.

“Jangan asal klik link yang ada di internet. Pastikan selalu memperbarui keamanan website, update browser, serta waspada bila ada pihak yang minta data pribadi. Selain itu, cek akun online Anda secara rutin dan jangan lupa logout. Gunakan two factor authentication serta lakukan scan malware secara berkala,” papar Khuriyatul dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (7/12/2021).

Jaga identitas pribadi

Pemateri lainnya, Renaldi, mengatakan bahwa internet sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk tujuan positif. Berkat internet, batas dan jarak dalam berkomunikasi bisa dihilangkan.

Di sisi lain, Renaldi juga mengakui bahwa internet memiliki dampak jangka panjang. Salah satunya adalah data pribadi pengguna yang lupa dihapus di browser sehingga bisa jadi sasaran phishing.

Menurutnya, kejahatan tersebut bisa merusak kondisi psikologis korban karena dapat menimbulkan trauma.

Guna mencegah hal tersebut, ia mengimbau pengguna media digital untuk meningkatkan kemampuan literasi digital.

“Dengan literasi digital, kita dapat memahami cara memanfaatkan media digital agar tidak merugikan orang lain,” ujar Renaldi.

Setelah narasumber memaparkan materi, para partisipan dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan ataupun tanggapan.

Peserta bernama Ulfa Riani turut menyampaikan tanggapan. Ia bercerita, dirinya kerap menerima SMS di ponsel dari nomor yang tidak dikenal. Pesan tersebut berisi pinjaman online, kuota gratis, serta pemberitahuan hadiah.

“Bagaimana pesan tersebut bisa sampai ke nomor kita? Apakah nomor kita dilacak atau sudah tersebar? Bagaimana cara untuk mencari tahu hal ini?” tanya Ulfa.

Reza yang menjawab pertanyaan tersebut mengatakan bahwa saat ini, banyak cara bisa dilakukan untuk mendapatkan data pribadi seseorang. Dengan demikian, sulit untuk memastikan dari mana data pengguna bisa tersebar dan disalahgunakan.

 “Jadi, potensi penyebaran data memang besar dan sulit diketahui. Oleh karena itu, kita harus lebih waspada dalam keadaan apa pun,” kata Reza.

Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Barat. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan memahami dunia literasi digital.

Penyelenggara pun membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Penyelenggara juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga webinar dapat berjalan dengan baik. Sebab, program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com