KOMPAS.com – Pernahkah Anda membaca sebuah informasi yang tersebar di internet? Karena isinya dinilai berguna, lantas Anda ikut meneruskannya agar lebih banyak orang yang membaca informasi tesebut.
Meskipun terkesan baik, aktivitas yang berkaitan dengan penyebaran informasi di internet perlu banyak pertimbangan. Pasalnya, banyak informasi yang tak dapat dipertangungjawabkan kebenarannya.
Jika informasi yang kadung disebar ternyata hoaks, rekam jejak digital akan mencatat Anda sebagai salah satu penyebar berita bohong.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Etika Dunia Internet: Jarimu, Harimaumu”.
Webinar digelar pada Rabu, (17/11/2021) dan diikuti sejumlah peserta secara daring.
Dalam gelaran itu, hadir Product Manager Localin Dewi Rahmawati MKomTrainer Making Indonesia 4.0 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) sekaligus dosen Universitas Mulawarman Dr Rahmawati, MM, CPS, dan Dosen Magister Administrasi Publik Universitas Ngurah Rai yang juga anggota Asosiasi Ilmu Administrasi Negara/Publik Indonesia (IAPA) Dr Nyoman Diah Utari Dewi APar, MAP sebagai narasumber.
Selanjutnya, ada juga Dosen Universitas Lancang Kuning yang juga anggota IAPA Khuriyatul Husna, MPA, dan Miss Eco International 1st Runner Up 2018 Astria Vern.
Khuriyatul Husna yang mendapat kesempatan memaparkan materi pertama menyebut bahwa segala aktivitas yang dilakukan di dalam ruang digital akan terekam selamanya.
“Agar tercipta kehidupan yang aman dalam aktivitas digital yang kita lakukan, maka pastikan untuk hati–hati dengan apa yang ditulis dan dikatakan. Be careful about what you share, where you share, with whom you share, sites you visit, emails you open, and links you click,” ujarnya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (7/12/2021).
Sebagai pengguna media digital, menurutnya, masyarakat harus mampu merawat jejak digital dengan baik.
“Buatlah informasi yang kita upload di dalam media sosial kita dan dalam akun-akun kita memang citra diri yang positif,” tambahnya.
Jejak digital harus dirawat dengan menjaga privasi, yakni semua hal yang terkait dengan siapa saja yang boleh melihat status pengguna.
“Kemudian, kita juga harus melindungi perangkat digital kita dari malware dan virus,” sambungnya.
Astria Vern selaku narasumber key opinion leader juga menyampaikan bahwa apa yang di-share pada ruang digital tanpa sadar mengandung data pribadi.
Misalnya, unggahan Instagram kerap menampilkan lokasi dan aktivitas terkini. Pengguna mesti tahu, hal sederhana seperti ini pun dapat mengundang oknum untuk menggunakan data pribadi untuk hal yang tidak diinginkan.
“Kita harus belajar untuk menjaga privasi data. Dengan menjaganya, kita juga turut memberi dampak positif bagi orang lain yang berinteraksi dengan kita,” katanya lagi.
Usai narasumber memberi paparan, partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan.
Salah satu peserta, Ririn Hartini, menyampaikan pertanyaan.
“Bagaimana cara kita untuk lebih cakap lagi menggunakan jari kita agar hanya share berita yang baik serta mengklik situs yang baik pula agar mendapatkan manfaat atau keuntungan dari digitalisasi?” tanyanya.
Pertanyaan tersebut dijawab dengan lugas oleh Dewi Rahmawati. Menurutnya, klik butuh pertimbangan. Saat mempertuimbangkan, soft skill pengguna untuk melakukan kebaikan dapat ditingkatkan.
“Selain itu, kita juga harus melawan konten yang berisi kekerasan seksual dan saling memberikan pengetahuan pada pengguna lain untuk mengetahui konten yang sifatnya konsumtif saja,” jawabnya.
Sebelum forward-sharing, Dewi juga mengimbau pengguna untuk membaca dulu konten tersebut dan cari sumber tepercaya agar informasi yang disebar tidak sekadar sepenggal sehingga berisiko memberi persepsi berbeda.
“Jangan sampai kita sendiri yang malu apabila itu informasi yang salah,” tuturnya.
Sebagai informasi, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat.
Kegiatan tersebut terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital dan diselenggarakan sepanjang 2021.
Kegiatan webinar turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik. Hal ini mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses jika target 12,5 juta partisipan tercapai.
Untuk itulah, penyelenggara membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar selanjutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Tambahan informasi, Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa diikuti lewat akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik. mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.