Advertorial

Multikulturalisme Indonesia Jadi Kekuatan yang Mesti Dibanggakan di Ranah Digital

Kompas.com - 09/12/2021, 22:41 WIB

KOMPAS.com - Teknologi informasi menciptakan ruang tanpa batas. Dengan demikian, mampu menghubungkan individu dari berbagai belahan dunia dengan latar budaya dan bahasa berbeda.

Karena hal tersebut, pemahaman akan multikulturalisme mesti dimiliki seseorang ketika mengakses dunia digital. Pemahaman ini juga perlu dilengkapi dengan penerimaan tentang perbedaan budaya dan sudut pantang.

Dosen FISIP Universitas Diponegoro Dr Kismartini, MSi, menjelaskan bahwa multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia.

Istilah tersebut juga merujuk pada kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman dan berbagai macam budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat, termasuk nilai sistem budaya kebiasaan dan politik yang mereka anut.

Kismartini melanjutkan, nilai kehidupan sebagai masyarakat dan warga digital pada dasarnya tidak berbeda. Nilai-nilai tersebut diterapkan untuk membawa manfaat untuk orang lain dan tetap menjadi nilai yang seharusnya dikedepankan.

“Sebagai pengguna media digital yang berlandaskan nilai-nilai positif, kita harus selalu bertekad untuk memegang teguh etika dalam berkomunikasi dan menggunakan bahasa komunikasi yang baik,” papar Kismartini dalam webinar dengan tajuk “Memahami Multikulturalisme dalam Ruang Digital”, Kamis (18/11/2021).

Ia pun menyarankan kepada warganet untuk memahami dan menghargai perbedaan dan keberagaman. Bila kedua hal tersebut diterapkan, perbedaan dapat diatasi tanpa menimbulkan perselisihan atau konflik.

“Dengan demikian, keharmonisan ekosistem ruang digital untuk sesama dapat terjaga,” lanjutnya.

Menguatkan pernyataan Kismartini, Trainer Making Indonesia 4.0 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI dan dosen Universitas Mulawarman Dr Rahmawati, MM, CPS, pun menyebut bahwa keberagaman yang dimiliki Indonesia merupakan hal yang perlu dibanggakan oleh masyarakat danw warganet.

 “Sebagai anak bangsa, perlu disadari bahwa multikulturalisme adalah hal yang menjadi kekuatan kita dibandingkan dengan negara-negara lain yang rata-rata masyarakatnya bersifat homogen,” jelas Rahmawati.

Kekuatan tersebut, kata Rahmawati, sepatutnya tidak menjadi hal negatif. Masyarakat pun harus disadarkan oleh seorang pendidik seperti layaknya seorang dokter memberikan arahan dan konsultasi kepada pasiennya dalam hal kesehatan.

Musisi, rapper, talent and Music Producer Rans Entertainment Rafli Albera pun sepakat dengan hal tersebut. Key opinion leader ini juga mengatakan bahwa kemampuan literasi digital dapat menjadi katalisator untuk mewujudkan pemahaman multikulturalisme.

“Teman-teman yang sudah terliterasi digital dengan baik mampu menggunakan media digital dengan bijak. Literasi digital ini menjadi penting karena kita akan bisa menguasai digital sesuai dengan potensi diri,” tuturnya.

Sebagai informasi, webinar tersebut diselenggarakan atas kerja sama Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) bersama Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital.

Kegiatan tersebut terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah, penyelenggara pada agenda selanjutnya membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Juga bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa mengikuti akun Instagram @siberkreasi.

Penyelenggara juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga webinar dapat berjalan dengan baik. Hal ini mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com