Advertorial

Hidup Pintar di Dunia Digital Berikan Dampak Positif bagi Semua

Kompas.com - 09/12/2021, 22:54 WIB

KOMPAS.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar bertajuk “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital”, Selasa (16/11/2021).

Dalam webinar tersebut hadir sejumlah narasumber, seperti art enthusiast dan aktor Mathori Brilyan, founder PT Lets SMART Consulting and professional speaker Divdeni Syafri, dan Program Director Swaragama Group sekaligus Sekretaris Jenderal Forum Diskusi Radio Indonesia Bonny Prasetia Ajisakti.

Selain itu, hadir pula peneliti dan pengasuh tarbiyakislamiyah.id Ridwan Muzir dan content creator Cindy A Endge.

Dalam penjelasannya, Ridwan mengatakan, dalam menghadapi dunia digital, seseorang harus pintar mengolah dan memahami informasi, termasuk saat melakukan proses membaca dan menulis. Menurutnya, memiliki literasi digital yang berdasar pada keterampilan berbahasa dan berkomunikasi penting dalam dunia digital.

“Dengan adanya kemampuan literasi dapat membuat hidup lebih terampil dengan memanfaatkan teknologi digital, baik untuk kebaikan diri sendiri maupun bermanfaat bagi kehidupan orang lain,” ujar Ridwan dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (7/12/2021).

Dengan demikian, lanjutnya, literasi digital akan memberikan dampak positif dalam kehidupan. Meski begitu, ancaman keamanan di dunia digital masih tetap ada. Sebab, internet dihuni oleh manusia yang bisa berbuat baik atau jahat.

“Sebagai pengguna media digital, ketika bicara soal hak pribadi, kita harus mampu mengenali, memahami, dan menerapkan cara kerja fitur-fitur keamanan digital yang telah tersedia di berbagai platform dan aplikasi, serta hati-hati dan tidak ceroboh dalam membagi informasi pribadi,” kata Ridwan.

Selain itu, literasi digital juga menyangkut hak komunitas dan masyarakat, seperti mengenali, memahami, dan menghentikan persebaran kabar bohong, ujaran kebencian, dan hasutan. Selain itu, perlu adanya edukasi bagi komunitas tentang nilai-nilai keragaman dan penghormatan terhadap sesama.

Ridwan juga mengingatkan peserta webinar untuk dapat mengakui dan menghormati hak kebebasan berpendapat dan berekpresi, berserikat dan berkumpul, serta hak menjalankan keyakinan yang dimiliki setiap orang.

Dalam sesi key opinion leader, Cindy A Endge mengatakan bahwa mudahnya akses internet membuat masyarakat harus jeli dalam mengecek informasi yang diterima. Selain itu, menurutnya, masyarakat harus lebih bijaksana dalam menentukan informasi yang membawa dampak positif atau negatif.

“Kita harus mampu menyeimbangkan waktu sehari-hari untuk tetap produktif. Jagalah data dan informasi pribadi dalam bermedia sosial serta transaksi digital. Jangan sembarangan memberikan (data pribadi) ke orang lain,” kata Cindy.

Sebagai content creator dan entrepreneur, Cindy dapat meminimalisasi penggunaan teknologi pintar untuk hal-hal negatif dan tetap produktif. Misalnya, tidak menggunakan aplikasi percakapan atau sosial media untuk bergosip, tetapi digunakan sebagai sarana pemberi saran atau komentar atas produk yang dijual.

Ia juga mencontohkan penggunaan teknologi pintar pada smartphone yang dapat digunakan untuk memulai aktivitas penjualan di e-commerce. Menurutnya, smartphone bisa digunakan untuk mengambil foto produk, mengedit foto melalui aplikasi, serta menggunakan media sosial sebagai alat marketing dan promosi.

Salah satu peserta webinar bernama Nurul bertanya mengenai soft skill apa yang mudah dipelajari bagi mereka yang sudah berumur agar bisa mendapatkan keuntungan dari perkembangan teknologi digital.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Mathori Brilyan menyarankan bahwa langkah pertama yang dapat dilakukan orang tua untuk beradaptasi dengan teknologi adalah belajar mengoperasikan perangkat untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi.

“Setelah memiliki kapasitas yang cukup dalam menggunakan perangkat tersebut, baru dapat mencoba memberikan peluang untuk mendatangkan penghasilan dari penggunaan perangkat dan ruang digital,” ujarnya.

Misalnya, kata Mathori, membuat konten berdasarkan keseharian, seperti menceritakan hobi seseorang ke media sosial, vlog, atau podcast.

“Saya kira, hal tersebut dapat menjadi sesuatu yang menarik karena dalam membicarakan realitas sehari-hari ikut membawa nilai orisinalitas yang dapat menarik audiens,” katanya.

Sebagai informasi, webinar tersebut merupakan rangkaian kegiatan literasi digital yang terbuka bagi semua orang yang ingin memahami dunia literasi digital.

Penyelenggara membuka peluang kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya.

Bagi yang ingin bergabung dan mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital dapat mengikuti akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com