KOMPAS.com - Musisi sekaligus produser kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, Oghie, merangkul penyanyi asal Ukraina, Anya Shurubey, untuk berkolaborasi. Kerja sama tersebut menghasilkan mini album (EP) bertajuk Refrain dengan lagu andalan “I Saw The Love”.
Sebelum merilis EP tersebut, Oghie sudah dikenal sebagai pencipta lagu bernuansa elektronik yang mudah diterima anak muda. Salah satunya, “The Night Lost Its Mind”.
Oghie sendiri mengaku ingin membuat industri musik Indonesia berwarna melalui lagu-lagi ciptaannya. Visi ini sudah ia lakukan sejak pertama kali bermusik, yakni pada 2001.
Sebelum terjun ke industri musik Indonesia, Oghie aktif sebagai produser musik di berbagai layanan daring.
"Akhirnya, saya berkolaborasi dengan pemain erhu asal Singapura, Jazreel Luar, untuk merilis single perdana berjudul 'The Night Lost Its Mind' pada pertengahan 2021,” tutur Oghie dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (13/12/2021).
Musik ciptaan Oghie ternyata digemari di berbagai negara. Sebut saja, Australia, Singapura, Swiss, Jerman, serta Amerika Serikat.
Pencapaian tersebut membuat Oghie semakin bersemangat untuk menelurkan karya selanjutnya. Ia pun memutuskan berkolaborasi dengan Anya.
Oghie menjelaskan bahwa mini album Refrain berisi empat lagu. Komposisi keempat lagu ini merupakan hasil eksperimen serta kombinasi antara unsur musik modern Eropa Timur dan nada oriental khas Asia.
“Sementara, lirik lagunya berbahasa Inggris dan dibuat berdasarkan pengalaman pribadi Anya Shurubey. Lirik lagu ini berisi kegelisahan dalam menjalani suatu hubungan. Tema tersebut paling menonjol ada pada lagu ‘I Saw The Love’,” tuturnya.
Dalam bermusik, lanjut Oghie, dirinya memadukan berbagai genre, seperti pop, R&B, slap, elektronik, serta tradisional.
Ia mengaku terbantu dengan suara timbre Anya saat berkolaborasi memproduksi Refrain. Hasilnya, proyek bernuansa eksperimental ini berhasil menggabungkan genre slap house dan orkestra di beberapa lagu.
Sementara, sisanya mengambil inspirasi dari electronic-oriental pop, etnomusikologi, serta instrumen tradisional Asia.
“Genre electronic music menarik minat saya karena latar belakang kuliah saya teknologi informasi,” ucap Oghie.
Proses pembuatan EP Refrain
Oghie mengisahkan proses penciptaan musik EP Refrain dilakukan di studio pribadinya di Bandung.
Setelah musiknya jadi, Anya merekam suara vokal dari Ukraina. Selanjutnya, proses merekam dan mixing suara Anya dilakukan oleh Postmix Studio di Ukraina.
“Sebagai penyempurna karya, saya mengajak Irman Usman sebagai musisi karawitan untuk men-direct musik tradisi dan mengisi gendang di lagu ‘I Saw The Love’,” kata Oghie.
Pembuatan musik tersebut, lanjut Oghie, berjalan cukup singkat. Pasalnya, ia sudah sering berkolaborasi dengan etnomusikolog.
Oghie mengaku tidak menemui kendala selama penciptaan mini album tersebut. Hanya saja, ia merasa sedih karena selama proses rekaman gendang, maestro gendang kelahiran Makassar Abdul Muin Daeng Mile meninggal dunia.
“Kami sampai harus berhenti sejenak dulu sampai perasaan sedih selesai. Selanjutnya, proses rekaman kami lanjutkan lagi,” ujar Oghie.
Meskipun liriknya berbahasa Inggris, lanjut Oghie, lagu tersebut tetap dapat dinikmati penikmat musik di Tanah Air. Pasalnya, lirik pada album tersebut mudah dicerna dan simpel. Keempat lagu pun terasa indah dan easy listening.
“Saya harap, EP tersebut dapat memberikan warna baru dalam industri musik Indonesia sekaligus dapat menjadi anthem buat teman-teman yang lagi cari (referensi) genre baru,” tuturnya
Sebagai informasi, mini album Refrain telah dirilis pada Minggu (12/12/2021) di bawah naungan label Lontar Records. Saat ini, EP tersebut sudah bisa Anda dengar di berbagai platform musik digital. Salah satunya di Spotify.
Untuk mendengarkan mini album Refrain, Anda bisa mengunjungi laman berikut.