Advertorial

Inovasi Teknologi dan Komunikasi Digital jadi Kunci Syngenta Tingkatkan Produktivitas Petani di Masa Pandemi

Kompas.com - 15/12/2021, 14:28 WIB

KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 memberikan tantangan bagi terjaganya ketahanan pangan (food security) nasional. Pasalnya, terbatasnya aktivitas tatap muka dan mobilitas selama pandemi memberi dampak bagi kegiatan petani dalam meningkatkan produksi pangan.

Country General Manager Syngenta Indonesia Kazim Hasnain mengatakan bahwa terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi petani. Salah satunya, keterbatasan akses untuk memperoleh informasi inovasi teknologi pertanian, serta pengetahuan di bidang praktik pertanian budidaya yang baik dan tepat.

Untuk memberi dukungan bagi para petani yang menghadapi disrupsi selama masa pandemi, Syngenta sebagai perusahaan yang bergerak di bidang industri pertanian, menghadirkan berbagai upaya.

Agar semua petani di pelosok Indonesia dapat menjangkau informasi serta pengetahuan seputar pertanian, Syngenta memanfaatkan inovasi teknologi dan komunikasi digital.

Sejauh ini, Kazim mengatakan, pihaknya telah menyelenggarakan lebih dari 19.000 acara edukasi pertanian secara virtual yang telah menjangkau lebih dari 400.000 petani. Media sosial juga didayagunakan untuk membantu petani di pelosok daerah mengakses informasi seputar praktik berkelanjutan dan inovasi teknologi pertanian.

“Salah satu pesan penting yang selalu kami sampaikan (dalam acara virtual) adalah keamanan penggunaan produk Syngenta untuk petani dan kami ingin meningkatkan kesadaran mereka atas hal ini.” jelas Kazim dalam acara media gathering Syngenta yang digelar secara virtual, Senin (6/12/2021).

Selain pendampingan bagi petani, pihaknya juga berupaya memecahkan persoalan kurang maksimalnya pemasaran hasil pertanian (farm-to-market).

Untuk mengatasi hal ini, lanjut Kazim, Syngenta berinvestasi pada Sayurbox. Platform online ini memudahkan petani mengantarkan hasil pertanian mereka secara langsung kepada pengguna.

Selain itu, Syngenta juga bermitra dengan Tani Foundation, bagian dari TaniHub, untuk membantu petani dalam mendapatkan informasi, pengetahuan dan keterampilan on-farm dan off-farm, serta mewujudkan ekosistem pertanian yang berkesinambungan.

Berbagai kegiatan edukasi virtual bagi petani telah dilaksanakan Syngenta berkolaborasi dengan Sayurbox dan TaniHub.

“Sementara untuk para retailer dan distributor pertanian, kami mengadakan serangkaian pelatihan virtual seputar perpajakan, pergudangan dan program penjualan ” ujarnya.

Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan teknologi pertanian, Kazim mengatakan, Syngenta memiliki tiga unit bisnis, yakni perlindungan tanaman pangan, benih, serta manajemen hama profesional.

Lini bisnis perlindungan tanaman menyediakan teknologi unggulan untuk berbagai tanaman mulai dari padi, jagung, kelapa sawit, cabai, tomat, bawang merah, jeruk, kentang, mangga, kakao, dan kedelai.

Syngenta juga memiliki berbagai varietas benih jagung hibrida unggulan, seperti NK Perkasa, NK Super, NK Hebat, NK Juara, NK Sumo dan NK Andalan.

Dukung program swasembada jagung

Melalui teknologi benih jagung hibrida unggulan, Syngenta juga turut mendukung swasembada jagung yang ditargetkan oleh pemerintah. 

Head of Seed Business Syngenta Indonesia Fauzi Tubat mengatakan, Indonesia masih termasuk sepuluh negara produsen jagung terbesar di dunia, meski pandemi melanda.

Di tingkat dunia, Indonesia berada di urutan ke-8 dengan total produksi mencapai 20,4 juta ton per tahun. Sementara, untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia berada di posisi pertama, disusul Thailand dan Filipina.

Fauzi menambahkan, konsumsi jagung di Indonesia juga tumbuh stabil karena sebagian besar kebutuhannya untuk industri. Rinciannya, 70 persen untuk makanan hewan, 28 persen untuk industri makanan dan minuman berbahan jagung, 2 persen untuk makanan langsung, serta 0,5 persen digunakan sebagai benih.

“Kami turut mendukung pemerintah untuk mencapai swasembada berkelanjutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani,”’ kata Fauzi.

Kawasan Padi 10 untuk memastikan ketahanan pangan. DOK. Syngenta Kawasan Padi 10 untuk memastikan ketahanan pangan.

Adapun upaya pertama yang dilakukan Syngenta adalah mengembangkan dan memproduksi benih terbaik di kelasnya berdasarkan kebutuhan petani untuk semua segmen serta kondisi wilayah di Indonesia

Fauzi melanjutkan, Syngenta memiliki fasilitas penelitian dan pengembangan khusus tanaman jagung hibrida bertaraf internasional di Kediri, Jawa Timur.

Fasilitas penelitian tersebut mampu menghasilkan jagung hibrida berkelas yang resisten terhadap serangan bakteri dan hama. Dengan demikian, dapat memaksimalkan hasil panen.

“Kami juga menggunakan teknologi post harvest operation (PHO) supaya produksi jagung hibrida Syngenta memenuhi standar. Misalnya, dalam hal kemurnian dan kadar air,” kata Fauzi.

Selain di Kediri, Syngenta juga memiliki pabrik benih bertaraf internasional di Pasuruan, Jawa Timur. Pabrik tersebut memiliki inovasi berupa aplikasi Syngenta Management System (SMS) Crop. Aplikasi ini mampu melacak benih yang digunakan petani supaya dapat mendapatkan hasil panen sesuai standar Syngenta.

Inovasi selanjutnya adalah penggunaan QR Code pada kemasan produk Syngenta yang dapat memudahkan petani mengenali keaslian benih.

Selain itu, Syngenta juga menawarkan pengalaman baru kepada petani menggunakan teknologi digital yakni ePG dan Petani-Apps.

“Melalui aplikasi tersebut, petani dapat mengetahui jenis jagung hibrida yang direkomendasi, ramalan cuaca, informasi kios, menghitung keuntungan, serta mengikuti loyalty program,” ujar Fauzi.

Upaya kedua adalah melakukan edukasi. Syngenta memiliki ratusan personel yang tersebar sampai pelosok Indonesia untuk memberi edukasi mengenai penanaman benih sekaligus memberikan solusi kepada petani.

Dari awal pandemi, penggunaan platform digital pun menjadi semakin penting untuk memperkenalkan teknologi benih baru dan mengedukasi petani agar dapat meningkatkan hasil panen jagungnya secara optimum.

“Kami melakukan grower engagement atau interaksi dengan petani jagung menggunakan berbagai platform digital, seperti Zoom, website, Facebook, YouTube, Instagram dan Twitter,” tuturnya.

Mendukung keberlanjutan pertanian

Tak hanya aspek teknologi dan produksi, Syngenta Indonesia juga turut memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan pertanian.

Head of Business Sustainability Syngenta Indonesia Midzon Johannis mengatakan, sejak 2013, Syngenta memiliki kerangka keberlanjutan The Good Growth Plan.

Pada fase pertama (2013-2020), kerangka tersebut terdiri dari beberapa komitmen, yakni menghasilkan pangan yang lebih banyak dengan minim limbah, meningkatkan keanekaragaman hayati di area pertanian, serta meningkatkan kesehatan dan menyelamatkan kesehatan orang-orang di sektor pertanian.

Selanjutnya, Syngenta meluncurkan The Good Growth Plan fase kedua untuk 2020-2025 yang terdiri dari percepatan inovasi bagi petani dan alam, mengusahakan pertanian netral karbon, membantu pekerja pertanian tetap sehat, serta bermitra untuk menciptakan dampak.

“Syngenta menginvestasikan 2 miliar dollar Amerika Serikat (AS) untuk terobosan pertanian berkelanjutan. Kami juga mengusahakan supaya dapat menghasilkan setidaknya dua terobosan teknologi berkelanjutan per tahun serta mengusahakan residu terendah pada tanaman dan lingkungan,” ujar Midzon.

Untuk mewujudkan komitmen netral karbon, lanjut Midzon, Syngenta mengukur dan melakukan mitigasi karbon dalam pertanian. Adapun besaran intensitas karbon yang ditargetkan berkurang dalam operasi adalah sebesar 50 persen sebelum 2030.

Midzon melanjutkan, Syngenta berkomitmen untuk mewujudkan nol kecelakaan atau zero accident di tempat bekerja dan melatih 8 juta pekerja pertanian setiap tahun dalam hal penggunaan teknologi pertanian secara aman.

Program Tanya Pakar dari Syngenta untuk para petani. DOK. Syngenta Program Tanya Pakar dari Syngenta untuk para petani.

Midzon mengakui, pihaknya membutuhkan kerja sama dengan pihak lain untuk bersama-sama merealisasikan indikator pencapaian The Good Growth Plan demi menjaga kelestarian lingkungan dan menyejahterakan petani.

“Kami terus berupaya menjalin kemitraan dengan berbagai pihak untuk menciptakan dampak berkelanjutan bagi petani Indonesia,” tuturnya.

Menjaga kesehatan karyawan selama pandemi

Syngenta senantiasa menjaga kondisi kesehatan karyawan, baik dari segi fisik maupun mental, guna mendukung produktivitas selama pandemi.

Head of Human Resources Syngenta Indonesia Letran Silalahi mengatakan, Syngenta memiliki berbagai program kesejahteraan supaya karyawan tetap termotivasi, loyal, dan merasa aman dalam bekerja.

Selama pandemi Covid-19, Syngenta memiliki program Help Care yang beroperasi selama 24 jam dan 7 hari. Melalui program ini, karyawan beserta keluarga dapat berkonsultasi dan meminta saran medis. Karyawan juga dapat dirujuk ke rumah sakit atau laboratorium yang ditunjuk oleh perusahaan.

“Bila diperlukan, layanan tersebut dapat melakukan kunjungan ke rumah bagi karyawan atau keluarga yang membutuhkan,” ujar Letran.

Letran menambahkan, pihaknya juga memiliki paket isolasi mandiri (isoman) untuk karyawan dan keluarga yang terkena Covid-19. Karyawan yang terdampak Covid-19 bisa memilih rumah sakit yang telah ditentukan dengan biaya yang akan ditanggung perusahaan.

Selain itu, Syngenta Indonesia juga telah melaksanakan vaksinasi Covid-19 kepada karyawan. Saat ini, persentase karyawan tervaksinasi sudah mencapai 99 persen. Syngenta juga bekerja sama dengan Bio Farma dan Kimia Farma dalam program Vaksinasi Gotong Royong.

“Perusahaan juga memberikan dukungan kepada keluarga yang melakukan vaksinasi mandiri dengan mengganti biaya terkait. Misalnya, biaya transportasi,” tuturnya.

Pada pertengahan 2021, lanjut Letran, tingkat keterisian rumah sakit amat tinggi. Hal ini menyebabkan banyak pasien Covid-19 terlantar.

Guna mengatasi hal tersebut, Letran mengatakan bahwa Syngenta telah bekerja sama dengan pihak asuransi. Dengan demikian, karyawan dan keluarga yang terkena Covid-19 bisa mendapatkan fasilitas di rumah sakit serta akomodasi yang diperlukan saat emergency.

“Saat masyarakat membutuhkan tabung oksigen pada pertengahan 2021, kami segera mengirim tabung oksigen, baik yang ada di Jakarta maupun di luar daerah. Kami terus memonitor karyawan dan keluarga, mulai dari perawatan sampai mereka dinyatakan sembuh,” kata Letran.

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang industri esensial, lanjut Letran, Syngenta beroperasi secara penuh. Mempertimbangkan hal tersebut, pihaknya telah menyediakan mode kerja hibrida bagi karyawan yang bekerja.

Untuk karyawan yang bekerja di kantor, Syngenta menyiapkan protokol dan alat perlindungan diri, seperti masker, hand sanitizer, serta vitamin. Pihaknya juga menyediakan layanan makan siang dan snack gratis.

“Dengan kebijakan tersebut, karyawan tidak perlu keluar kantor karena semua kebutuhannya terpenuhi,” katanya.

Untuk karyawan yang bekerja di rumah, lanjut Letran, pihaknya memberikan fasilitas serta sarana kerja yang hampir serupa dengan di kantor. Pihaknya juga membuat webinar edukasi mengenai manajemen kesehatan fisik dan mental dalam menghadapi tantangan di masa pandemi. Melalui webinar ini, perusahaan menghadirkan para pembicara ahli di bidang kesehatan fisik dan mental.

“Selain itu, kami juga memiliki engagement program virtual yang bisa diikuti karyawan dan keluarga. Inti acara tersebut berupa kegiatan kreativitas yang dapat membantu menjaga kesehatan mental dan ikatan kekeluargaan di Syngenta. Program ini kami berikan kepada karyawan dari Sabang sampai Merauke,” ujarnya.

Menutup acara Media Gathering Syngenta, Kazim menyampaikan bahwa inovasi pertanian harus terus didorong. Selain itu, kisah sukses harus terus disebarkan agar dapat membantu petani meningkatkan efisiensinya dalam bertani.

Ia mengajak semua pihak mendukung program Pertanian 4.0 dari pemerintah yang sarat dengan digitalisasi.

Adapun peran Syngenta dalam mendukung program ini adalah terus berinvestasi dalam mengeluarkan berbagai teknologi pertanian mutakhir serta meningkatkan kapasitas karyawan lapangan untuk memberi pendampingan teknis terbaik bagi petani.

“Kami juga senantiasa meningkatkan kualitas fasilitas industri serta memberikan solusi perlindungan tanaman bagi petani untuk menjaga ketahanan pangan nasional,” kata Kazim.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com