Advertorial

Menilik Peran Sektor Perbankan dalam Pencapaian Prinsip Berkelanjutan dengan Dukungan Teknologi Digital

Kompas.com - 17/12/2021, 14:47 WIB

KOMPAS.com – Meskipun pasar tengah bergejolak akibat pandemi Covid-19, investasi keberlanjutan (sustainability) pada pasar modal global justru mengalami pertumbuhan yang kuat pada 2020.

Dalam laporan berjudul World Investment Report 2021, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) memperkirakan bahwa nilai produk investasi keberlanjutan mencapai angka 3,2 triliun dollar Amerika Serikat (AS) pada 2020. Angka ini naik lebih dari 80 persen jika dibandingkan pada 2019.

Aspek sustainability sendiri sudah menjadi hal penting dan komitmen global untuk memastikan kelangsungan serta kualitas hidup manusia pada saat ini dan masa depan.

Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, nilai pembiayaan berkelanjutan (sustainable finance) perbankan di Indonesia telah mencapai 55,9 miliar dollar AS atau setara Rp 809,75 triliun pada 2021.

Setidaknya, hampir 50 persen bank di Indonesia menunjukkan peningkatan komitmen dalam penerapan sustainable finance. Jumlah ini mewakili 91 persen dari total aset pasar perbankan Indonesia.

Berkat kinerja tersebut, Sustainable Banking and Finance Network (SBFN) memasukkan Indonesia sebagai salah satu negara dalam tahap konsolidasi regulasi keuangan berkelanjutan pada 2021.

Tak hanya itu, pembiayaan berkelanjutan juga menjadi salah satu dari tujuh topik prioritas di bidang keuangan yang akan diangkat pada Presidensi Group of Twenty (G20) Indonesia.

Isu tersebut terkait pengembangan sumber-sumber pembiayaan yang dapat mendukung upaya dunia dalam mengatasi perubahan iklim. Pembahasan ini mencakup green finance facility, termasuk stimulus di bidang fiskal, guna mendorong pembangunan berkelanjutan. 

Tidak sebatas kegiatan sosial

Pada dasarnya, sustainability tidak hanya mengenai kegiatan sosial, donasi, dan filantropi yang berkaitan dengan lingkungan.

Lebih dari itu, sustainability juga mencakup profitabilitas perusahaan, inovasi, perubahan paradigma berpikir dan cara kerja, ketenagakerjaan, kualitas produk dan jasa, serta perlindungan pelanggan. Oleh sebab itu, prinsip keberlanjutan merupakan kunci strategi bisnis pada masa depan.

Demi memuluskan strategi tersebut, seluruh pemangku kepentingan harus berkolaborasi dalam mengimplementasikan kerangka kerja yang komprehensif dari kebijakan berkelanjutan nasional. Tak terkecuali, sektor perbankan.

Dengan dukungan teknologi yang mumpuni, sektor perbankan memainkan peran penting dalam menyediakan sustainable finance.

Sebagai salah satu pemain utama dalam sustainable finance global, Standard Chartered Bank turut berkomitmen mewujudkan hal tersebut.

Untuk diketahui, Standard Chartered Bank telah memperhitungkan aspek lingkungan dan sosial dalam kerangka kerjanya sejak 1997.

Ilustrasi keberlanjutan. Dok. Standard Chartered Bank Ilustrasi keberlanjutan.

Sejalan dengan komitmen tersebut, Standard Chartered Bank kini membatasi dukungan pembiayaan kepada bisnis yang tidak berdasarkan prinsip sustainable.

Sebagai contoh, proyek pembangkit listrik tenaga batu bara baru atau perluasan yang sudah ada, eksplorasi wilayah Kutub Utara, penambangan asbes dan batu bara, pembuatan atau distribusi senjata nuklir, serta pengembangan dan pembukaan lahan gambut, kawasan dengan nilai konservasi tinggi atau High Conservation Value (HCV), dan stok karbon tinggi atau High Stock Carbon (HCS).

Standard Chartered Bank hanya akan memberikan layanan keuangan kepada nasabah dengan pendapatan yang bergantung pada batu bara termal kurang dari 5 persen. Hal ini sesuai dengan target pengurangan emisi karbon pada 2030 yang dicanangkan Standard Chartered Bank.

Langkah nyata

Salah satu upaya penerapan sustainable finance yang dilakukan Standard Chartered Bank secara nyata adalah dengan menawarkan jajaran produk-produk yang merujuk ke prinsip keberlanjutan bagi para nasabahnya.

Pada awal 2020, Standard Chartered Bank Indonesia mulai menawarkan Reksa Dana Indeks BNP Paribas SRI-Kehati yang dikelola oleh PT BNP Paribas Asset Management.

Melalui reksa dana itu, Standard Chartered Bank mengajak investor di Indonesia untuk lebih peduli terhadap pelestarian lingkungan dan sosial.

Melansir pemberitaan Kontan, Selasa (11/2/2020), BNP Paribas SRI-Kehati menggunakan indeks SRI-Kehati yang diluncurkan oleh Yayasan KEHATI dengan memperhatikan prinsip ramah lingkungan, kontribusi masyarakat, serta tata kelola perusahaan yang baik.

Kemudian, pada April 2021, deposito berjangka berkelanjutan dollar AS pertama di Indonesia juga mulai dapat dinikmati oleh nasabah Standard Chartered Bank Indonesia.

Pembiayaan itu telah diluncurkan di sejumlah pasar internasional, termasuk Singapura, AS, dan Hong Kong, setelah pertama kali diluncurkan di dunia pada 2019 dengan fokus awal pada investor di Eropa.

Masih pada April 2021, Standard Chartered Bank juga memperkenalkan produk reksa dana Batavia Global ESG Sharia Equity USD bagi para nasabah bank.

Produk itu merupakan reksa dana luar negeri (offshore) yang dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik atau environment, social, and good corporate governance (ESG).

Dukungan Standard Chartered Bank terhadap berbagai inisiatif dan program pemerintah terkait keuangan berkelanjutan juga telah jamak dilakukan.

Pada Februari 2020, Standard Chartered Bank menjadi satu-satunya bank internasional yang berpartisipasi dalam gelaran High Level Meeting on Green Investment Blueprint for Papua and West Papua dan pengembangan struktur pembiayaan karbon.

Lalu, pada Juni 2021, Standard Chartered Bank turut ambil bagian sebagai Joint Green Structuring Advisor dalam penerbitan sukuk hijau senilai 750 juta dollar AS dari pemerintah Indonesia.

Melalui instrumen tersebut, investor Indonesia dapat berpartisipasi dalam investasi dan pembiayaan proyek-proyek yang mengedepankan pencapaian Tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang diinisiasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Proyek-proyek itu berkaitan dengan kesehatan dan pandemi Covid-19, ketahanan pangan, energi terbarukan, akses ke air bersih, pengelolaan air, serta adaptasi perubahan iklim.

Kemudian, pada 2021, Standard Chartered Bank juga ambil bagian dalam membiayai proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Jawa Barat.

PLTS tersebut nantinya akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Listrik yang dihasilkan PLTS ini akan mampu menyuplai 50.000 rumah, mengimbangi 214.000 ton emisi karbon dioksida (CO2), dan menciptakan hingga 800 lapangan kerja.

Dengan seluruh langkah nyata tersebut, pada 28 Oktober 2021, Standard Chartered Bank makin mengukuhkan komitmennya untuk bersikap tegas dalam upaya melawan perubahan iklim.

Hal itu diwujudkan Standard Chartered Bank dengan mendeklarasikan target ambisius pencapaian emisi net-zero carbon pada 2050.

Deklarasi tersebut juga mencakup target sementara untuk mengurangi emisi karbon melalui pengurangan pembiayaan terhadap bisnis pertambangan batu bara termal, minyak dan gas, serta listrik pada 2030.

Dukungan teknologi digital

Komitmen Standard Chartered Bank dalam berbagai praktik terkait sustainable finance juga dilakukan bersamaan dengan transformasi digital dalam setiap lini bisnis dan operasionalnya.

Transformasi digital tersebut diharapkan membawa dampak positif dalam memberikan pengalaman layanan yang lebih baik kepada klien melalui berbagai pilihan solusi keuangan dan kinerja teknologi yang mumpuni.

Hal tersebut dilakukan untuk memastikan transaksi keuangan nasabah berjalan secara aman dan nyaman.

Ilustrasi teknologi digital. Dok. Standard Chartered Bank Ilustrasi teknologi digital.

Sejumlah dukungan teknologi digital itu di antaranya adalah kehadiran fitur Online Mutual Fund dalam layanan online banking dan aplikasi SC Mobile.

Fitur tersebut dapat membantu nasabah untuk melakukan transaksi investasi dengan mudah, seperti membeli, menjual, atau menukar (switching) reksa dana.

Sementara itu, untuk transaksi obligasi, Standard Chartered Bank juga menawarkan fitur Retail Bonds Online yang telah tersemat di aplikasi SC Mobile.

Guna membantu nasabah mencapai tujuan keuangan, SC Mobile juga dilengkapi dengan fitur SmartGoals. Lewat fitur ini, nasabah dapat melakukan perencanaan keuangan sesuai dengan tujuan dan gaya hidup mereka.

Kemudian, pada 2020, Standard Chartered Bank juga meluncurkan Standard Chartered nexus sebagai solusi Banking-as-a-service (BaaS).

Secara teknis, Standard Chartered nexus memungkinkan platform digital menyediakan layanan pinjaman, kartu kredit, dan tabungan untuk konsumennya yang diciptakan bersama bank dengan menggunakan merek sendiri.

Tak hanya itu, dengan menggandeng platform kredit digital Kredivo, Standard Chartered Bank juga menyediakan penyaluran kredit secara digital melalui platform Beli Sekarang, Bayar Nanti atau Buy Now, Pay Later (BNPL) ke segmen pasar ritel atau mass market.

Selain itu, Standard Chartered Bank juga meluncurkan Straight2Bank Pay (S2B Pay). Layanan ini membantu perusahaan-perusahaan meraih peluang dari ekonomi digital dengan melakukan penagihan dana melalui berbagai metode secara real-time.

S2B Pay juga mendukung perdagangan digital lintas batas di seluruh saluran penjualan perusahaan, termasuk penjualan online (e-commerce), pembayaran digital, tautan pembayaran, penyajian tagihan, dan penagihan berbasis faktur.

Selain menggulirkan solusi-solusi keuangan berbasis digital terkini, Standard Chartered Bank juga telah mengimplementasikan teknologi digital canggih, seperti robotik, machine learning, dan big data analytics. Dengan demikian, Standard Chartered Bank dapat mentransformasi model operasi bisnisnya menjadi lebih efisien dan efektif. 

Dengan berbagai dukungan teknologi dan komitmen keberlanjutan tersebut, Standard Chartered Bank optimistis bahwa sektor perbankan dapat berkontribusi dalam upaya melawan perubahan iklim, serta terus bertransformasi untuk selalu relevan bagi para konsumen di masa kini dan masa depan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com