Advertorial

Erick Thohir Puji StrategiMoonshoot BRIvolution 2.0 untuk Hadapi Tantangan Ke depan

Kompas.com - 17/12/2021, 15:06 WIB

KOMPAS.com - Digitalisasi dan adaptasi teknologi semakin masif digunakan pada era metaverse atau internet masa depan.

Dalam menjawab tantangan tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI bertransformasi dan mencanangkan visiThe Most Valuable Banking Group In Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion” pada 2050.

Visi tersebut diwujudkan BRI dengan mengimplementasikan berbagai inisiatif strategis termasuk yang bersifat breakthrough.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama BRI Sunarso pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BRI bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Wakil Menteri BUMN sekaligus Komisaris Utama BRI Kartika Wirjoatmodjo, Jumat (17/12/2021).

Pada kesempatan tersebut, Erick Thohir meyakini bahwa BRI dapat menjawab tantangan yang datang dari pesatnya perkembangan teknologi, khususnya pada era metaverse. Pasalnya, jangkauan bisnis BRI yang tersebar hingga ke wilayah rural membuat perusahaan plat merah ini dapat lebih agile dalam penerapan digitalisasi.

Erick turut mengapresiasi BRI yang telah melakukan transformasi dan menyiapkan berbagai langkah strategis untuk menghadapi tantangan ke depan.

Menurutnya, penguatan teknologi yang dilakukan BRI dapat menunjang klasterisasi usaha yang digodok perbankan tersebut.

“Saya meminta BRI untuk membentuk ekosistem metaverse. Bahaya kalau kami membuat klasterisasi tanpa menyiapkan metaverse-nya. Namun, saya percaya, BRI yang sudah punya brand di perdesaan serta usaha mikro kecil menengah (UMKM) bisa membuat strategi Moonshoot dari perusahaan berjalan optimal,” ujar Erick dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (17/12/2021).

Kemampuan BRI yang agresif melakukan ekspansi, lanjut Erick, tak lepas dari dukungan integrasi dan konsolidasi anak usaha melalui Holding BUMN Ultra Mikro.

Melalui aksi korporasi rights issue yang mencapai Rp 95,9 triliun, kini BRI terkonsolidasi dengan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) yang kuat di segmen ultra mikro dan mikro.

Selain itu, Erick menyebut bahwa kehadiran Holding BUMN Ultra Mikro yang dipimpin BRI dapat menjadi lokomotif pemulihan ekonomi. Dengan memantik permodalan di segmen ultra mikro, ia optimistis pemulihan ekonomi nasional dapat terakselerasi secara optimal.

Menurutnya, Holding BUMN Ultra Mikro memiliki model bisnis dan proses yang baik sehingga mudah untuk mendapatkan kepercayaan dari pasar.

“Itu sudah banyak dilakukan oleh BUMN, termasuk BRI, agar mempunyai bisnis model fokus yang jelas. Dengan demikian, BUMN dapat menjadi lokomotif besar dan bisa bersaing dalam keterbukaan pasar yang semakin terbuka karena digitalisasi,” ujarnya.

BRI, lanjut Erick, diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam penyaluran permodalan bagi segmen ultra mikro dan UMKM. Komposisi segmen UMKM dalam proporsi kredit BRI diproyeksikan bisa mencapai 85 persen pada 2025.

“Saya ingin memastikan bahwa melalui Holding BUMN Ultra Mikro, BRI dapat menjadi leader yang akan memastikan UMKM berkembang baik dan besar,” jelas Erick.

Rencana strategis BRI

Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparannya mengungkapkan bahwa pada 2016, pihaknya sudah merancang strategi untuk menjaga pertumbuhan perseroan melalui konsep besar BRIvolution 1.0. Program tersebut diuji coba pada 2017 dan telah dilaksanakan sampai 2020.

Selanjutnya, BRI melanjutkan konsep BRIvolution 1.0 menjadi BRIvolution 2.0 sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada awal 2020. Visi besar BRI pun turut diubah menjadi “The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia”.

Sunarso menyadari, tantangan tersebut mendorong BRI untuk semakin melibatkan seluruh komponen anak perusahaan. Selain itu, pihaknya juga akan berfokus untuk menjadi Champion of Financial Inclusion.

“Hal itu akan mengembalikan fokus BRI sebagai bank dengan jejaring terluas di Tanah Air pada khitahnya di segmen UMKM, termasuk usaha ultra mikro (UMi),” ujar Sunarso.

Sunarso menjelaskan bahwa target BRI sebagai Champion of Financial Inclusion dimaksudkan untuk menjaga pertumbuhan berkesinambungan BRI.

Pihaknya, akan mencari sumber pertumbuhan baru dengan prinsip go smaller. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada segmen usaha yang lebih kecil dari mikro, yakni ultra mikro dengan tenor pendek sesuai kebutuhan atau go shorter.

Sebagai informasi, BRI turut memperkuat digitalisasi layanan jasa keuangan dengan prinsip go faster, go cheaper atau berbiaya murah, serta efisien tercipta.

“Transformasi yang dilakukan BRI difokuskan pada dua area utama, yakni digital dan culture. Transformasi digital dilakukan dengan fokus untuk mendapatkan efisiensi melalui digitalisasi proses bisnis dan menciptakan value baru melalui new business model,” ujar Sunarso.

Sunarso menambahkan bahwa guna mewujudkan visi BRI pada 2025, pihaknya telah mengimplementasikan inisiatif strategis dalam BRIvolution 2.0. Selain itu, BRI juga menerapkan strategi 4 inisiatif Moonshot untuk menghadapi tantangan BRI ke depan.

“Kami juga memiliki sejumlah inisiatif lain yang menjadi bukti langkah konkret BRI dalam menghasilkan financial value, sustainability perusahaan, serta social value bagi masyarakat Indonesia,” katanya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com