Advertorial

Dukung Akselerasi Generasi Digital, BRI Tekankan Pentingnya Transformasi Berbasis Teknologi

Kompas.com - 20/12/2021, 17:44 WIB

KOMPAS.com – Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi ekonomi digital besar. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK) memproyeksikan, nilai ekonomi digital nasional dapat menembus 124 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 1,775 triliun pada 2025.

Hal itu terungkap dalam acara Indonesia Digital Tribe 2021 yang didukung penuh oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI), Rabu (15/12/2021). Dalam acara tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpesan agar seluruh pihak menyiapkan strategi untuk mengoptimalkan ekonomi digital di Indonesia.

“Potensi pasar (ekonomi digital) ini besar. Jangan sampai (potensinya justru) diambil oleh pihak lain,” lanjut Jokowi.

Menyikapi mandat tersebut, Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo menuturkan bahwa pihaknya telah melakukan transformasi digital demi menghadirkan layanan perbankan yang lebih cepat, aman, dan dapat menjawab kebutuhan pasar.

Transformasi digital BRI mengacu pada tiga kerangka utama. Pertama, digitizing core atau digitalisasi proses bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan berfokus pada efisiensi.

“Kehadiran aplikasi superapps BRImo, BRISpot, dan BRILink menjadi contoh digitalisasi proses bisnis BRI,” kata Indra dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (20/12/2021).

Kerangka kedua yang menjadi acuan transformasi digital BRI adalah digital ecosystems. Perusahaan menyiapkan berbagai platform digital untuk mendorong terbentuknya ekosistem value chain.

“(Platform digital itu) diharapkan dapat menumbuhkan jumlah current account saving account (CASA), fee based income (FBI), dan nasabah baru BRI, sebagaimana hadirnya BRIAPI,” terang Indra.

Dalam menjawab peluang pada era open banking, BRIAPI menjadi akselerator integrasi produk BRI kepada lebih dari 200 ekosistem digital yang berbasis aplikasi front-end di berbagai sektor, mulai dari ride hailing, marketplace, hingga financial technology (fintech).

Dengan BRIAPI, waktu integrasi dapat dipersingkat dari 2 minggu menjadi hanya kurang dari 1 jam. Tidak hanya itu, aplikasi tersebut juga menjadi open application programming interface (API) pertama di Asia Tenggara yang telah mendapatkan sertifikasi keamanan data nasabah atau Payment Application Data Security Standard (PA-DSS) dari Payment Card Industry (PCI) Security Standard Council di AS.

Sementara, kerangka ketiga adalah new digital propositions. Lewat kerangka ini, BRI melakukan inovasi financial technology dengan pendekatan fully digital dan new business model sehingga perusahaan dapat melayani nasabah dengan lebih cepat, baik, dan efisien.

“Seluruh transformasi digital yang dilakukan BRI juga demi memperluas jangkauan layanan perbankan ke berbagai wilayah secara go smaller, go shorter, and go faster. Tujuan ini sejalan dengan visi utama perseroan, yakni The Most Valuable Banking group in Southeast Asia and Champion of Financial Inclusion” jelas Indra.

Dalam menjalankan transformasi digital, BRI didukung BRIBRAIN, yakni platform berbasis artificial intelligence (AI) dan machine learning yang berfungsi sebagai katalisator dalam memberikan rekomendasi produk maupun mitigasi risiko.

Berkat dukungan dua teknologi itu, Indra meyakini, BRIBRAIN dapat meningkatkan customer engagement. Sebab, rekomendasi layanan keuangan yang diberikan BRI lewat platform tersebut dipersonalisasi sesuai karakter nasabah.

Perluas jaringan melalui hybrid bank

Transformasi digital yang dilakukan BRI juga dapat dilihat dari penerapan hybrid bank. Senior Vice President Head of IT Strategy and Governance Division BRI Shinta Indriyaty Thio menjelaskan, Indonesia memiliki karakteristik nasabah yang sangat beragam. Banyak di antaranya yang masih belum familier dengan digital banking atau belum memiliki literasi digital.

“Karena itu, hybrid bank perlu diterapkan. BRI mengerahkan agen BRILINK untuk mendampingi nasabah dalam mengakses layanan digital,” imbuhnya.

Hingga kini, ada 488.000 agen BRILink yang tersebar di 55.405 desa di Indonesia. Jumlah tersebut mencakup 15.440 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Selain itu, perpanjangan tangan BRI tersebut juga hadir pada 7.500 pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan layanan perbankan masyarakat. 

Melihat capaian itu, Shinta pun optimistis bisa mewujudkan visi utama perseroan menjadi The Most Valuable Bank in Southeast Asia and Home to The Best Talent.

“Visi utama itu dibarengi dengan upaya BRI dalam menjaring talenta-talenta digital terbaik,” ujarnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com