Advertorial

Serba-serbi Makanan Khas Sunda yang Cita Rasanya Tiada Dua

Kompas.com - 30/12/2021, 09:18 WIB

KOMPAS.com – Tanah Pasundan menyimpan banyak daya tarik yang membuat banyak orang selalu kangen untuk mengunjunginya. Selain pemandangan alamnya menakjubkan, cita rasa makanan khas Sundapun begitu memikat.

Beragam olahan makanan asal Jawa Barat (Jabar) juga sudah terkenal dan melanglang buana di seluruh penjuru negeri, bahkan sampai ke mancanegara. Keunikan rasanya membuat makanan khas Sunda susah dilupakan.

Hampir semua warung makan yang ditemui di daerah Pasundan juga memiliki cara pengolahan masakan Sunda yang khas. Meskipun bahan pembuat dan cara memasaknya sederhana, pengalaman makan yang dihadirkan selalu istimewa.

Lalu, apa saja rekomendasi makanan khas Sunda yang perlu dicoba? Berikut daftarnya.

  1. Nasi timbel

Nasi timbel merupakan salah satu main course yang tidak boleh dilewatkan oleh para pecinta kuliner. Makanan ini biasanya dapat dengan mudah dijumpai di warung makan.

Keunikan nasi timbel terletak pada cara penyajiannya yang dikemas menggunakan daun pisang sehingga mempunyai aroma sedap.

Seporsi nasi timbel biasanya disajikan dengan beragam lauk, seperti ayam goreng, ikan asin, pepes, empal, japuh, serta sambal dan lalapannya. Kuliner ini akan sangat pas bila dikonsumsi bersama minuman segar.

  1. Kupat tahu

Kupat atau ketupat sering kali disebut sebagai ikon makanan saat lebaran datang. Namun, Anda bisa memperoleh kupat kapan saja bila berkunjung ke Tanah Pasundan.

Adapun kupat terbuat dari beras yang direbus dalam untaian daun kelapa. Kuliner kupat tahu disajikan dengan potongan kupat serta ditambahkan tahu goreng, taoge, dan siraman bumbu kacang. 

Kuliner khas Tanah Pasundan tersebut cocok dimakan saat siang hari karena lezat dan mengenyangkan.

  1. Bakakak hayam

Hayam dalam bahasa Sunda berarti ayam. Bakakak hayam merupakan kuliner dengan bahan utama daging ayam utuh yang dibumbui dan dibakar hingga matang.

  1. Mie kocok

Mie kocok merupakan kuliner yang berbahan utama mie kuning yang dikocok, dicelupkan ke dalam air mendidih, dan diguyur kuah kaldu sapi.

Selain kuahnya yang menggoda, mie kocok juga kaya akan topping yang menyehatkan, seperti sayuran, taoge, dan seledri.

Tak hanya itu, mie kocok juga kerap disajikan dengan tambahan topping berupa bakso, kikil, serta daun bawang.

Bila ingin menikmati mie kocok orisinal, Anda bisa menemukannya dengan mudah saat mengunjungi Bandung.

Cita rasa pedas khas Sunda

Cita rasa pedas bukanlah hal yang baru dalam dunia kuliner khas Indonesia, termasuk Jabar. Selain makanan pedas viral, seperti seblak, hampir semua makanan khas Sunda juga memiliki cita rasa pedas yang menggigit lidah.

Misalnya, berbagai varian sambal ketika makan di warung-warung makan di Jabar, mulai dari sambal kacang, goang, kecombrang, hingga cibiuk.

Setiap masakan di Tanah Pasundan juga menggunakan rempah-rempah khusus sehingga menghasilkan cita rasa masakan yang ringan dan menyegarkan.

Meski menggunakan beragam rempah, bahan masakan khas Sunda mudah didapatkan di lingkungan sekitar. Misalnya, sayur-sayuran, ikan, dan berbagai olahan keong.

Tidak hanya itu, penyajian makanan khas Jabar juga terbilang unik dan sederhana, tidak perlu plating mewah bak resto bintang lima. Umumnya, makanan khas Sunda disajikan menggunakan daun pisang, seperti liwetan.

Budaya lalapan khas Sunda

Masyarakat Jabar juga sangat menyukai sayuran segar mentah yang biasa disebut sebagai lalapan. Sayuran ini menjadi teman makan sambal ataupun pelengkap nasi panas.

Untuk diketahui, lalapan merupakan budaya masyarakat Tanah Pasundan yang masih tidak diketahui jelas asal-usulnya. Walau demikian, lalapan menjadi tradisi yang tidak bisa ditinggalkan.

Melansir laman ketik.unpad.ac.id, dalam Prasasti Taji yang sudah ada sejak abad ke-10 Masehi di kawasan Ponorogo, Jawa Timur, ditemukan catatan mengenai sajian bernama “kuluban Sunda” atau lalapan.

Dalam catatan tersebut, lalapan yang dikonsumsi tidak hanya berbentuk dedaunan. Akan tetapi, berbagai macam umbi-umbian, bunga, biji, hingga buah yang belum matang juga bisa dikategorikan ke dalam lalapan.

Lain halnya dengan konsumsi daging sebagai menu sehari-hari. Melansir dari catatan Thomas Stamford Rafles, makan daging bukanlah hal umum bagi masyarakat Sunda. Pasalnya, iklim Tanah Pasundan yang dingin menyebabkan kegiatan beternak mudah gagal.

Sampai saat ini budaya lalapan masih sering ditemukan, terutama ketika memperingati hari besar tertentu. Budaya lalapan masih menjadi bagian dari makanan khas Sunda yang tidak bisa dilepaskan dari kebiasaan masyarakat setempat.

Adapun salah satu jenis sayuran yang akrab hadir dalam sajian lalapan adalah leunca. Untuk diketahui, leunca merupakan salah satu jenis sayuran yang sejenis dengan terung-terungan atau solanaceae.

Selain dijadikan santapan bersama sambal dan sayuran lain, leunca juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.

Dilansir dari akg.fkm.ui.ac.id, leunca merupakan sayuran yang kaya akan nutrisi dan vitamin, seperti vitamin A, vitamin C, vitamin B1, zat besi, fosfor, kalsium, dan seng.

Bahkan, kandungan zat besi dalam leunca juga dapat dikatakan sejajar dengan sayur bayam. Karena kandungan vitamin hingga zat besi tersebut, banyak orang mengonsumsi leunca sebagai antioksidan dan anti-inflamasi.

Selain itu, leunca juga disebut-sebut dapat menjadi obat antikanker dan demam.

Tidak lupa, dengan kandungan zat analgesik di dalam leunca yang dinilai mampu mengatasi sakit kepala. Bahkan, leunca juga memiliki manfaat menjaga kesehatan tulang, yakni sebagai pencegah osteoporosis dini.

Buah khas Sunda berbentuk bulat dan kecil tersebut juga diyakini dapat menjaga kondisi kulit. Pasalnya, leunca memiliki beragam kandungan vitamin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan penangkal radikal bebas sehingga mencegah kerusakan pada sel kulit.

Selain dikonsumsi langsung, leunca juga dapat diolah menjadi bubuk. Caranya, Anda dapat mengeringkan biji leunca hitam dan mengonsumsinya dengan mencampurkan pada susu.

Konsumsi bubuk leunca pada malam hari dapat membantu Anda meningkatkan kualitas tidur.

Selain membantu tidur menjadi lebih nyenyak, lalapan tersebut juga bisa menenangkan tubuh yang sedang kelelahan. Khasiat tumbuhan ini juga dikenal baik untuk penderita tuberculosis atau diabetes.

Dessert khas Sunda

Tidak hanya terkenal dengan makanan pokok dan lalapan, Tanah Pasundan juga kaya akan beragam camilan penutup atau dessert dengan beragam bentuk dan rasa.

Pertama, ongol-ongol. Camilan khas khas Cirebon dan Indramayu ini berbentuk kubus serta dilapisi kelapa parut pada permukaannya.

Kue ongol-ongol memiliki tekstur yang kenyal serta berwarna kecokelatan dengan rasa yang manis, tetapi sedikit gurih.

Untuk diketahui, ongol-ongol adalah warisan kuliner dari pasukan Mongol yang pernah menyerang Tanah Jawa.

Kedua, jojorong. Camilan ini berasal dari kata jorong yang berarti didorong. Jojorong merupakan kue basah yang dibungkus menggunakan daun pisang.

Kudapan tradisional dari daerah Banten tersebut terbuat dari tepung kanji, tepung beras, serta isian gula merah cair. Jajanan ini mirip klepon. Dari tampilannya, jojorong mirip penganan puding, tetapi memiliki tekstur yang lebih lembut dan lumer.

Ketiga, putri noong. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, putri noong berarti putri yang sedang mengintip. Istilah noong ini diambil dari isian pisang dibalut kulit berbahan tepung singkong yang tebal dan kenyal.

Makanan khas Sunda tersebut melekat dengan Kota Bandung karena unik. Rasanya gurih karena pada permukaannya ditaburkan kelapa parut. Rasa manis dari balutan adonan tepung dan asam dari pisang menambah cita rasa putri noong.

Keempat, kue kolontong yang berasal dari Tasikmalaya. Kue kolontong merupakan camilan manis dan renyah yang dipanggang dalam oven setelah melalui penjemuran.

Adapun penjemuran kue kolontong dilakukan untuk meningkatkan teksturnya sehingga lebih renyah saat disantap. Kolontong terbuat dari campuran ketan putih, gula merah, gula putih, dan diproses dalam oven sampai matang.

Itulah beragam kuliner khas Tanah Pasundan yang selalu membuat masyarakat ingin menyantapnya lagi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com