Advertorial

Polandia Bantu Pengembangan Akuaponik di Bali

Kompas.com - 30/12/2021, 20:20 WIB

KOMPAS.com – Pemerintah Polandia memberikan bantuan fasilitas akuaponik untuk pengembangan budi daya perikanan di Desa Selat, Kabupaten Ubud, Bali.

Peresmian fasilitas tersebut dilakukan langsung oleh Duta Besar Polandia Beata Stoczynska, Sabtu (11/12/2021).

Selain pembangunan fasilitas, pemerintah Polandia juga turut memberikan edukasi terkait budidaya akuaponik bagi petani setempat. Bantuan pengembangan akuaponik diberikan Polandia melalui program Polish Aid dengan total dana hibah mencapai 10.000 euro.

Melalui bantuan tersebut, Stoczynska berharap, teknologi akuaponik dapat dimanfaatkan secara luas di Bali.

Adapun pengimplementasian program bantuan dari pemerintah Polandia dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) Yayasan Kopernik dan Universitas Warmadewa .

Untuk diketahui, akuaponik merupakan teknologi yang tergolong baru dalam budi daya tanaman serta ikan dalam satu sistem. Teknologi ini memanfaatkan kotoran ikan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman.

Cara kerja teknologi tersebut sebagai berikut. Penampungan air yang telah disediakan akan digunakan sebagai tempat ikan hidup. Kemudian, air yang kotor akan dipompa sebagai sumber nutrisi tanaman. Proses ini juga sekaligus membersihkan air dari kotoran ikan.

Duta Besar Polandia meninjau panen pakcoy. DOK. Kopernik Duta Besar Polandia meninjau panen pakcoy.

Selanjutnya, air yang telah dibersihkan akan dialirkan kembali ke kolam penampungan ikan.

Direktur Solutions Lab Kopernik Nanda Riska mengatakan, pengintegrasian budi daya ikan dan bercocok tanam dapat menghasilkan banyak manfaat. Contohnya, tanaman akan tumbuh dengan cepat. Penggunaan pupuk buatan pun dapat berkurang dan bisa menghemat penggunaan air.

“Metode ini turut berkontribusi terhadap adaptasi perubahan iklim,” kata Nanda dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (30/12/2021).

Nanda menjelaskan, Bali sengaja dipilih sebagai tempat pembangunan fasilitas akuaponik karena masyarakat Pulau Dewata merasakan dampak pandemi Covid-19 cukup dalam. Ini lantaran masyarakat Bali mengandalkan pariwisata sebagai sumber penghasilan.

“Alhasil, saat pariwisata terpaksa ditutup, mereka mengalami penurunan pemasukan hampir 60 persen,” terangnya.

Salah satu peserta pelatihan mengecek kondisi ikan di kolam penampungan DOK. Kopernik Salah satu peserta pelatihan mengecek kondisi ikan di kolam penampungan

Masyarakat Bali pun harus menyesuaikan pengeluaran termasuk biaya makan dengan membatasi asupan protein dan intensitas makan serta porsi makanan.

“Keberadaan fasilitas akuaponik membuat komunitas lokal dapat menanam sayuran yang penting, seperti pakcoy bersamaan dengan ikan nila,” tuturnya.

Dalam pengimplementasian program dari Polandia tersebut, Kopernik melibatkan komunitas lokal yang 73 persen di antaranya merupakan kalangan perempuan.

Jumlah peserta semakin banyak saat fasilitas sudah dibangun dan berbagai pelatihan sudah dilakukan. Bahkan, terdapat peserta yang berasal dari luar Bali.

Hal tersebut, kata Nanda, menunjukkan bahwa pengembangan sumber alternatif pangan punya potensi besar di Indonesia.

“Pelatihan turut berimbas pada peningkatan penghasilan masyarakat,” kata Nanda.

Nantinya, penghasilan dari panen fasilitas akuaponik, papar Nanda, akan digunakan untuk mengganti biaya operasional, tenaga kerja, dan sewa lahan.

“Selanjutnya, keuntungan yang diperoleh akan didistribusikan kepada para peserta dalam enam bulan sekali saat Galungan. Pada acara ini, banyak masyarakat di Bali membutuhkan uang,” tuturnya.

Bantu cegah stunting

Selain pengembangan budi daya akuaponik, pemerintah Polandia juga membantu pemerintah Indonesia dalam mencegah stunting.

Pemerintah Polandia, kata Stoczynska, mendukung pemerintah Indonesia untuk memprioritaskan keamanan pangan dan mengurangi stunting. Pihaknya pun ingin ambil bagian untuk membantu Indonesia menyukseskan visi tersebut.

Peserta perempuan memanen sayuran pada siklus tanam pertama. DOK. Kopernik Peserta perempuan memanen sayuran pada siklus tanam pertama.

Masih melalui Polish Aid, Polandia mensponsori proyek pencegahan stunting di Desa Kuatae, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pencegahan stunting dilakukan melalui berbagai aktivitas, mulai dari edukasi terkait pentingnya nutrisi dan gizi yang baik hingga pembuatan taman komunitas. Adapun taman komunitas akan menyediakan sumber makanan yang sehat bagi ibu muda. Salah satunya adalah daun moringa (kelor).

“Kedua proyek tersebut merupakan bagian dari upaya #TeamEurope dari Uni Eropa dan para negara anggota untuk membantu Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,” ujar Stoczynska.

Tautan video: Kompas Dewata TV News coverage

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com