KOMPAS.com – Pertamina berhasil menuntaskan sembilan milestone atau tonggak pencapaian besar pada megaproyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim). Hal ini menjadi pencapaian besar bagi Pertamina di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai.
Adapun sembilan milestone tersebut dituntaskan secara bertahap pada 2021. Pertama, delivery tiga units of boiler dan pipa Lawe-Lawe pada Februari 2021. Kedua, delivery alkylation reactor pada Maret 2021.
Ketiga, operational acceptance relokasi flare pada April 2021. Keempat, delivery lima unit steam turbine generator pada Juni 2021.
Lima milestone berikutnya dituntaskan Pertamina pada paruh kedua 2021. Pertama, delivery C3 splitter dan mechanical completion Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) feed tank pada Juli 2021.
Kedua, delivery RFCC disengager atau stripper and regenerator serta pemasangan alkylation reactor pada Agustus 2021. Adapun alkylation reactor merupakan komponen penting dalam memproduksi alkylate untuk menghasilkan produk gasoline standar Euro 5.
Pada akhir 2021, Pertamina berhasil menuntaskan milestone kesembilan, yakni commissioning RFCC Feed Tank dan pemasangan RFCC First Regenerator.
Lebih dari itu, progres RDMP Balikpapan pun tercatat berhasil melampaui target yang diproyeksikan 45,54 persen menjadi 47 persen pada akhir 2021. Capaian ini meliputi empat komponen utama, yakni engineering, procurement, construction, dan commissioning.
Direktur Utama (Dirut) Nicke Widyawati mengatakan, pencapaian tersebut lebih tinggi dari target forecast Pertamina.
“Melihat progres pengembangan kilang on track, kami optimistis proyek RDMP Balikpapan dapat on stream sesuai target pada 2024,” kata Nicke dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (10/1/2022).
Bersamaan dengan pelaksanaan RDMP Balikpapan, Pertamina juga melakukan ekspansi pembangunan terminal crude oil di Lawe-Lawe, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim.
Proyek tersebut meliputi jalur pipa lepas pantai (offshore) dan darat (onshore) sepanjang 41 kilometer (km), serta dua tangki raksasa dengan total kapasitas 2 juta barrel yang akan menjadi komponen penunjang Terminal Lawe-Lawe.
Lebih lanjut Nicke menjelaskan, RDMP Balikpapan secara keseluruhan diproyeksikan dapat menekan defisit neraca atau current account deficit minyak dan gas (migas) hingga 2,65 miliar dollar Amerika Serikat (AS) per tahun setelah tuntas.
Adapun defisit neraca migas dapat ditekan melalui substitusi produk impor dengan berbagai produk bernilai jual tinggi, seperti gasoline dengan kualitas Euro 5 dan produk Petrokimia Propylene yang kebutuhannya masih sangat tinggi.
“Komitmen tinggi Pertamina untuk menekan defisit neraca migas tersebut ditunjukkan melalui progres proyek yang on track,” tambah Nicke.
Untuk diketahui, RDMP Balikpapan merupakan upaya Pertamina untuk meningkatkan kapasitas kilang dari 260.000 barrel menjadi 360.000 barrel.
Selain itu, proyek pembangunan infrastruktur terbesar Pertamina itu juga bertujuan untuk meningkatkan kompleksitas kilang dalam mengoptimalkan penggunaan bahan baku dan menghasilkan produk berkualitas tinggi.
Dengan begitu, perseroan dapat meningkatkan ketahanan energi nasional sebagaimana yang diamanatkan pemerintah dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
“Melalui RDMP Balikpapan, produk-produk non-bahan bakar minyak (BBM), seperti liquefied petroleum gas (LPG), akan naik pesat dari 48 kiloton per tahun menjadi 384 kiloton per tahun. Paralel, produk BBM, seperti gasoline, diesel, dan avtur juga naik drastis dengan total produksi menjadi 319.000 barrel per hari,” tutur Nicke.