Advertorial

Usaha BRI Lakukan Digitalisasi Secara Masif dengan Strategi Bank Hibrida Capai Hasil Positif

Kompas.com - 19/01/2022, 16:47 WIB

KOMPAS.com – Di era digital saat ini,PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus mengoptimalkan layanan perbankan dengan menerapkan strategi bank hibrida.

Metode hibrida pun terbukti efektif karena mayoritas pelaku usaha industri perbankan telah terbiasa dengan digitalisasi.

Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo menjelaskan, strategi bank hibrida cocok diterapkan karena BRI memiliki nasabah yang heterogen.

Meski smartphone bukan lagi menjadi barang baru, banyak orang ternyata masih belum memiliki literasi keuangan digital.

BRI, lanjut Indra, sengaja memilih strategi bank hibrida agar bisa menjangkau masyarakat Indonesia yang beragam karakteristiknya.

“Pandemi Covid-19 mempercepat proses digitalisasi BRI. Meski demikian, masih ada nasabah yang nyaman dengan layanan perbankan secara fisik,” ujar Indra dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (19/1/2022).

Indra menambahkan bahwa dalam pengaplikasian bank hibrida, BRI menerapkan prinsip “phygital” atau physical dan digital. Prinsip ini merupakan perpaduan keunggulan layanan perbankan fisik secara langsung dan kepraktisan layanan digital.

Melalui perpaduan tersebut, Indra optimistis bahwa engagement BRI dengan nasabah akan semakin kuat.

Meski demikian, Indra meyakini bahwa strategi bank hibrida yang diterapkan BRI tidak akan menggantikan trust yang telah terbentuk. Selain itu, digitalisasi juga tidak dapat menggeser brand ataupun service dari BRI.

Indra menambahkan, transformasi digital melalui strategi bank hibrida dilakukan berdasarkan tiga landasan utama.

Pertama, digitalisasi proses bisnis untuk meningkatkan produktivitas dan berfokus pada efisiensi. Hal ini diimplementasikan melalui aplikasi layanan perbankan BRImo, BRISpot, dan BRILink.

Kedua, BRI menyiapkan platform digital untuk masuk ke dalam ekosistem bisnis. Hal ini menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perseroan karena mendorong peningkatan penghimpunan dana murah atau current account saving account (CASA), pendapatan berbasis biaya dan komisi atau fee based income (FBI), serta nasabah baru.

Ketiga, BRI berinovasi dalam financial technology (fintech) dengan pendekatan fully digital and new business model. Hal ini bertujuan untuk memberikan layanan kepada nasabah secara lebih cepat dan efisien.

"Landasan tersebut (diterapkan) seiring dengan misi kami untuk memberikan layanan perbankan hingga ke seluruh penjuru negeri. Strategi BRI adalah go smaller, go shorter, and go faster untuk menjadi grup perbankan paling bernilai di Asia Tenggara serta juara dalam layanan keuangan inklusif,” tuturnya.

Langkah strategis tersebut menuai hasil positif. Untuk diketahui, tingkat inklusi layanan perbankan digital BRI tumbuh lebih dari 100 persen sepanjang 2021.

Pertumbuhan volume penggunaan mobile apps atau superapp BRI juga naik lebih kurang 600 persen pada 2021. Indra pun optimistis keberhasilan tersebut akan berlanjut pada 2022.

BRIvolution 2.0 sebagai blueprinttransformasi digital

Indra melanjutkan, keberhasilan transformasi digital melalui strategi bank hibrida tidak lepas dari rencana matang BRI. Untuk diketahui, BRI telah menjalankan strategi transformasi itu jauh sebelum era disrupsi akibat pandemi Covid-19.

Pada 2016, Direktur Utama BRI Sunarso menginisiasi transformasi digital di dua area, yakni digital dan culture.

Saat itu, Sunarso mendapat amanat untuk mengambil langkah strategis tersebut. BRI pun mulai menyusun blueprint transformasi dengan visi besar BRIvolution 1.0.

Sebelum memasuki masa pandemi Covid-19, lanjut Indra, gagasan BRIvolution telah mendorong digitalisasi pada proses kredit, terutama di segmen mikro.

Layanan loan approval system (LAS) digantikan dengan BRISpot sehingga mengurangi kontak langsung antara insan BRILian atau karyawan BRI dan nasabah. Penerapan BRIvolution juga berhasil menekan penggunaan dokumen kertas.

Kemudian, pandemi Covid-19 mendorong BRI untuk mengembangkan visi digitalisasi terbaru, yakni BRIvolution 2.0.

Indra menjelaskan, pandemi membuat seluruh pertumbuhan kredit di industri perbankan menurun.

Namun, kredit di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) BRI justru tumbuh 12,5 persen. Hal ini merupakan hasil transformasi BRI beserta kegigihan insan BRILian.

Hasil transformasi BRI lainnya adalah pertumbuhan aset secara konsolidasian yang naik hingga 11,87 persen secara tahunan atau yearonyear (yoy) menjadi Rp 1,619 triliun pada kuartal III 2021.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com