Advertorial

Jadi Sumber PAD dan Devisa, Ini Peran Penting KEK Galang Batang untuk Indonesia

Kompas.com - 25/01/2022, 12:55 WIB

KOMPAS.com - Galang Batang yang terletak di Kecamatan Gunung Kijang, Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) adalah satu dari total 18 kawasan ekonomi khusus (KEK) di Indonesia.

Adapun Galang Batang resmi ditetapkan sebagai KEK oleh mantan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution pada 8 Desember 2018 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2017.

Kawasan tersebut dapat terpilih menjadi KEK berkat usulan PT GBKEK Industri Park.

Saat ini, KEK Galang Batang tengah dikembangkan sebagai sentra industri pengolahan mineral hasil tambang, seperti bauksit dan produk turunannya, baik dari refinery maupun proses smelter.

Pengolahan tersebut dilakukan oleh PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) sebagai Badan Usaha Pembangun dan Pengelola KEK. PT BAI merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang berasal dari Kota Nanshang, China.

Sebagai informasi, bauksit merupakan bahan baku untuk industri aluminium. Bauksit diolah melalui empat tahapan guna menghasilkan alumina.

Alumina yang diproduksi PT BAI merupakan smelter grade alumina (SGA). Alumina jenis ini adalah bahan baku aluminium ingot yang diperlukan oleh industri-industri besar, seperti pesawat terbang, kereta api, dan mobil.

SGA juga kerap digunakan sebagai bahan baku dari wadah minuman kaleng dan aluminium foil.

Aluminium yang dihasilkan PT BAI tidak hanya dipasarkan di dalam negeri. Pada Juli 2021, PT BAI berhasil melakukan ekspor perdana sebanyak 70.000 ton SGA ke Malaysia. Pelepasan ekspor SGA dilakukan oleh Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Hingga Januari 2022, PT BAI telah mengekspor SGA dengan total 550.000 ton ke Malaysia atau senilai 212 juta dollar Amerika Serikat (AS).

Berkat itu, KEK Galang Batang menjadi salah satu kebanggaan Provinsi Kepri dan Indonesia. Pasalnya, kawasan ini menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) dan devisa.

Keberhasilan tersebut tak lepas dari keseriusan dan dukungan penuh Gubernur Kepri H Ansar Ahmad kepada PT BAI dalam mengembangkan KEK Galang Batang.

Senior Advisor PT BAI sekaligus Purna Bakti Staf Ahli Menko Perekonomian Bidang Hubungan Ekonomi dan Kemaritiman Robert Sianipar mengatakan, kesuksesan Galang Batang untuk menjadi KEK unggulan di Indonesia membutuhkan perencanaan hingga produksi yang panjang.

Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan penjajakan wilayah Galang Batang sebagai wilayah investasi sejak 2013.

Staf Ahli Menko Perekonomian Bidang Hubungan Ekonomi dan Kemaritiman Robert Sianipar bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan. Dok. Pemprov Kepri Staf Ahli Menko Perekonomian Bidang Hubungan Ekonomi dan Kemaritiman Robert Sianipar bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan.

Pemerintah juga sangat berhati-hati dalam memberikan izin kepada investor. Pasalnya, posisi Galang Batang berdekatan dengan kawasan pariwisata Bintan Resort di Lagoi.

"Industri pengolahan aluminium jika berdekatan dengan kawasan pariwisata akan saling berpengaruh. Emisi (dari industri) dikhawatirkan dapat mengganggu dunia pariwisata. Ini yang jadi pertimbangan. Namun, akhirnya terbukti jika produksi SGA dengan teknologi terkini tidak mengeluarkan emisi," ujar Robert dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (25/1/2022).

Dari situ, tambah Robert, KEK Galang Batang mendapat lampu hijau dari pemerintah pusat untuk segera beroperasi.

Adapun Galang Batang dilirik oleh PMA berkat berbagai keunggulan dan potensi yang dimiliki daerah Kepri.

"Pertama, Kepri masuk dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I. Berkat itu, Kepri berada di wilayah perairan internasional. Kedua, leadership di Kepri cukup akrab dan ramah kepada investor sehingga ada multiplier effect yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian secara keseluruhan," kata Robert.

Proyek ke depan

Sejauh ini, PT BAI telah mengekspor SGA yang diproduksi melalui aluminium refinery. Ke depan, PT BAI berencana membangun aluminium smelter untuk memproduksi aluminium ingot.

Robert mengatakan, lewat aluminium smelter tersebut, PT BAI menargetkan dapat memproduksi 2 juta ton SGA. Jumlah SGA sebanyak itu dapat menghasilkan 1 juta ton aluminium ingot.

Target tersebut direncanakan bisa tercapai pada 2027 dengan rincian produksi 250.000 ton aluminium ingot pada 2025, 250.000 ton pada 2026, dan 500.000 ton pada 2027.

Adapun untuk mengakomodasi kiriman bahan baku bauksit dari Pulau Kalimantan, batu bara untuk keperluan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dari Tanjung Enim, Sumatera Selatan, dan keperluan ekspor produk, dibutuhkan pelabuhan yang memadai.

“KEK Galang Batang sudah memiliki pelabuhan dengan kapasitas bongkar muat 20 juta ton per tahun. Dapat dikatakan pelabuhan Galang Batang ini yang paling modern di Kepri. Dengan fasilitas conveyor, efisiensi transportasi dapat ditingkatkan," jelas Robert.

Sementara, untuk keperluan energi penunjang produksi, tambah Robert, saat ini PT BAI sudah membangun PLTU dengan kapasitas 6x25 megawatt (MW).

Staf Ahli Menko Perekonomian Bidang Hubungan Ekonomi dan Kemaritiman Robert Sianipar bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan. Dok. Pemprov Kepri Staf Ahli Menko Perekonomian Bidang Hubungan Ekonomi dan Kemaritiman Robert Sianipar bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan.

Tak hanya itu, PT BAI juga akan membangun PLTU dengan total kapasitas 2.850 MW untuk memenuhi target 1 juta ton aluminium ingot pada 2027.

Saat ini, KEK Galang Batang memiliki lahan seluas 2.333 hektare (ha) sesuai yang tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2017.

Lebih dari 60 persen luas lahan sudah dikuasai dan sekitar 1.800 ha lahan sudah dipergunakan.

Manajemen KEK Galang Batang pun telah merencanakan perluasan hingga lebih dari 2.000 ha lagi lantaran minat investor lain untuk menanamkan modal cukup tinggi.

Selain itu, perluasan lahan di KEK Galang Batang juga akan meningkatkan multiplier effect terhadap perusahaan, pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan tenaga kerja lokal.

Untuk diketahui, dalam pembangunannya, KEK Galang Batang bekerja sama dengan 27 kontraktor dan UMKM.

Total tenaga kerja yang diserap di KEK Galang Batang sebanyak 3.500 orang yang terdiri dari 900 tenaga kerja asing (TKA) asal China dan 2.600 tenaga kerja lokal.

Ke depan, KEK Galang Batang diproyeksikan akan menyerap sekitar 21.000 orang tenaga kerja.

"Di awal pembangunan, kami sudah mempersiapkan tenaga kerja sebanyak 80 orang lulusan sarjana dari seluruh Indonesia untuk dikirim ke China, Mereka akan belajar tentang pengoperasian peralatan di refinery ataupun smelter selama 1,5 tahun. Sekarang, mereka sudah kembali dan semua tenaganya terserap di sini,” kata Robert.

Robert menambahkan, pihaknya juga membutuhkan tenaga vokasi terampil. Oleh karena itu, PT BAI juga bekerja sama dengan Politeknik Batam untuk menghasilkan tenaga kerja.

Sebagai informasi, total investasi awal yang disampaikan PMA Nanshan mencapai 5,5 miliar dollar AS atau setara Rp 70 hingga 75 triliun.

Untuk tahap pertama sampai 2027, dana yang dikucurkan diproyeksikan sebesar Rp 36,2 triliun. Hingga Januari 2022, dana tersebut sudah terealisasi sebesar Rp 18 triliun.

Rincian tahapan pembangunan investasi tersebut sampai saat ini adalah keberadaan alumina refinery, PLTU dengan kapasitas 6x25 MW, gas station sebagai hilirisasi batu bara untuk me-roasting alumina, dan asrama untuk akomodasi pekerja.

Untuk tahap kedua, proyek tersebut direncanakan selesai pada akhir 2024. Pada tahap tersebut akan dibangun tambahan refinery alumina dengan kapasitas 1 juta ton, aluminium smelter tahap 1 dengan kapasitas 250.000 ton, dan PLTU dengan kapasitas 6x150 MW.

Pada tahap selanjutnya sampai 2027, akan ada peningkatan kapasitas smelter dari 250.000 menjadi satu juta ton per tahun, tambahan PLTU berkapasitas 4x150 MW untuk tambahan produksi 250.000 ton ingot, dan PLTU dengan kapasitas 8x150 MW untuk suplai listrik produksi 500.000 ton ingot.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com