KOMPAS.com – Performa PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (Pertamina Rosneft) dalam mengawal proyek strategis nasional (PSN) kilang grass root refinery (GRR) Tuban, Jawa Timur (Jatim), menunjukkan perkembangan positif.
Hal itu dibuktikan melalui sejumlah capaian, yakni akselerasi proyek dan optimalisasi serapan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Kilang GRR Tuban sendiri diproyeksikan menjadi salah satu kilang terbesar di Indonesia sekaligus penghasil bahan bakar minyak (BBM) berkualitas, seperti gasoline, gasoil, dan avtur, hingga 229.000 ribu barrel per hari.
Guna menunjang proyek strategis tersebut, Pertamina Rosneft melibatkan pekerja lokal dengan angka serapan mencapai 1.220 pekerja di area Tuban.
Direktur Utama Pertamina Rosneft Kadek Ambara Jaya mengatakan, perseroan berkomitmen menciptakan multiplier effect bagi masyarakat Tuban. Komitmen ini telah dilakukan sejak tahap pembersihan lahan (land clearing).
“Secara keseluruhan terdapat 1.220 pekerja lokal yang diberdayakan sejak tahapan land clearing I hingga IV. Tenaga lokal ini berasal dari desa-desa ring 1 di area GRR Tuban, termasuk Wadung, Rawasan, Mentoso, Sumurgeneng, dan Kaliuntu,” ujar Kadek dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (29/1/2022).
Pihaknya pun memastikan bahwa proyek GRR Tuban selaras dengan program corporate social responsibility (CSR). Sejak 2019 hingga 2011, lanjut Kadek, kontribusi CSR perseroan terhadap bidang lingkungan mencapai Rp 23 miliar.
Adapun salah satu program CSR perseroan adalah pemberian beasiswa D3 Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas Cepu bagi siswa berprestasi di Tuban.
“Tahun ini, penerima beasiswa telah memasuki tahap akhir studi. Ini artinya, program kami memenuhi nilai keberlanjutan (sustainability) dan menyasar seluruh lapisan masyarakat,” jelas Kadek.
Kadek menambahkan, perseroan menargetkan serapan TKDN sebesar 27,85 persen. Komponen tersebut terdiri dari penyerapan tenaga kerja lokal saat proyek berlangsung, setelah proyek berlangsung, serta barang dan jasa dalam negeri yang berkualitas.
Selain itu, GRR Tuban juga menggunakan bahan baku lokal dalam proses konstruksi.
“Untuk menjamin kualitas TKDN, kami menggandeng PT Surveyor Indonesia (Persero) dalam melaksanakan vendor assessment proyek. Tujuannya untuk memastikan vendor memenuhi nilai TKDN dalam pengadaan barang yang akan diserap dalam konstruksi GRR Tuban,” imbuhnya Kadek.
Kawal proyek strategis nasional
Pertamina Rosneft juga berkomitmen mengelola proyek kilang GRR Tuban agar tetap sesuai jadwal yang ditentukan atau on the track.
Hingga akhir Desember 2021, imbuh Kadek, progres proyek kilang GRR Tuban sudah mencapai 62,77 persen, khususnya dalam tahapan penyusunan desain atau front-end engineering design (FEED).
“Angka tersebut cukup jauh melampaui target awal, yaitu sebesar 56,45 persen. Penyusunan desain teknis merupakan fase krusial dalam pembangunan kilang. Pasalnya, dari FEED tersebut, akan didapatkan desain dan spesifikasi kilang secara lengkap sebagai dasar untuk melanjutkan proyek,” jelasnya.
Lebih lanjut, kata dia, proyek kilang GRR Tuban adalah program pembangunan kilang minyak baru yang terintegrasi dengan kilang petrokimia. Pembangunan kilang ini bertujuan untuk mewujudkan ketahanan energi negeri.
Selain produk BBM, kilang GRR Tuban dapat menghasilkan produk petrokimia sebesar 2.820 kiloton per tahun, serta paraxylene sebesar 1.300 kiloton per tahun.
Kilang dengan kapasitas pengolahan 300.000 barrel per hari itu akan menjadi salah satu kilang terbesar yang dimiliki Pertamina.
“Mohon dukungan para pihak dan masyarakat untuk menjaga kondusivitas proyek agar on track, on budget, on specification, on return, dan on regulation,” kata Kadek.