Advertorial

E-Bike, Solusi Bebas Macet Sambil Berolahraga

Kompas.com - 15/02/2022, 17:51 WIB

KOMPAS.com - Pius Klobor, salah seorang warga Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel) yang berprofesi sebagai quality control supervisor di salah satu supermarket modern di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, saban hari melaju dari rumahnya ke tempat kerja menggunakan sepeda elektrik.

Sudah hampir tiga bulan, ia beralih dari transportasi massal ke sepeda elektrik untuk menunjang aktivitas pekerjaan sehari-hari.

Pius menceritakan, ia semula menggunakan kereta Moda Raya Terpadu (MRT) sebagai sarana transportasi. Dari rumah menuju ke stasiun MRT yang berada di kawasan Lebak Bulus, ia menggunakan sepeda motor yang kemudian diparkir di tempat tersebut.

“Namun, saat kasus Covid-19 mulai meninggi, saya jadi takut naik MRT karena banyak orang berkumpul di satu titik. Waktu itu hobi bersepeda sedang ngetren, tapi saya bisa telat kalau pakai sepeda ontel. Bila ingin cepat sampai, gowesnya harus kencang. Sampai tempat kerja sudah lelah duluan,” ujar Pius dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (9/2/2022).

Bertugas sebagai pengontrol seluruh produk di salah satu supermarket menengah atas, Pius memang dituntut harus selalu tepat waktu dengan jam kerja. Oleh karena itu, ia harus beli satu transporter yang mampu mendukung pekerjaannya.

“Sepeda elektrik ini cocok untuk menyesuaikan kondisi pandemi yang menuntut aktivitas tetap sehat meski di luar rumah,” jelas Pius.

Pius merupakan salah satu contoh kecil bahwa sepeda elektrik dapat menjadi solusi bagi para komuter atau masyarakat yang memerlukan transportasi mandiri dan praktis.

Untuk diketahui, sepeda elektrik atau e-bike, sebagaimana pemaparan Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) Indonesia dalam sejumlah diskusi virtual tentang mobilitas, menjadi salah satu jalan keluar bagi warga kota yang ingin mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

ITDP menyebutkan bahwa e-bike adalah kendaraan pintar. Pasalnya, sepeda tersebut memiliki kontrol elektronik dan mesin motor yang ramah lingkungan. Bahkan, beberapa di antaranya dilengkapi dengan komputer yang terintegrasi dengan aplikasi gawai.

Direktur Asia Tenggara ITDP Faela Sufa menjelaskan, berbeda dengan jenis sepeda konvensional, e-bike dilengkapi dengan motor yang akan membantu pengendara saat mengayuh melintasi trek tertentu.

E-bike bakal menjadi tunggangan futuristik dalam menghadapi lalu lintas harian di kota-kota padat di Indonesia, seperti Jakarta Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), Bandung, dan Surabaya,” ujar Faela.

Masyarakat, lanjut Faela, pun tak perlu khawatir akan keterbatasan kemampuan fisik saat menggunakan sepeda elektrik. Pasalnya, sepeda listrik dibekali dengan teknologi kayuh manual (pedal assist) yang memudahkan pengendara saat mengayuh.

“Ini memungkinkan aktivitas fisik masih ada. (Meski begitu), orang (juga) tidak perlu mengayuh sekuat tenaga. Fitur pedal assist meringankan kayuhan saat gowes menggunakan sepeda elektrik,” ucap Faela.

Kombinasi antara electric bike dengan pedal assist tersebut memungkinkan kontrol kecepatan menjadi lebih stabil. Dengan begitu, saat melewati jalur menanjak dan turunan, pesepeda bisa mengandalkan fitur elektriknya.

Oleh karena itu, Faela menyarankan masyarakat untuk menggunakan sepeda elektrik yang dilengkapi dengan fitur pedal assist.

“Sepeda elektrik juga berdampak baik dalam meningkatkan inklusivitas bagi orang yang jangkauan bersepedanya lebih pendek,” tuturnya.

Faela menambahkan, e-bike bisa pula digunakan sebagai moda transportasi utama untuk bermobilitas. Sebab, kendaraan ini memiliki jangkauan yang lebih luas karena tidak tergantung pada kemampuan fisik pesepada.

Hal itu berbeda dengan sepeda konvensional yang bersifat jarak dekat. Sepeda konvensional hanya dipakai sebagai kendaraan first atau last mile.

“Fasilitas transportasi massal seperti MRT, lintas rel terpadu (LRT), dan bus rapid transit (BRT)tetap menjadi pilihan kendaraan jarak jauh menuju tempat akhir,” tutur Faela.

Pencetus pedal assist

Berbicara mengenai e-bike tak dapat dilepaskan dengan salah satu pabrikan yang kerap menghadirkan berbagai produk khusus terkait situasi new normal, yakni PT Insera Sena.

Melalui brand andalannya Polygon, perusahaan sepeda buatan anak negeri yang berbasis di Sidoarjo, Jawa Timur, tersebut serius merancang dan mengembangkan sepeda elektrik sebagai produk adaptasi kebiasaan baru yang mengikuti tren dan sesuai dengan kebutuhan zaman.

Brand Marketing Polygon Bikes Indonesia Veronica Vivin mengatakan, penggunaan e-bike menjadi langkah baik bagi masyarakat dalam memperbaiki kondisi lingkungan dan pengurangan polusi udara.

Oleh karena itu, keberadaan sepeda tersebut perlu ditingkatkan demi peralihan moda transportasi berkelanjutan dan gaya hidup masyarakat yang lebih sehat.

E-Bike Polygon melewati kemacetan Dok. Polygon E-Bike Polygon melewati kemacetan

“Polygon Bikes mendukung Indonesia untuk turut berinvestasi pada roda perubahan ini. Harapannya, e-bike dapat menjadi pencetus untuk menuju smart and clean Indonesia. Tentu juga sebagai solusi transportasi bagi semua kalangan,” tutur Vivin.

Vivin menambahkan, seluruh produk sepeda elektrik keluaran Polygon sudah mengaplikasikan sistem pedal assist. Teknologi ini berfungsi untuk membantu kayuhan pesepeda.

“Boleh jadi, Polygon merupakan pencetus pedelec atau pedal electric. Sebagai pabrik sepeda, kami berpegang teguh bahwa esensi sepeda adalah kayuhan, bukan gas,” tuturnya.

Adapun sistem kerja sepeda listrik Polygon memultiplikasi tenaga hanya saat melakukan pedaling sehingga sensasi bersepeda tidak hilang. Pengguna pun tetap dapat berolahraga memakai e-bike Polygon.

“Tentunya, sangat eco-friendly karena tidak menggunakan bahan bakar dan tidak menghasilkan karbon dioksida (CO2) seperti kendaraan bermotor,” ucap Vivin.

Sebagai informasi, Polygon telah merilis beberapa pilihan pada lini produk sepeda elektrik, mulai dari sepeda gunung hingga urban.

Produk sepeda listrik Polygon. Dok. Polygon Produk sepeda listrik Polygon.

Untuk kategori urban, Polygon memiliki produk e-bike, seperti Gili Velo dan Gili Fitte, dengan penampilan kekinian. Hal tersebut dapat dilihat dari desain warna-warni yang membuat sepeda tersebut terlihat colorful.

Desain tersebut hadir untuk mengakomodasi kebutuhan bersepeda kaum urban yang tetap ingin terlihat keren saat melintasi jalur perkotaan.

Kemudian, ada juga seri urban e-bike Path E5 dan Kalosi Lanes EVO untuk bersepeda di area perkotaan dengan jalan paving block, seri hybrid Kalosi Miles untuk melewati jalanan semi off-road, dan Mt Bromo N yang merupakan sepeda listrik gunung.

“Banyak hal yang dapat kita eksplorasi, baik di dalam kota, luar kota, maupun diri kita sendiri. Melalui e-bike, diharapkan semua orang bisa merasakan hal itu,” ujar Vivin.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com