Advertorial

Cerita Dyota Marsudi, Pria Muda yang Sukses dari Dunia Investasi ke Perbankan

Kompas.com - 16/02/2022, 10:55 WIB

KOMPAS.com - Nama Dyota Mahottama Marsudi menjadi sorotan publik ketika PT Bank Aladin Syariah Tbk dengan kode emiten BANK mengumumkan jajaran direksi baru pada April 2021 silam.

Saat itu, Dyota didapuk untuk menempati posisi tertinggi dalam manajemen perusahaan bank syariah digital pertama di Indonesia. Dyota telah dinyatakan resmi menjabat sebagai Presiden Direktur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Kamis (11/11/202

Pria kelahiran 8 Februari 1989 tersebut menjalani kariernya di luar negeri. Ia memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Indonesia (UI).

Ia kemudian melanjutkan studinya di Institut Européen d'Administration des Affaires (INSEAD) Perancis dan memperoleh gelar Master of Business Administration (MBA) dengan fokus di private equity, keuangan, dan kewirausahaan.

Sebagian besar karier Dyota dijalani di dunia konsultasi dan investasi. Kariernya bermula pada 2011 sebagai konsultan di Boston Consulting Group (BCG) yang berpusat di Massachusetts, Amerika Serikat. Ia menjadi satu-satunya lulusan kampus Indonesia dan belum memiliki pengalaman kerja yang diterima di BCG.

“Saat itu, saya masih berusia 21 tahun, sedangkan counterpart saya rata-rata berusia 40 tahun dan sudah berpengalaman. Untuk mengimbanginya, saya dituntut untuk cepat memahami industri pada setiap project agar bisa membantu para klien dalam menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi,” ujar Dyota seperti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (16/2/2022).

Perjalanan di dunia konsultasi membawa Dyota pada beberapa pengalaman besar. Salah satu yang paling berkesan adalah keberhasilannya membantu salah satu bank terbesar di Indonesia dalam meningkatkan current account and saving account (CASA) untuk industri rokok, garmen, dan food and beverage

Dari dunia konsultasi, ia juga mencoba pengalaman lain dengan mendirikan perusahaan rintisan (startup) bernama Happy5.co pada 2016. Perusahaan ini bergerak di bidang software-as-a-service (SaaS) dan fokus pada sistem human capital management.

Ia tercatat sebagai Chief Operating Officer (COO) dan berhasil membangun perusahaan tersebut mulai dari nol hingga menghasilkan omzet mencapai Rp 10,9 miliar dalam waktu 3 tahun. 

Berbagai pengalaman yang dimiliki Dyota di usia yang masih muda kemudian membawanya ke dunia investasi. Pada 2018, ia juga sukses menjabat sebagai Senior Executive Director of Investments di Vertex Ventures yang memegang tanggung jawab di Asia Tenggara, mulai dari Indonesia, Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia, hingga Filipina.

Pendidikan di keluarga dan visi pribadi

Pencapaian tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran orangtuanya. Dyota pun bersyukur karena orangtuanya memberikan pendidikan dan kebebasan dalam menentukan pilihan hidup. 

Tak heran bahwa anggota keluarga Dyota memiliki berbagai macam profesi. Ibunya, Retno Marsudi, adalah seorang diplomat yang mencapai puncak karier sebagai perempuan pertama di Indonesia yang menjadi Menteri Luar Negeri .

Sementara, ayahnya, Agus Marsudi, adalah seorang arsitek yang memiliki perusahaan konsultan sendiri. Adapun adiknya, Bagas Marsudi, kini menjalani karier sebagai dokter.

“Orangtua selalu memberi kebebasan, tapi harus dengan tanggung jawab penuh. Sejak berkarier di dunia consulting, saya terus berupaya untuk mendirikan bisnis sendiri, seperti menjadi investor, sampai sekarang bekerja di dunia perbankan. Semua itu atas kemauan diri saya dan tentunya dengan masukan serta doa dari orangtua,” ujarnya.

Setelah sekitar 10 tahun menjalani karier di berbagai bidang, Dyota kemudian terjun ke sektor riil dan bergabung dengan PT Bank Aladin Syariah Tbk.

Ia bercerita, tawaran untuk bergabung dengan Bank Aladin adalah sebuah kesempatan yang tidak mungkin dilewatkan. Ini mengingat potensi industri keuangan syariah di Indonesia sangat besar.

Meski memiliki potensi besar, menurut Dyota, industri keuangan syariah Indonesia masih under-serve. Berdasarkan riset yang dilakukan bersama McKinsey, sharia-compliance menjadi faktor utama bagi masyarakat Indonesia dalam memilih layanan keuangan. 

Meski demikian, hingga saat ini, masih belum ada layanan keuangan syariah yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal.

Dyota pun melihat hal tersebut sebagai suatu peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia sehingga dapat membuahkan manfaat besar.

“Saya yakin bahwa kita diberikan kapasitas oleh Tuhan untuk bisa berbagi ke sesama manusia. Jika saya diberi kesempatan untuk memberi value untuk banyak orang seperti mengembangkan industri perbankan syariah di Bank Aladin, tentunya saya harus mengambil kesempatan itu,” tambahnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com