Advertorial

Pertamina Kembangkan Green Hydrogen untuk Mewujudkan Klaster Industri Hijau

Kompas.com - 25/02/2022, 18:11 WIB

KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) berkomitmen dan berkontribusi mendukung program pemerintah untuk mempercepat transisi energi, serta mendukung target nasional untuk menurunkan emisi sebesar 29 persen pada 2030.

Selain itu, perseroan juga berkomitmen menjalankan prinsip environmental, social, and governance (ESG) di seluruh lini bisnisnya. Salah satunya, melalui pengembangan green hydrogen dan green ammonia atau green energy carrier untuk mendukung klaster industri hijau.

Pertamina pun bersinergi dengan PT PLN (Persero) dan PT Pupuk Indonesia (Persero) untuk mewujudkan klaster industri hijau yang ramah lingkungan.

Sinergi tersebut ditandai dengan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) yang dilakukan ketiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut pada Rabu (23/2/2022).

VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman mengatakan, upaya tersebut sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Italia pada akhir 2021.

Pada KTT tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa pelaku bisnis harus menjadi katalisator pemulihan hijau serta menerapkan prinsip energy security, energy accessibility, dan energy affordability.

“Pertamina mengidentifikasi ada enam global trends yang akan berpengaruh pada bisnis energi, yaitu decarbonization, electrification, decentralization, digitalization, integration, dan customerization,” ujar Fajriyah dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Jumat (25/2/2022).

Untuk mengantisipasi hal tersebut, lanjutnya, terdapat empat inisiatif yang sedang dikembangkan oleh Pertamina Group. Utamanya, terkait tren decarbonization, electrification, decentralization, dan digitalization.

Pertama, pengembangan electric vehicle (EV) ecosystem. Hal ini diwujudkan perseroan melalui kerja sama penyediaan infrastruktur baterai kendaraan listrik dengan Gojek. Lewat kerja sama ini, Pertamina menghadirkan beberapa titik Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) yang telah diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Selasa (22/2/2022).

Kedua, pengembangan pilot project green hydrogen yang dijalankan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Wilayah Kerja Ulubelu, Lampung.

Ketiga, pengembangan blue hydrogen dari proses elektrolisis dengan sumber energi listrik hijau yang bersertifikat di Kilang Plaju dan Cilacap milik PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).

Keempat, Pertamina juga tengah melakukan kajian terkait low carbon hydrogen dan turunannya sebagai bahan bakar alternatif di industri maritim dengan pendanaan dari Asian Development Bank (ADB).

“Pengembangan energi hijau sejalan dengan komitmen Pertamina dalam mengimplementasikan ESG secara terintegrasi di seluruh lini bisnis perusahaan. (Upaya ini dilakukan) untuk mendorong keberlanjutan bisnis (perseroan) di masa depan,” imbuh Fajriyah.

Fajriyah menambahkan, komitmen penuh Pertamina dalam penerapan aspek ESG telah mendorong peningkatan rating ESG Pertamina secara global.

Terbaru, Pertamina mendapatkan skor ESG Risk Rating sebesar 28,1 dan dinilai berada pada risiko “Medium” dari lembaga riset ESG internasional, Sustainalytics. Sebelumnya, perseroan berada pada risiko “Severe Risk” dengan indeks penilaian 41,6.

Dengan capaian tersebut, Pertamina menempati posisi 15 dari 252 perusahaan di industri oil and gas dan posisi 8 di sub-industri integrated oil and gas.

Pertamina berada di klaster yang sama dengan perusahaan global, seperti Repsol, ENI, PTT Thailand, dan TotalEnergies. Posisi ini pun tercatat lebih baik dari BP, Exxon, dan Chevron

Sejalan dengan penerapan ESG, Pertamina melalui subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) telah mengembangkan pembangkit low carbon sebesar 2,5 giga watt GW.

Selain itu, PNRE juga memiliki strategic technical partners berkapabilitas yang dapat dikontribusikan untuk mewujudkan klaster industri hijau.

“Pengembangan klaster industri hijau di Indonesia akan menjadi milestone penting untuk membentuk ekosistem industri hijau yang lebih luas lagi di Indonesia. Hal ini juga sebagai komitmen Pertamina dalam meningkatkan rating ESG secara global serta akselerasi transisi energi secara nasional,” jelas Fajriyah.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com