Advertorial

Gubernur Kepri Ikuti Prosesi Penyatuan Tanah dan Air di Titik Nol Kilometer IKN Nusantara

Kompas.com - 14/03/2022, 18:21 WIB

KOMPAS.com - Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Haji Ansar Ahmad menghadiri prosesi penyatuan tanah dan air dari 34 provinsi Indonesia di Titik Nol ibu kota negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022).

Setelah terkumpul, Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo, serta para menteri Kabinet Indonesia Maju memasukkan tanah dan air tersebut ke dalam bejana Nusantara yang sudah disiapkan.

Untuk diketahui, prosesi tersebut dilakukan sebagai simbol penyatuan tanah air Indonesia di pusat IKN.

Seusai acara, Haji Ansar Ahmad mengatakan bahwa tanah dan air yang dibawa dari Kepri memiliki nilai historis yang berkaitan erat dengan kearifan lokal. Tanah tersebut diambil dari Daik-Lingga, sementara air diambil dari sumur di Balai Adat, Pulau Penyengat.

“Kami yakin bahwa seluruh gubernur dari setiap provinsi juga membawa tanah dan air yang diambil dengan sumber yang mewakili daerahnya. Melalui prosesi ini, semoga bisa menyatukan Indonesia, berkah dan guyub,” ujar Ansar dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin.

Gubernur Ansar menjelaskan, tanah yang diambil berasal dari Balai Pemerintahan Sultan. Lokasi ini merupakan Balai Bagian Bekas Istana Sultan Lingga Riau terakhir di Kabupaten Lingga yang dijuluki sebagai Bunda Tanah Melayu. 

"Berdasarkan sejarah, sumber tanah yang kami bawa ini sangat erat kaitannya dengan sejarah dan nilai-nilai leluhur Melayu di Kepri," ujar Ansar.

Sementara itu, air yang dibawa Gubernur Ansar ke prosesi tersebut pun punya cerita tersendiri.

“Banyak yang mengatakan, bila seseorang ke Tanjungpinang, Kepulauan Riau, belumlah lengkap jika belum bertandang ke Pulau Penyengat serta minum atau sekadar cuci muka menggunakan air di pulau tersebut,” katanya.

Saat ini, lanjut Ansar, situs-situs bersejarah yang ada di Pulau Penyengat sedang diusulkan kepada Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) untuk menjadi situs warisan dunia.

"Air tawar itu bisa dinikmati oleh masyarakat setempat dan para wisatawan yang berkunjung. Ada beberapa sumur di Penyengat. Salah satunya berada di bawah gedung Balai Adat Pulau Penyengat sebagai tempat untuk menyambut tamu atau mengadakan perjamuan," ujar Ansar.

Adapun sumur yang dimaksud oleh Gubernur Ansar tersebut hanya memiliki kedalaman sekitar 2,5 meter. Meski demikian, sumur tersebut tidak pernah kering sepanjang tahun, bahkan di musim kemarau. Air sumur yang ditemukan sejak abad ke-16 ini tidak asin seperti kebanyakan sumber air yang berada di dekat laut.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com