Advertorial

Mengupayakan Pengurangan Emisi Karbon lewat Kolaborasi Teknologi

Kompas.com - 31/03/2022, 10:32 WIB

KOMPAS.com – Indonesia berhasil mengupayakan pengurangan emisi karbon pada 2021. Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), Rabu (12/1/2022), pengurangannya mencapai 69,5 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e).

Angka tersebut melebihi target yang ditetapkan Nationally Determined Contributions (NDC) untuk sektor energi, yakni 67 juta ton CO2e.

Komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon pun terus berlanjut. Targetnya diharapkan bisa mencapai 29 persen dengan kemampuan sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2030.

Namun, pemerintah perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak agar realisasi misi tersebut terwujud. Contohnya, seperti yang dilakukan climate tech startup Jejak.in bersama Microsoft.

Sebagai informasi, Jejak.in merupakan platform digital yang menyediakan solusi aksi mitigasi dan pengendalian perubahan iklim berbasis teknologi Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Dalam upaya melawan perubahan iklim, ada tiga pendekatan yang diterapkan Jejak.in kepada penggunanya, yaitu memahami dan menghitung jejak karbon, mendorong kontribusi dalam mengimbangi dampak karbon yang dihasilkan, dan memantau program reforestasi.

Dalam keterangan resmi dari Microsoft, Selasa (22/3/2022), Chief Executive Officer (CEO) Jejak.in Arfan Arlanda mengatakan, kontribusi terhadap mitigasi dan pengendalian perubahan iklim harus bisa diakses oleh siapa saja. Hal ini menjadi landasan pendirian Jejak.in.

“Dengan membuka peluang bagi banyak pihak untuk memahami dampak karbon yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari secara mudah, kami berharap semakin banyak pula orang yang sadar dan ingin mengurangi dampak karbonnya melalui berbagai langkah berkelanjutan (sustainable),” terangnya.

Untuk diketahui, jejak karbon adalah total emisi yang dihasilkan dari aktivitas individu, peristiwa, organisasi, atau produk dan didefinisikan dalam CO2e.

Ketiga pendekatan Jejak.in tadi menghasilkan fitur-fitur, seperti Carbon Calculator and Accounting, Carbon Reduction and Offset Marketplace, dan Forest MRV (Monitoring, Reporting, and Verification).

Dengan semangat kolaborasi, Jejak.in terus membumikan isu keberlanjutan melalui kemitraan dengan sejumlah institusi terkemuka di Indonesia untuk menyediakan kalkulator karbon, fitur offset dan pemantauan yang tersedia melalui berbagai platform digital.

Jejak.in X Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)

Semangat Jejak.in dalam melestarikan lingkungan direspons baik oleh sejumlah pihak. Salah satunya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Keduanya pun berkolaborasi meluncurkan kalkulator karbon bernama Carbon Footprint Calculator dan Offsetting (CFPC).

Lewat fitur tersebut, wisatawan bisa menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari  selama berwisata.

Ajakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno kepada para wisatawan untuk memperhatikan jejak karbon pun beralasan kuat.

Pasalnya, menurut hasil riset Nature Climate Change, industri pariwisata berkontribusi pada emisi karbon dunia. Jumlahnya mencapai 8 persen yang berasal dari aktivitas transportasi, belanja, dan makanan.

“Keberlanjutan ekonomi, kelestarian budaya, dan keberlanjutan lingkungan adalah satu kaitan nada. Ini sesuai dengan tren pariwisata personalized, customized, localize, dan smallest impact," ujar Sandiaga, sebagaimana dikutip dari laman resmi Kemenparekraf, Jumat (7/1/2022).

Berkat komputasi awan Microsoft Azure, Jejak.in tak hanya dapat menghitung jejak karbon dan membantu mengambil inisiatif untuk mengurangi dan mengimbanginya. Platform ini juga mampu menganalisa anomali data dan mengambil kesimpulan dari seluruh informasi yang terkumpul.

Rekomendasi akhir yang dikeluarkan Jejak.in dapat dimanfaatkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan sektor swasta dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan pariwisata hijau.

Bantu selamatkan kepiting dan tembakau di Kepulauan Aru, Maluku

Dengan ekosistem mangrove yang memiliki luas lebih dari 150 ribu hektar, Kepulauan Aru menjadi habitat yang tepat untuk kepiting bakau. Dalam membantu menjaga keasrian hutan bakau Kepulauan Aru, baik dari pengambilan kepiting secara ilegal ataupun penebangan hutan secara liar, Jejak.in dapat bekerjasama dengan masyarakat Kepulauan Aru dalam melakukan pengawasan pertumbuhan dan  progres penanaman bakau, menghitung jumlah karbon yang dapat diserap, hingga memperoleh laporan keanekaragaman hayati, seperti kepiting, burung kakaktua, dan flora dan fauna lainnya.

Melalui platform Jejak.in, masyarakat Kepulauan Aru juga dapat secara langsung mengawasi hutan mereka, serta memastikan wilayah tersebut tetap hijau.  

Dorong pengendara Gojek lebih sadar lingkungan  

Sebagai informasi, Jejak.in juga bermitra dengan GoTo untuk menghadirkan fitur GoGreener Carbon Offset pada aplikasi Gojek. Lewat fitur ini, pengguna bisa mengukur emisi karbon yang timbul dari aktivitas harian, termasuk perjalanan bersama layanan transportasi tersebut.

Total jejak karbon yang keluar nantinya akan dikonversi menjadi jumlah pohon yang harus ditanam guna mengurangi dampak emisi. Penanaman pun dilakukan secara transparan, mulai dari lokasi hingga progress nya.

Adapun pembangunan solusi teknologi Jejak.in dilakukan menggunakan teknologi komputasi awan (cloud computing) Microsoft Azure, sehingga teknologi IoT dan AI yang digunakan Jejak.in dapat bekerja optimal.

Diberitakan Kompas.com, Kamis (9/8/2021), teknologi komputasi awan dapat membantu perusahaan memangkas emisi karbon rata-rata hingga 78 persen.

Pelibatan Microsoft Azure membuat Jejak.in dapat mengumpulkan berbagai informasi penting yang diperlukan dalam konservasi lingkungan. Sebut saja, pemanfaatan data satelit, light detection and ranging (LiDAR), pesawat nirawak (drone), dan keberadaan berbagai sensor IoT yang digunakan di lapangan.

Data yang terkumpul kemudian diolah untuk menghasilkan informasi yang dapat digunakan para pengguna Jejak.in dalam memahami kondisi lingkungan.

Sebagai cloud computing, Microsoft Azure juga mampu mendistribusikan informasi yang telah diolah tersebut kepada para pemangku kepentingan terkait, termasuk pemerintah.

Arfan kembali berkata, konservasi lingkungan sangat menentukan masa depan Indonesia. Dengan bantuan teknologi mutakhir, seperti Microsoft Azure, misi tersebut bisa terwujud.

“Kolaborasi dengan Microsoft memungkinkan semua langkah inovatif Jejak.in berhasil,” imbuhnya.

Perlu diketahui, komitmen pelestarian juga dipegang teguh oleh Microsoft selama ini. Perusahaan teknologi ini telah menghadirkan sejumlah solusi sustainability.

Sebut saja, Microsoft Emissions Impact Dashboard yang merupakan fitur penghitungan emisi karbon dari penggunaan teknologi cloud Microsoft. Kemudian, ada pula Microsoft Cloud for Sustainability yang dapat menghadirkan insights lebih lengkap, termasuk tracking pengurangan target emisi karbon.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com