Advertorial

Upaya Pemerintah dan Pertamina Merespons Lonjakan Harga Minyak Mentah Dunia

Kompas.com - 11/04/2022, 17:19 WIB

KOMPAS.com - Lonjakan harga minyak mentah dunia akibat konflik Rusia-Ukraina membuat pemerintah dan Pertamina melakukan sejumlah langkah untuk menjaga daya beli masyarakat agar perekonomian tetap tumbuh.

Pemerintah telah memutuskan untuk membantu masyarakat dengan menetapkan Pertalite sebagai jenis bahan bakar minyak (BBM) khusus penugasan (JBKP) dengan harga terjangkau, yakni Rp 7.650 per liter. Begitu juga dengan Biosolar yang disubsidi sehingga harganya tetap Rp 5.150 per liter.

Pertamina juga berkontribusi nyata untuk menjaga daya beli masyarakat dengan menyesuaikan harga Pertamax dari sekitar Rp 16.000 per liter menjadi Rp 12.500 per liter.

Dengan penyesuaian tersebut, Pertamina menanggung selisih harga jual Pertamax sebesar Rp 3.500 per liter. Hal ini sesuai dengan peran perseroan sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan katalisator pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Penyesuaian harga Pertamax yang dilakukan Pertamina rupanya diapresiasi banyak pihak. Pasalnya, perseroan dinilai memahami daya beli masyarakat sehingga tidak menjual harga BBM nonsubsidi dengan harga tinggi, sebagaimana ditentukan dalam formulasi penentuan harga BBM umum.

Secara historis, Pertamina sebenarnya selalu menetapkan harga BBM Pertamina lebih rendah ketimbang stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) lain di Indonesia.

Sebagai contoh, saat harga Pertamax (RON 92) mengalami penyesuaian, harga BBM sejenis yang dijual SPBU lain justru jauh di atas Pertamina. Bahkan, lebih dari Rp 16.000 per liter.

Perbedaan harga juga terlihat untuk BBM nonsubsidi Pertamax Turbo (RON 98). Harga di SPBU Pertamina Rp 14.500 per liter, sedangkan SPBU lain menjual BBM sejenis dengan harga Rp 18.040 per liter.

Pertamina pun selalu menyesuaikan harga paling akhir, sedangkan SPBU lain sudah melakukannya lebih dulu. Hal ini dikarenakan perseroan harus mempertimbangkan keputusan tersebut dengan memperhatikan faktor sosial ekonomi masyarakat.

Vice President (VP) of Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyebut, ada dua faktor pendorong pihaknya kembali menyesuaikan harga BBM nonsubsidi.

Pertama , harga BBM dan liquefied petroleum gas (LPG) di seluruh dunia naik akibat peningkatan aktivitas masyarakat dan situasi geopolitik Rusia-Ukraina yang menyebabkan supply minyak mentah dunia berkurang.

Kedua , Pertamax dan Pertamax Turbo merupakan BBM nonsubsidi dengan volume penjualan hanya sebesar 14 persen dari total volume penjualan seluruh jenis BBM Pertamina. Pembelinya pun sebagian besar adalah masyarakat mampu pemilik kendaraan mewah.

Secara global, harga BBM dan LPG di Indonesia termasuk yang termurah karena disubsidi pemerintah. Besarannya mencapai Rp 33.750 per tabung untuk ukuran 3 kilogram (kg). Nilai subsidi ini lebih tinggi daripada harga jual LPG tersebut .

Selain LPG 3 kg, harga Biosolar dan Pertalite pun dijaga stabil sehingga tidak ada kenaikan. Hal ini dilakukan untuk mendukung stabilitas perekonomian nasional dan menghindari kenaikan biaya logistik, baik angkutan barang maupun orang. Ini mengingat, kedua jenis BBM tersebut banyak dikonsumsi masyarakat, yaitu sebesar 83 persen dari total penjualan seluruh BBM retail Pertamina.

"Baik Biosolar maupun Pertalite merupakan jenis BBM yang mendapatkan dukungan dari pemerintah dalam bentuk subsidi atau kompensasi sehingga harganya tetap," jelas Fajriyah dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (11/4/2022).

Seperti diketahui, pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 7.800 per liter Biosolar. Nilai ini 150 persen atau 1,5 kali lebih tinggi dari harga jual asli sebesar Rp 5.150.

Sementara untuk Pertalite, subsidi yang diberikan sebesar Rp 4.000-4.500 per liter. Nilai ini lebih dari 50 persen atau setengah dari harga jual sebesar Rp 7.650.

Fajriyah juga mengatakan, harga BBM di Indonesia sebenarnya masih rendah ketimbang negara lain di Asia.

Harga rata-rata BBM tertinggi di Singapura Rp 30.208 per liter, disusul Laos Rp 24.767 per liter, Filipina Rp 20.828 per liter, Kamboja Rp 20.521 per liter, Thailand Rp 19.767 per liter, dan Vietnam Rp 18.647 per liter.

"Sementara, Indonesia rata-rata Rp 16.500 per liter. Di bawah Indonesia, ada Malaysia. Harga BBM di sana relatif lebih rendah karena perbedaan nilai subsidi," jelas Fajriyah.

Begitu pula dengan harga LPG 3 kg. Sebagai informasi, per Februari 2022, harga jual LPG di Singapura sekitar Rp 32.000 per kg, Filipina Rp 27.000 per kg, dan Vietnam sekitar Rp 24.000 per kg.

Untuk Thailand, harga LPG Rp 10.000 per kg dan Malaysia Rp 6.500 per kg. Penetapan harga ini dikarenakan harga LPG di kedua negara tersebut disubsidi oleh pemerintah.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com