Advertorial

Mengenal Sumur Resapan #BijakBerplastik, Upaya Lintas Sektor Atasi Banjir dan Konservasi Air

Kompas.com - 12/04/2022, 18:11 WIB

KOMPAS.com – Pengelolaan sampah plastik non-ekonomis, seperti keresek hitam, saset, diaper, dan foil, masih menjadi pekerjaan rumah (PR) besar di Indonesia. Sebab, jenis sampah itu memiliki sedikit opsi daur ulang sehingga menumpuk dan mencemari lingkungan.

Merespons masalah tersebut, Danone-AQUA berkolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), PT Oriplast (Plustik), dan PT Jauhar Mekatron untuk memanfaatkan sampah plastik non-ekonomis sebagai bahan pembangunan Sumur Resapan Bijak Berplastik.

Di negara tropis dengan curah hujan dan risiko banjir tinggi, seperti Indonesia, pembangunan sumur resapan merupakan hal penting. Fasilitas ini tidak hanya untuk mencegah bencana tersebut terjadi, tapi juga mengonservasi cadangan air tanah. Dengan begitu, manfaat sumur resapan juga akan terasa manakala musim kemarau datang.

Adapun kolaborasi pembangunan Sumur Resapan Bijak Berplastik telah dimulai sejak 2018. Program yang menjadi inovasi solusi daur ulang sampah plastik non-ekonomis itu diluncurkan dan dibangun di Jawa Barat (Jabar).

-Dok. Danone Indonesia -

Pemilihan Jabar sebagai lokasi penempatan sumur Bijak Berplastik didasari faktor geologi dan cuaca.

Perlu diketahui, tanah bertekstur halus memiliki kerapatan tinggi sehingga laju peresapan air lebih lambat dibandingkan tanah bertekstur kasar. Formasi geologi aluvial dengan floodplain deposit demikian pun biasanya membuat muka air tanah dangkal.

Air muka tanah yang dangkal ini juga bisa menjadi bagian dari penyebab banjir. Menurut Surya di Jakarta masih banyak lokasi yang memiliki muka air tanah yang dangkal dengan tinggi 1-2 meter.

Menurut dosen Fakultas Pertanian Institur Pertanian Bogor (IPB) Suria Darma Tarigan, muka air tanah yang dangkal bisa membuat air limpasan yang masuk meluap hingga menyebabkan banjir, sebagaimana dikutip dari Forest Digest, Sabtu (11/12/2021).

Terkait kondisi hujan, sumur resapan hanya mampu mengendalikan limpasan permukaan pada intensitas hujan ringan dan normal. Sementara, pada kondisi lebat atau sangat lebat, sumur resapan kerap meluap hingga ke saluran drainase perkotaan. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab banjir di daerah hilir.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (16/2/2022), tanah di Jabar sesuai dengan kriteria tersebut. Curah hujan di sana dan daerah sekitarnya pun terbilang lebat, yaitu 77 milimeter (mm) per hari.

Sementara, dalam hitungan per tahun, Kepala Dinas Sumber Daya Air Jabar Dikky Achmad Sidik memprediksi curah hujan tahunan di sana mencapai 1.500-4.000 mm, dengan potensi air permukaan 48 miliar meter per kubik (m3) per tahun.

Selain itu, Dikky melanjutkan, Jabar juga memiliki sekitar 1.500 mata air dan 831 situ. Karena itu, provinsi tersebut membutuhkan infrastruktur berupa sumur resapan supaya air hujan dapat tertampung dan tidak berlalu menuju laut atau bahkan menyebabkan banjir, sebagaimana dikutip dari Tribun Jabar, Kamis (12/8/2021).

Keputusan pembangunan Sumur Resapan Bijak Berplastik di Jabar pun dilatarbelakangi pemerintah provinsi setempat tidak memiliki anggaran pembangunan resapan. Pelaksanaannya mengandalkan dukungan dari pihak swasta lewat program Tahan dan Simpan Jadi Cadangan Air (Hansip CAI).

Beda cerita dengan kota besar lain. Hampir 100 persen biaya pembangunan sumur resapan dapat diambil dari anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Meski begitu, pelaksanannya sering terkendala.

Salah satu penyebabnya tidak memandang sumur resapan sebagai fasilitas vital penunjang perekonomian. Alhasil, pembangunan sumur resapan di kota besar lain sering tidak dimasukkan ke dalam program pemberdayaan masyarakat. Faktor tersebut membuat atensi antara masyarakat Jabar dan provinsi lain terhadap sumur resapan berbeda.

-Dok. Danone Indonesia -

Satu unit Sumur Resapan Bijak Berplastik berpotensi menyerap air sebanyak 16.000 liter per hari. Jika intensitas hujan di Jabar mencapai 100 hari per tahun, fasilitas itu dapat menyerap 1.600.000 liter air per tahun.

Pembangunan Sumur Resapan Bijak Berplastik menggunakan sistem bongkar pasang (knock down) sehingga mudah dipindahkan. Material sampah plastik non-ekonomis yang dipakai dalam membangun satu unit sumur resapan tersebut mencapai 150 kilogram (kg).

Adapun bentuk knock down merupakan perbaikan dari sumur resapan konvensional. Selain mampu meresap air lebih banyak, model ini memiliki konstruksi lebih kuat dan tahan lama. Pembuatan dan pemasangannya pun lebih praktis sehingga memudahkan proses mobilisasi

Sumur Resapan Bijak Berplastik juga dikembangkan sedemikian rupa dan telah diuji secara fisik, mikroplastik, ataupun material. Pengujian dilakukan di laboratorium tersertifikasi untuk memastikan bahwa seluruh bahan yang digunakan tidak memberikan dampak buruk pada lingkungan dan air yang diresapkan.

Untuk diketahui, Sumur Resapan Bijak Berplastik yang telah dibangun di Jabar sampai saat ini berjumlah 50 unit. Pembagiannya, 30 unit di desa sekitar pabrik AQUA Mekarsari dan Babakanpari, serta 20 unit di wilayah pemerintah daerah (pemda).

Ada beragam manfaat yang dirasakan Jabar lewat pembangunan fasilitas itu. Pertama, potensi banjir bisa diminimalisasi. Pasalnya, satu unit Sumur Resapan Bijak Berplastik dapat menyerap air 80.000.000 liter air per tahun.

Kedua, jumlah sampah plastik non-ekonomis berkurang. Dengan 50 unit sumur resapan yang sudah dibangun, total sampah plastik yang terolah sekitar 7,5 ton. Jumlah ini dapat bertambah seiring peningkat pembangunan fasilitas tersebut.

Vice President General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto mengatakan, pembuatan Sumur Resapan Bijak Berplastik merupakan bagian dari gerakan #BijakBerplastik yang diinisiasi Danone-AQUA.

“Danone-AQUA menginisiasi gerakan itu untuk mendukung pemerintah mengurangi sampah ke laut sebesar 70 persen pada 2025 lewat solusi inovatif dan kolaboratif,” jelasnya dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (7/3/2022).

Rektor IPB Arif Satria mengatakan, Sumur Resapan Bijak Berplastik merupakan produk kolaborasi lintas sektor yang inovatif. Pasalnya, fasilitas itu dapat menyelesaikan dua masalah sekaligus, yaitu sampah kemasan plastik non-ekonomis dan banjir.

Oleh karena itu, Arif menambahkan, program Sumur Resapan Bijak Berplastik perlu diketahui oleh semua pihak.

“Pemerintah, baik pusat maupun daerah, juga perlu mengetahui dan mengaplikasikan secara luas inovasi tersebut di kawasan pemukiman masyarakat atau di daerah hulu sungai,” katanya.

Di sisi lain, Vera mengatakan bahwa pihaknya akan terus menciptakan kolaborasi inovatif guna mendukung pemerintah mengatasi permasalahan sampah plastik dan keberlanjutan sumber daya air di Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com