Advertorial

Bikin Penasaran, Video Pendek Berikut Bikin Jiwa Nasionalisme Meningkat

Kompas.com - 22/04/2022, 09:00 WIB

KOMPAS.com - Kalimat "saya cinta Indonesia" semestinya tak sekadar menjadi slogan atau jargon yang diucapkan pada saat Hari Kemerdekaan Indonesia atau momentum kebangsaan lain.

Ungkapan yang menyiratkan gelora semangat patriotik tersebut sudah sepatutnya mendarah daging dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga negara Indonesia.

Kebanggan pada Tanah Air bisa diekspresikan dalam berbagai cara. Bahkan, tak perlu dilakukan dengan rumit.

Cukup dengan cara sederhana, seperti menunjukkan sikap hormat saat mendengar atau menyanyikan Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”, sudah menunjukkan kecintaan terhadap Tanah Air.

Selain itu, rasa cinta Tanah Air juga bisa ditunjukkan dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam kegiatan sehari-hari secara benar dan tepat.

Tak hanya itu, bentuk penghayatan cinta pada Indonesia dapat ditunjukkan dengan mengenal serta mengetahui beragam budaya, seperti rumah adat, jenis pakaian tradisional, serta tarian tradisional yang dimiliki Indonesia.

Untuk memupuk rasa cinta pada Tanah Air, kamu tak ada salahnya kembali mempelajari ragam budaya Indonesia dari berbagai daerah. Dengan begitu, jiwa patriotik dan nasionalisme semakin meningkat.

Contohnya, kamu bisa mengetes pengetahuan budaya Indonesia dengan menebak sejumlah pakaian adat yang ditampilkan dalam video pendek berdurasi 59 detik di akun Instagram @qerik.id.

Video tersebut dibuka dengan sebuah scene tarian adat dari salah satu daerah di Indonesia. Suara dengan aksen seorang guru mengisi latar video tersebut.

Dalam video berdurasi pendek tersebut, sang guru memberikan pertanyaan kepada murid-muridnya.

Adapun scene yang ditampilkan adalah tarian yang diperankan oleh sejumlah perempuan sambil menjunjung hantaran dalam “tandok” di kepala. Diiringi alunan musik gondang, penari berjalan sambil manortor.

“Tahu enggak ini tarian dari daerah mana?” tanya pengisi suara sebagai latar scene pembuka video.

Karena video yang ditampilkan menarik, tak heran kalau banyak orang menjadi penasaran dan ikut memutar otak untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan pengisi suara.

Pada scene berikutnya, video menampilkan beberapa perempuan mengenakan pakaian adat berwarna-warni. Bersamaan dengan ini, pengisi suara kembali bertanya.

“Kalau pakaian yang serba warna-warna itu dari mana hayo?” ujarnya.

Potongan scene video tari-tarian adat dari berbagai Tanah Air tersebut tampak harmonis dan indah. Meski diputar berulang kali, tontonan tak membosankan dan malah memantik rasa penasaran, terutama bagi mereka yang masih berusaha untuk menjawab pertanyaan tadi.

Hingga tiba pada detik ke-35, para wanita dengan mengenakan baju adat dari beragam daerah di Indonesia bermunculan kembali.

Hal yang tidak disangka-sangka, bila diperhatikan secara seksama, pada beberapa bagian tubuh penari wanita tersebut memperlihatkan bekas kerokan yang menghiasi tubuh mereka.

Pemandangan tersebut sangat kontras dengan keunikan pakaian adat yang mereka pakai. Bagian scene ini pun membuat para netizen yang melihatnya terkesima.

Lantas, apa sebenarnya makna plot twist yang ditampilkan dalam video tersebut? Untuk menjawab daerah asal pakaian adat dan makna plot twist itu, kamu bisa langsung menonton videonya dengan mengeklik tautan berikut. Jangan lupa tinggalkan komentar di video tersebut ya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau